20: "I try and I try, but I'm too sad to cry"
Too Sad To Cry - Sasha Sloan
.
.
.
"Para kontestan dimohon untuk menaiki panggung utama karena sebentar lagi babak penyisihan Duta Sekolah SMA Andromeda akan dimulai"
Suara MC terdengar menandakan akan dimulainya babak penyisihan Duta Sekolah SMA Andromeda diikuti dengan para kontestan yang satu persatu menaiki panggung. Mereka dengan gagah dan anggun berjalan layaknya mereka adalah salah satu siswa pilihan di SMA Andromeda yang berkesempatan untuk menjadi Duta Sekolah. Suara tepuk tangan dan sorakan mengema di Aula SMA Andromeda tatkala mereka tengah tiba di atas panggung.
Babak penyisihan pun dimulai dengan penampilan pembuka dari salah satu ekstrakulikuler tari SMA Andromeda. Para siswa beruphoria dan bersenang-senang, seolah mereka sedang menyaksikan konser musisi terbesar di dunia. Dilanjutkan dengan penampilan para kontestan yang nantinya akan menjawab pertanyaan yang akan ditanyakan oleh salah satu juri dengan waktu menjawab selama tiga puluh detik.
Mereka satu persatu dipanggil sesuai dengan nomor urutan yang sebelumnya sudah dipersiapkan di belakang panggung. Illuna yang sudah merasa lebih baik karena sudah diobati oleh Genta, merasa dirinya kembali percaya diri. Genta yang setelahnya berpamitan untuk kembali ke sekolahnya karena ia sudah berjanji kepada Papanya jika ia akan lebih rajin agar Illuna bisa dipanggil untuk bekerja kembali di perusahaan Papanya.
"Gue pamit dulu ya, lo semangat" Kata-kata terakhir Genta yang masih terngiang di telinga Panglima saat ini
Panglima hanya memandangi Illuna yang sedari tadi tidak sedikitpun berniat memandangnya balik. Sejak Genta berada di sini mengobati Panglima, Panglima hanya terdiam seribu bahasa karena ia juga tidak tahu mengapa hatinya sungguh kesal melihatnya.
"Illuna, giliran kamu" Penanggung jawab acara memanggil Illuna
Panglima tetap menatap Illuna yang tengah bangkit dari duduknya. Saat Illuna hampir berdiri sempurna tiba-tiba tubuhnya sempoyongan, dengan cepat Panglima menahan tubuh Illuna agar tidak terjatuh. Illuna memegangi kepalanya yang terasa nyeri, dia memejamkan matanya. Sementara Panglima ia sungguh khawatir mengingat kepala Illuna juga pernah terbentur tongkat sebelumnya.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Panglima
Tidak ada jawaban dari Illuna, Illuna masih memejamkan matanya saat ia merasa jika tatapannya sedikit buram. Illuna mengeleng-gelengkan kepala bukan bermaksut menjawab pertanyaan Panglima, namun ingin mencoba menyadarkan tatapannya.
"Ayo, gimana siap tidak?" Tanya penanggung jawab
"Lun?" Tanya Panglima masih memegangi tubuh Illuna
Illuna melepaskan tangan Panglima dari pinggangnya. Ia berjalan mengikuti penanggung jawab acara dengan tubuh yang masih sedikit sempoyongan dan juga tatapan yang masih membuyar. Panglima tidak hentinya menatap Illuna karena ia merasa khawatir jika terjadi apa-apa dengan Illuna.
Di sisi lain, Tania yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Panglima merasa sangat kesal. Apalagi mata Panglima yang tidak sedikitpun memalingkan dari wajah Illuna. Tania berniat keluar dari ruangan. Ia sungguh tidak bisa lagi menahan kesabarannya untuk tidak menghancurkan Illuna. Ia sungguh ingin membuat Illuna pergi menjauh dari kehidupannya.
"Halo Ma. Mama gimana sih, Illuna masih bisa ke sekolah" Tania sedang berada di dekat koridor sekolah dan menelpon Mamanya untuk memberitahukan jika Illuna masih bisa mengikuti Babak Penyisihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasonable of Life
Ficção AdolescenteLIFE IS FULL OF CONTRAST Bagaimana jadinya jika sekolah kalian dikuasai oleh geng pembuat onar, yang setiap hari kerjaannya hanya membully orang yang tak bersalah? Geng Baygon, adalah geng yang beranggotakan anak-anak dari penyumbang yayasan terbesa...