"Yah beneran ngamuk ni orok, tamat gue, haha" ucap Angga gemas dengan nada pelan.
Pak Bahri sesekali memperhatikan Anaknya, sembari menuju Angga yang kini sudah diteras rumah.
"kamu kenapa sih, bang? Papah perhatiin kamu kok cemas. Biasanya juga santai aja kalo telat " ujar papah menatap Angga bingung sendiri.
Belum sempat Angga menjawab, hand Phone papah berdering mendahuluinya.
Tapi papah ga peduli sama telponnya, malah mematikannya dan meneruskan percakapannya dengan Angga yang sebelumnya terjeda.
"Lah pah? Kok nggak diangkat?" kini Angga yang bingung dengan sikap papah hanya bisa menunggu jawaban papahnya.
"Kamu lebih penting, Nak. Abang kenapa sih? Jangan bikin papah khawatir dong"
Papah sayang banget sama Angga ...
Sebenernya melihat papah sekarang begitu khawatir, Angga tak tega kalau harus berbohong.
"Oh itu, aku mikirin kegantengan aku pah, apa turunan dari mamah atau papah? Ada soal biologi tentang Genetik soalnya" Dustanya meyakinkan papah agar tak khawatir.
"Haha oh gitu, ya turunan dari papah dong, gimana hasilnya? Kerenkan? " papah terkekeh mendengar jawabannya sendiri.
"Se enggahknya papah udah nggak se khawatir yang tadi, aman, hufft" Gumam Angga dalam hati dengan menghela nafas lega, sembari menunjukkan tos bersama atas reaksi candaan papah barusan.
"Hmmm, pah?, abang pake ya jeep nya? nanti ada latihan marching,kan baliknya malem, boleh?"
Bujuk Angga seraya merapatkan kedua tangannya memohon pada papah.
"Nih kuncinya" ucap papah tanpa basa basi melayangkan kunci bermotif merah putih itu.
"Hap" dengan sergap layangan kunci itu mendarat di tangkapan Angga. "Thanks pah"
"Jangan ngebut, bekelnya jangan ketinggalan ya bang". Sahut papah memberi wejangan sebelum Angga meninggalkan garasi bersama Jeep klasiknya
"Iya pah, udah aku masukin di lemari tadi, ga aku masukin tas, hehehe.
Assalamu'alaikum" guraunya diselingi langkah menuju pintu Jeep dan membunyikan klakson mengabari papah bahwa ia segera berangkat.
===
Sekar turun dari mobil dengan lemas, seraya melayangkan lambaian ke arah mamah dengan senyum paksaan.
Sekar merasa bahunya bagai tertumpuk ratusan kilo masalah tanpa solusi.
"Huftt, berat banget ya Kar kalo ditimbun sendirian :)
Ngomong sama diri sendiri adalah jalan ninja Sekar saat abang Angga jauh darinya.
Nggak ada yang bisa mengerti Sekar selain Angga dan diri sendiri.
Pengen sih teriak, cuma kan ini sekolah, bukan hutan. Tahan Sekar, Tahan. Se enggaknya balik habitat masih 8 jam lagi. Dan itu lama banget.
"Kalau di inget-inget lagi lomba bang Angga tahun lalu, gue ngerasa balik lagi disaat terburuk itu. Arrrghhh" diacaknya rambut dengan frustasi, tak sadar menendang apapun yang hendak menghalangi langkahnya.
" Woy, gila lo ya, segede gini kaga keliatan? " Tanya seorang kating marah tak terima karena kaosnya terciprat noda lumpur akibat tendangan si madun oleh Sekar..
Merasa dirinya bersalah, Sekar melirik tipis kating itu dengan sinis, "Yaudah si bang, orang ga sengaja juga "
" Gue keciprat nih, tanggung jawab kaga lo? bangke" kini giliran kating itu yang sinis pada Sekar.
"Mulut lu tuh ga sekolah apa gimana dah? Pedes banget jingan." Umpat Sekar geram dan berlalu dari lapangan agar tak jadi pusat perhatian banyak orang.
Dilihatin itu ngeri, apalagi kalau sedang sendiri begini, gak ada yang ngelindungin
Sekar tak suka basa basi, Sekar kesal di umpati, apalagi oleh laki-laki, ia pasti makin benci.
Sekar terlalu buang waktu dan tenaga untuk meladeni.
"Urusan kita belom kelar, oy !!! " Dipanggilnya Sekar dengan nada tinggi yang tak dihiraukan Sekar.
Mendapati sebuah kursi panjang di sekitar taman sekolah, Sekar merenggangkan ototnya yang tegang untuk sekedar merileks kan pergelangannya.
"Ini sekolah kan? Masa iya ga ada guru BP yg patroli sih? kalau ada insiden kecil begini lagi gimana? Biasanya juga di SMP gue dulu pada siap didepan pagar sekolah minimal, lah ini pada ngilang, ga nyaman, asli"
Sekar ngedumel sendiri tanpa henti semenjak insiden nya dengan kating tadi, dia nampak makin suntuk saja.
===
Bukan Kelas santuy namanya kalo ga open mini konser.
Member nya ga lebih dari 3 orang, tapi bikin heboh sekelas, mereka adalah dodot si ketua kelas santuy, Fikri yang jago olimpiade plus main ep ep dan si Bahar yang katanya reinkarnasi kang sule, abis receh.
Ketiganya ini biasanya dipanggil sama anak kelas ANEKDOT
Walau kelas nya IPA, rata-rata kelas ini punya bakat seni. Ga heran sih bisa famous banget disekolahan.
"RESAH HATI INI TANPA NYA"
" MEMIKIRKAN DIA, SELALU TENTANG DIA YANG MEMBERIKAN"
"INDAHNYA CINTA UNTUK KU MILIKI"
Tiba-tiba muncul pak Epi dengan selembar kertas yang di bawanya seraya membuka pintu.
"Assalamu'alaikum, ini ANEKDOT kalo konser tolong jangan di atas meja guru, gak sopan.
Karna terkejut, para personil ini belum sempat membubarkan diri, akhirnya malah diberi wejangan bak amanat pembina upacara oleh pak Epi.
" Mbok yo Kalian ini kakak kelas, harus bisa jadi teladan buat adik tingkat, ini malah bangor nya ga ada obat" seru pak Epi didepan kelas dengan tatapan serius.
"Nggih pak, maaf, besok janji deh bakal kami ulang lagi" ujar bahar menahan tawa.
"Ngomong apa kamu kang Bahar? Dilarang malah makin jadi, ya" seru pak Epi dengan nada meninggi karna kelakuan murid-muridnya.
"Maaf pak," Bahar menunduk seolah berakting sedih dihadapan guru poluler ini.
"Bapak jemur kering kamu, tolong jaga etika, ini sekolah, bukan pemakaman, Kalian dengar?"
"Denger pak" jawab seisi kelas.
Pak Epi memang guru nya santai, tetapi dengan kepribadiannya yang bijak, yg bangor sekalipun bisa tobat kalau diberi wejangan sama beliau.
Wejangannya bisa berupa D.O atau damprat fatal.
Gak heran jika siswa nya takut pak Epi WKWKWKWKWK
" Oh iya, bapak kesini mau nanya soal Angga, dia udah dateng? Lanjut pak Epi beralih topik pembicaraan.
Terdengar suara napas ter engah-engah dari balik pintu, ternyata Angga yang kecapean karna lari dari parkiran.
"Saya pak, aduh maaf saya telat, macet banget" ujarnya sambil mencium tangan pak Epi.
"Mulai besok kamu bangun jalan sendiri biar ga macet ya, Angga" seru pak Epi mengundang tawa seisi kelas.
"Bapak bisa aja nih" jawab Angga sambil garuk-garuk kepala nya yang sama sekali tidak gatal.
" Yaudah ayo ikut bapak, oh iya, buku nya kamu bawa kan? Mau bapak salin soalnya" Tanya pak Epi menaikkan alis menunggu jawaban Angga.
"Maaf pak, buku? " beo Angga pada pak Epi.
" Nggak, Kipas angin ! " Decak pak Epi sebal dengan Angga.
" Perasaan kemarin udah kok saya balikin" jawabnya ragu, sembari mengingat lagi letak buku itu.GUYS KALIAN TAU KAN INI CERITANYA RADA FLASHBACK GITU? IYALAH TAU, KALIAN KAN PADA PINTER :)
BTW BUAT PAK EPI, SEMONGKO YA :))))
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP ME [ ON GOING ]
Teen FictionHAHA HIHI PADAHAL MAU MATI Banyak yang tergelincir karena kerikil. Sepele sih, tapi fatal. Sebabnya kerikil itulah yang mendatangkan banyak masalah besar. Dimana seseorang mulai salah menafsirkan, entah itu keadaan, maksud seseorang ataupun yang dia...