MELUKIS SENJA

4 1 0
                                    

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

____________________________________

"Jangan tanyakan tentang kesendirianku. Biarkan aku bercerita dengan alam dan penciptaNya. Karena yang kutahu satu nama telah tercatat untukku di Lauh Mahfudz-Nya."

-Anonim-

Sore itu langit terlihat cerah sekali. Walaupun jam sudah mununjukan pukul lima lewat empat puluh menit, sang surya masih enggan untuk pulang ke peraduannya. Senja kali ini terlihat sangat menawan. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hujan terus mengguyur kota yang sering dijuluki Kota Hujan ini. Walaupun bukan musimnya, Bogor memang sering  diguyur hujan, minimal sebulan sekali.

Kali ini, langit biru sejauh mata memandang. Terlihat semburat warna jingga di ujung barat yang menyilaukan mata. Matahari sempurna terlihat tanpa tertutupi awan. Rombongan kawanan burung terbang bersamaan menuju haribaan mereka. Angin berhembus dengan damai membuat suasana menjadi lebih dramatis. Ah! Tuhan memang Maha Sempurna menciptakan ini semua, tanpa ada kecacatan sedikitpun. Sehebat apapun manusia, tidak akan bisa menyerupai ciptaan yang memiliki sifat mukholapatu lil hawa disi.

***

Matahari sempurna telah terbenam, menyisakan semburat merah di ujung barat. Suara kumandang azan telah  terdengar saling bersahutan. Namun, Aya masih enggan untuk meninggalkan tempatnya. Dia masih asyik duduk menatap mentari yang kini telah lenyap dari sapuan matanya. Mulutnya tak henti-henti melantunkan zikir petang. Jilbab merah mudanya melambai-lambai tertiup hembusan angin yang berhembus sedikit lebih kencang. Bibir merah mudanya menyunggingkan sebuah senyuman, membuat lekukan di kedua belah pipinya. Tangan mungilnya menggenggam sebuah pena dan buku note berwarna senada.

"Teh Aya, cepetan turun! Udah Azan tau dari tadi. Kebiasaan melamun terus. Jodoh mah jangan dipikirin, tapi diperjuangin!" Ucap Meyra, adiknya yang muncul dari balik tangga.

Yang dipanggil menoleh. "Iya, teteh juga denger kok. Ini juga baru mau turun." Ucapnya sambil merapihkan peralatan menulisnya. "Lagian, siapa juga yang lagi mikirin jodoh. Orang teteh lagi nyari inspirasi." Imbuhnya.

Sejak kecil, Aya memang senang memandang senja di lantai dua rumah neneknya yang di pakai untuk tempat menjemur pakaian. Selain itu, Aya juga mempunyai hobi menulis. Saat memandangi senja, entah kenapa ia bisa menemukan inspirasi untuk tulisannya. Dan kini, ia sedang berencana membuat sebuah buku tentang kisah hidupnya. Hidupnya yang penuh dengan perjuangan. Perjuangan tentang meraih cita-cita, tentang cinta, dan sahabat sejati yang tidak akan terpisah sampai nanti berbeda dimensi.

***

Assalamualaikum..
Hai, cerita ini fiksi tapi terinspirasi dari kisah nyata gais. Semoga kalian suka :)

Kritik dan saran sangat aku harapkan.
Bisa kalian sampai kan lewat:

IG : yunisulistyawati9

Thanks!

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang