Awal pembalasan Profesor Zaidan

3 1 0
                                    

"Mana mungkin Nanay tau kek. Mereka sedang membangun cinta kali kek. Hihihihi," jawab Nayla dengan kecentilannya.

"Ish, jangan begitu ah. Baru saja mereka kenal di sini kan?" balas Prof Abraham dengan penuh mendidik.

Suasana meja makan sudah kembali hangat dan normal kemudian siap untuk makan siang bersama. Sebelum memakan makanan yangs sudah disajikan, Prof. Abraham menceritakan siapakah Jasmin ini dan apa yang dia lakukan di sini. Jasmin adalah seorang senior yang sudah mau lullus kuliah dan sedang malakukan penelitian di rumah kakek Abraham selama dua minggu. Kali ini Jasmin sudah sekitar sepuluh hari di sana. Jasmin mengenal kakek Abraham karena bapaknya pernah menjadi mahasiswa didikannya Prof. Abraham ketika profesor masih menjadi seorang dosen. Maka ketika Jasmin meminta saran kepada bapaknya untuk mencari objek penelitian yang cocok untuknya, maka bapaknya menyarankan untuk melakukan penelitian itu di rumah kakek Abraham.

"Semuanya, terimakasih kalian sudah mau duduk di meja bundar khusus ini untuk saling berdiskusi bersama. Kali ini kita sudah saling diperkenalkan adanya anggota baru di lingkungan laboratorium saya yaitu Jasmin Muniroh sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan penelitian di sini," ucap Prof. Abraham dengan penuh kewibawaan.

"Terimakasih profesor yang sudah menerima saya di sini sebagai objek penelitian di sini," jawab Jasmin.

"Baiklah, silahkan kita makan terlebih dahulu. Setelah selesai makan siang ini maka kita harus sholat ashar terlebih dahulu sebelum profesor menyampaikan informasi menarik dan rahasia kepada kalian," ucap Prof. Abraham lagi.

Setelah sambutan dari profesor maka semua anggota meja bundar khusus yan terdiri atas Ali, Nayla, Jasmin, dan Prof. Abraham siap untuk memulai makan siang pada hari itu.

Makan siang sudah selesai dan kumandang adzan di kota Ciamis sudah mulai berkumandang dan sudah saatnya mereka melaksanakan sholat ashar sebelum mereka melanjutkan perbincangan di ruangan yang sama. Prof. Abraham dengan tiga anak didikannya itu melaksanakan sholat ashar secara berjamaah di rumah profesor. Suasana rumah dan laboratorium terasa begitu syahdu dikarenakan oleh profesor yang baik hati dan juga taat agama. Sebagai seorang profesor, beliau juga tidak akan lupa untuk mengamalkan segala ilmu agamanya dalam melakukan kegiatan apapun di laboratorium. Sebelum beraktivitas juga beliau selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT supaya diberikan kesehatan dan keselamatan selama di dalam laboratorium. Keberadaan Nayla pun juga berguna bagi ayahnya karena Prof. Abraham selalu mendidik Nayla tentang agama sejak Nayla masih berada di bangku SD. Al-hasil anak yang imut itu menjadi semakin baik dengan sesama manusia dan juga rasa peduli dengan lingkungan semakin besar dan semua orang mencintai Nayla yang imut itu.

Sementara itu,

Mata-mata buatan Profesor Zaidan sudah berhasil mencoba untuk mengeksekusi keberadaan Ali di laboratorium Profesor Abraham. Prof. Zaidan bersama Agus si gagak langsung memulai untuk menyimak ulang hasil rekaman daripada apa yang sudah disaksikan oleh kamera ukuran mikro itu terhadap apa yang dilakukan oleh Ali dan yang lainnya.

"Akhirnya sudah tiba juga, Haha! Waktunya eksekusi," kata Prof. Zaidan dengan penuh semangat.

"Kwok! Ayo kita lihat hasil dari alat bodoh ini. Hihihihi," kata Agus meledek.

"Sembarangan kau! Nanti kujadiin sop gagak baru tau kau," balas Prof. Zaidan dengan kesal.

Di dalam laboratorium Zaidan terdapat sebuah proyektor berbentuk bola seperti yang dimiliki oleh sang nenek sihir pada umumnya hanya saja ukurannya besar dan menggunakan teknologi canggih. Hasil rekaman dari kamera mikro langsung disalurkan ke dalam bola proyektor itu dan langsung menampilkan hasil dari rekaman yang sudah dilakukan alat baru itu.

"Hihihihihi! Hasil rekamannya seperti semut ngadain pemilu begitu kau sebut hebat? Hahaha," ledek Agus terhadap hasil rekaman itu.

"Diam kau!" Prof Zaidan menyihir paruhnya dengan gulungan karet agar tidak bisa berbicara selama lima jam.

Setelah satu jam penayangan yang mengecewakan, layar proyektor itu mendadak bersih dan terdapat sesuatu yang membuat Prof. Zaidan sedikit berfikir. Prof. Zaidan mencoba untuk selalu memata-matai apa yang dilakukan oleh Prof. Abraham. Sebagai persiapan menuju puncak kekalahan Prof. Abraham, Prof. Zaidan sudah memulai rencananya untuk membuat sebuah robot besar yang tidak terkalahkan.

"Okey, si Abraham sudah mulai membuatku naik darah lagi. Pokoknya aku tidak akan membiarkan kedendaman ini tidak akan terbalaskan! Maka dari itu sejak awal sudah kurencanakan untuk membuat Frobot-729 dengan kekuatan yang tiada tandingannya. Hahahaha," kata Prof. Zaidan dengan nada yang cukup menyeramkan.

Kemudan, Prof. Zaidan lansung memulai untuk melanjutkan proyek besarnya itu sampai selesai dan siap untuk melawan Prof. Abraham.

Setelah sholat berjamaah selesai dilaksanakan. Mereka sudah kembali ke meja bundar untuk melangsungkan pembahasan rahasia yang akan dibicarakan oleh Prof. Abraham sekarang. Pada pembahasan itu Prof. Abraham menceritakan sebuah makhluk legendaris yang sangat besar dan kuat yaitu burung phoenix yang katanya mampu mengangkut benda ukuran gajah sekalipun. Dikabarkan dari pengamatan yang pernah diamati beliau bahwa ada salah satu seekor burung besar sakti yang terlihat seperti burung phoenix tapi ukurannya seperti ukuran burung elang. Burung ini belum diketahui sarangnya namun beliau pernah memprediksi bahwa burung itu sering mengarah ke gunung sawal tempat kebun murbei profesor berada. Namun, hal itu masih menjadi rumor karena beliau masih belum bisa memastikan keberadaan yang pasti dimana burung phoenix itu bersarang. Tidak sampai di situ saja, Prof. Abraham menjelaskan karakteristik daripada burung itu yaitu bulunya yang terlihat bercahaya bagaikan kobaran api yang menyala-nyala berwarna kemerahan.

Forza BlackpackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang