20

19 3 40
                                    

Mobil Namjoon terparkir rapi di depan kotrakanmu. Kamu diantar pulang untuk bersih-bersih, lalu lelaki itu ingin mengajakmu ke suatu tempat. Katanya sebagai permintaan maaf karena telat membuatmu bolos kuliah.

Kamu sudah rapi, mengenakan baju bagus, dan rambut yang tertata indah. Namjoon menunggu di luar, seketika tersenyum setelah melihat penampilanmu.

^_^

Perjalanan hari ini, dimulai dari pagi. Untuk pertama kali setelah Namjoon kembali, akhirnya kalian punya waktu berdua yang lebih lama.

Pemberhentian pertama adalah tempat yang tidak pernah kamu duga; Panti Asuhan.

Kamu sedikit heran ketika Namjoon menyuruhmu turun. Kamu tidak banyak bertanya, hanya mengekor mengikuti Namjoon.

Begitu tiba, seorang wanita renta menyambut. Ia memeluk Namjoon erat-erat. Sepertinya mereka sudah kenal cukup lama karena wanita itu terus mendumal memarahi Namjoon yang baru datang..lagi.

Wanita itu menyadari keberadaanmu, ia bertanya pada Namjoon. Kalian saling berkenalan, kamu tidak tahu nama aslinya tapi wanita itu menyuruhmu untuk memanggilnya dengan sebutan  'Nini'.

"Calon istrimu?" tanya Nini menggoda, ia merangkul lenganmu.

Namjoon menyeringai tidak menjawab. Kamu jadi salah tingkah kebingungan.

"Oh, Kamu pasti tidak sabar untuk menemuinya bukan?" Tanya Nini kepada Namjoon, yang sontak membuatmu sedikit bingung.

Nini berteriak memanggil seseorang, "Biasanya mereka kalau jam segini lagi pada main atau belajar di atas."

Tiba-tiba datang dengan berlarian seorang bocah laki-laki yang langsung menghambur pada Namjoon. Ia berseru-seru sambil mengeratkan pelukannya pada Namjoon.

"Paman kemana saja?! Aku kangen.." Bocah itu terisak. Namjoon bangkit berdiri, menggendongnya.

Kamu terdiam menyaksikan, tidak mengerti, tapi kamu bisa merasakan haru biru yang menyelimuti ruangan itu.

"Maaf ya, Paman sibuk ngajar. Tapikam sekarang  Paman sudah di sini, jangan nangis oke?" Namjoon tersenyum menghapus air mata di pipi anak lelaki itu.

"Namjoon, apa benar Oma meninggal?" Nini menyela, suaranya parau. Namjoon mengangguk lemah. Nini menutup mulutnya, lalu ia beringsut ikut memeluk Namjoon. Tubuh Namjoon yang bidang seolah nyaman menjadi sandaran siapapun.

"Kamu seharusnya sering kesini, nak. Nini rindu berat, begitupula dengan Yoori. Semua panti asuhan ini rindu padamu." Nini melepas pelukannya, membelai lembut rambut Namjoon.

Namjoon tersenyum. "Maaf Ni, seharusnya sebelum Oma meninggal, Saya lebih sering kesini mengajak Oma. Tapi.. semuanya terlambat."

Kamu menyimak, mencoba merinci bagaimana jalan cerita dan hubungan yang terjalin diantara mereka.

"Nini, apa boleh Yoori saya ajak bermain hari ini?"

"Main?! Main kemana, Paman?!" Anak itu bernama Yoori. Ia terlihat antusias mendengar tutur Namjoon.

"Hari ini Paman mau ngajak Yoori jalan-jalan keliling kota. Waktu itu Paman pernah janji kan ke Yoori?"

"Ih! Yoori mau, Paman! Nini, Nini.. boleh yaa..," rajuk Yoori. Yang dijawab anggukan oleh Nini.

"YEEAYY!!"

"Sana Yoori ganti baju dulu, paman tunggu di sini." Namjoon melepaskan Yoori dalam dekapannya. Bocah itu berlarian kembali naik ke atas bersiap-siap. Diikuti Nini yang katanya mau menyiapkan perbekalan untuk dibawa jalan-jalan.

HALULLABY; SEPTEMBER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang