WORST ; BETTER

36 3 0
                                    

07: "Without you, it's a waste of time"

Strawberry Swing - Coldplay

.

.

.



Illuna menyibakkan selimutnya ketika alarm bernada musik rock mengusik gendang telinga. Sungguh Illuna kaget setengah mati. Ia lupa jika sekarang ia telah bermalam di rumah si brengsek Panglima. Ia sungguh heran, bagaimana bisa ada seseorang yang menyetel nada dering alarm dengan musik rock seperti ini. Illuna pikir Panglima sungguh cowok yang sangat tidak lazim. Sesegera mungkin ia berusaha bangkit dari ranjang milik Panglima. Illuna menyadari jika kamar Panglima sungguh tiga kali lipat lebih besar dari kamar miliknya.

Interior yang berwarna abu-abu muda, dan juga baluran warna putih menambah kesan elegan pada dinding kamar ini. Kamar Panglima memiliki banyak pintu jika Illuna lihat. Mungkin di sebelah kanan adalah pintu menuju kamar mandi, dan di sampingnya terdapat ruangan kecil yang berisikan baju-baju yang tersusun sangat rapi. Lalu tepat di samping ranjang, Illuna menemukan meja dan juga komputer gamming milik Panglima. Terdapat sebuah ruang seperti lorong yang menghadap ke depan, kaki Illuna mencoba melangkah menuju lorong itu, ternyata di samping dinding lorong terdapat beberapa macam teleskop. Semakin Illuna maju, Illuna dibuat kagum oleh ruangan yang sepertinya perpustakan pribadi. Di dalam ruang ini terdapat banyak buku. Bahkan ruangan ini dibalut oleh sebagian dinding dari kaca. Jadi kalian dapat melihat pemandangan kota dari ruang ini. Kebetulan juga kamar Panglima berada di lantai atas membuat gedung-gedung pencakar langit yang berhamburan di bawah sana terlihat jelas.

Illuna menemukan sisi lain dari Panglima. Ternyata Panglima merupakan cowok yang gemar membaca. Buku-buku yang sangatlah tebal mengisi hampir seluruh ruangan ini. Illuna juga sangat sering menemukan benda semacam teleskop di ruangan ini. Panglima mungkin memiliki impian untuk menjadi astronot. Suara deritan pintu menyadarkan Illuna untuk segera keluar dari ruangan ini, karena jika dipikir-pikir Illuna tidak ada bedanya dengan Panglima yang sangat lancang memasuki ruangan pribadi. Illuna kaget bukan main saat melihat Panglima yang hanya berbalut handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Tak terkecuali Panglima. Panglima pikir jika Illuna masih tidur jadi ia sah-sah saja keluar kamar mandi hanya dengan sehelai handuk ini.

Panglima bertanya terbata-bata, sembari menyilangkan kedua tangannya menutupi tubuh bagian atasnya, "Lo.. lo ngapain bangun?" 

Illuna menjawab dengan wajah yang ia tutupi tangan, "Ya gue bangun karena alarm berisik punya lo" 

Panglima segera masuk ke ruang ganti untuk menutupi tubuhnya dengan seragam sekolah. Sementara Illuna terduduk di ranjang, karena ia bingung dimana Panglima menaruh seragamnya. Illuna terlonjak kaget, saat ia ingat bahwa ketika ia bangun ia sudah mengenakan baju yang berbeda dari seragamnya. Astaga pikiran Illuna sudah tidak tenang, memikirkan siapa yang mengantikan bajunya.

"Seragam gue kemana?" Tanya Illuna kepada Panglima yang saat ini tengah memasukkan buku nya ke dalam ransel.

"Mungkin baru di cuci sama Bi Sumi" Jawab Panglima santai. Illuna lega mendengar nama perempuan itu, karena bisa saja Bi Sumi lah orang yang menggantikan Illuna pakaian saat ia tak sadar.

"Terus gue ke sekolah pakai seragam apaan?" Tanya Illuna sedikit kesal

"Who says lo bakal masuk sekolah hari ini setelah lo hampir menemukan ajal lo kemarin? Lo istirahat aja dulu di rumah gue, mungkin nanti siang Dokter Reza bakal balik buat ngecek keadaan lo gimana. Gak ada penolakan!"

Treasonable of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang