2

118 44 87
                                    

Pagi-pagi sekali, kamu sudah bangun, belum mandi tapi rasanya sudah segar karena habis cuci muka. Kamu berjalan gontai ke meja makan, perut kamu lapar bukan main. Hanya karena memikirkan kejadian itu, energi kamu terkuras habis. Beruntung Bunda sudah menyiapkan susu dan roti, di meja makan.

"Dek, Bunda hari ini berangkat ke kantor, nanti rumah kunci aja, kamu engga ada rencana mau keluar, kan?" tanya Bunda sibuk siap-siap dengan perbekalannya.

Kamu geleng-geleng tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Makan siang mau Bunda pesenin atau gimana? Bunda engga masak."

Kamu masih fokus pada layar ponsel. "Gampang, Bun."

"Makan ya, jangan sampai engga makan! Yaudah Bunda berangkat dulu, Bye Dek!" Pesan Bunda seraya mengecup puncak kepala kamu dan langsung buru-buru pergi.

Rumah langsung lenggang, begitu mobil Bunda keluar dari garasi. Kamu menurunkan ponsel dan beranjak duduk di sofa ruang TV. Setahun tidak berada di rumah sendiri, ternyata suasananya berbeda. Rumah jadi lebih bersih dan kosong karena sebagian barang-barang milikmu, kamu usung ke kontrakan.

Kadang kalo lagi sendirian seperti ini, suka kepikiran macem-macem engga, sih? Kayak tiba-tiba jadi overthinking sendiri. Padahal sebenernya apa yang kamu pikirin itu jauh dari kata penting, tapi karena memang tidak ada kerjaan lain, pikiran berlebihan itu datang mengusik ketenangan.

Mulai dari memikirkan hal-hal ringan seperti: nanti siang mau makan apa ya? Sampai kepikiran nanti kalau lulus kuliah mau jadi apa, ya?

Itu menjadi penyakit akutmu, jika sudah overthinking bisa bablas kemana-mana. Kadang kamu pengin banget melepaskan beban itu, misalnya dengan pergi jalan-jalan lagi sama Bunda, window shopping bersama teman, atau duduk di cafe sambil minum kopi. Tapi sayangnya tugas dan segala macam urusan kehidupan selalu menyeret kamu dan tidak pernah membiarkanmu menikmati waktu untuk healing. Ya, mentok-mentok kayak kemarin sore, cuman bisa duduk di teras dengerin lagu sambil scroll instagram.

^_^

Cepat sekali waktu berlalu, tidak terasa hari sudah beranjak siang. Kamu akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu menikmati tayangan drama korea sembari menenangkan pikiran kalut tadi. Dan syukurlah, Oppa-oppa ganteng itu berhasil buat kamu lupa dari urusan duniawi.

Sekarang, perut kamu jadi melilit. Kamu melihat jam, ternyata sudah lewat jam makan siang kamu. Kamu pun turun dari lantai dua dan pergi ke dapur. Benar kata Bunda ternyata beliau benar-benar tidak meninggalkan apapun untuk kamu makan. Kamu membuka kulkas ternyata kosong. Sepertinya semenjak kamu tidak berada di rumah Bunda lebih sering makan di luar atau delivery, itulah mengapa tidak ada satupun persediaan bahan makanan di dapur.

Tidak ingin ambil pusing, akhirnya kamu memutuskan untuk makan di luar. Kebetulan di depan komplek ada semacam kios penjual ayam kentucky ala-ala. Dalam keadaan seperti ini, rasanya makanan yang masuk akan lezat-lezat saja, jadi itu bukan masalah besar.

Di luar awan-awan kelabu menggelantung. Udaranya dingin, rasanya keinginan untuk bersih-bersih lenyap begitu saja. Berhubung kios itu tidak begitu jauh jadi sepertinya keluar tanpa mandi juga engga masalah. Lagian kan hanya sebentar.

Kamu keluar hanya mengenakan training, kaos tadi malam, dan cardigan tipis. Jaga-jaga sekalian bawa payung khawatir hujan.

Baru saja ingin mengunci pintu, tiba-tiba..

"Permisi."

Kamu kaget dan langsung noleh. Heran banget ya, orang satu ini hobi sekali membuat jantungan. Untung penampilannya engga kayak semalem. Bisa kejang kamu.

"Kenapa?" tanya kamu setengah sewot, tiba-tiba kejadian tadi malam berputar ulang di otak kamu.

Cowok tinggi itu menyodorkan panci yang tadi malem buat tempat sup. "Makasih ya."

Kamu menerima panci itu sambil mengangguk. Berhubung kamu masih malu karena tadi malam menjerit terkejut saat mengantarkan makanan, kamu jadi takut untuk menatap mukanya. Lantai teras kamu lebih menarik daripada tetangga kamu itu.

"Um, soal tadi malem, saya minta maaf ya. Saya belum sempat bongkar koper jadi buru-buru keluar lupa engga pakai baju. Hehe." Cowok itu menggaruk tengkuknya.

Kamu jadi kikuk karena ternyata cowok itu peka sama pikiran kamu. Rasanya kamu pengin menghilang aja, malu setengah mati. Mau minta maaf juga, tapi kok gengsi. Tapi berhubung kamu anak yang baik, rajin menabung, dan tidak sombong, kamu pun meneguhkan hati untuk minta maaf juga.

"Iya, mau minta maaf juga karena tadi malem teriak. Kaget soalnya, hehe." Sumpah freak banget. Rasanya pengin lenyap detik itu juga.

Lagi malu-malunya, tiba-tiba cowok itu ketawa geli. Bukan geli sih, cuman cengengesan, tapi kedengeran suaranya. Kamu jadi bingung sendiri.

"Kenapa? Kok ketawa?" tanya kamu salah tingkah.

"Engga, gapapa kok. Kalau dipikir lucu juga tadi malem, haha.."

Entah kenapa melihat dia ketawa, kamu juga ikutan senyum-senyum geli sendiri. Lama-kelamaan akhirnya kalian ketawa bareng. Saling menertawakan lebih tepatnya. Sekarang kalian berdua malah kelihatan konyol, kalau ada orang lain yang tidak mengerti situasinya, pasti kalian sudah disangka orang gila.

"Ngomong-ngomong mau keluar?" tanya dia setelah tawa kalian mereda.

Kamu sampai lupa kalau berniat ingin membeli makan. Bahkan kayaknya lapar kamu juga sudah hilang.

"Ah, iya tadi mau ke depan beli makan."

"Kebetulan, saya juga mau belanja buat ngisi dapur. Mau bareng?" tawar dia.

Kamu tidak salah dengar, kan ?

"Anggap aja sebagai ucapan makasih dan maaf saya karena sudah ngagetin kamu tadi malem. Gimana? Udah mendung juga, saya bawa mobil kok." Lanjutnya dengan nada yang lebih santai tapi terkesan memaksa.

Tapi benar juga, langit roman-romannya makin gelap aja. Sungkan kalau di tengah jalan tiba-tiba kehujanan, becek, engga ada ojek. Kamu menggigit bibir, berpikir.

________________________________________________________________

Jadi kamu nge-iya-in apa engga nih?

Gemes, banget ih pada canggung, wkwwkk.

Ayok, tebak lagi siapa yang bakal nebengin kamuu!!

💜Please show some Love with
Vote and Comments!!💜

-Shee

HALULLABY; SEPTEMBER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang