Kisah kandasnya persahabatan dan percintaan sembilan gadis saat SMA. Apa yang terjadi ketika takdir mempertemukan mereka kembali lima tahun berselang pada sebuah musim dingin?
Leave a comment or leave your suggestion for the story. I would love to h...
Embun pagi yang tebal mengiringi derap langkah kaki pegawai yang silih berganti memasuki kantor perusahaan itu. Hembusan nafas setiap orang yang ada menghasilkan gumpalan udara berwarna putih, dapat dilihat langsung oleh mata telanjang. Menggambarkan betapa dingin pagi hari di Seoul.
Sebuah mobil mewah Mercedes AMG G 63 meluncur dengan gagah menembus dinginnya pagi dan sampai di depan pintu perusahaan tersebut. Seorang wanita muda berambut coklat pendek turun dari sana, memancarkan aura yang membuatmu segera patuh dan bertekuk lutut di hadapannya.
Wanita itu bersenandung ringan sambil melangkah memasuki gedung, suara aduan high-heels dan lantai keramik membuat seluruh pegawai segera menundukkan kepala mereka tanda memberikan hormat kepada sang empunya perusahaan. Wanita itu hanya tersenyum melihat kejadian yang lumrah terjadi setiap pagi. Berjalan tanpa henti menuju ke lift lantai satu.
"Sajangnim, saham kita naik dengan cepat pagi ini. Investor berlomba-lomba untuk berinvestasi di perusahaan ini," ujar seorang gadis berambut coklat panjang yang sejak tadi mengikuti sang pemilik perusahaan dengan jarak dua langkah di belakang.
"Kerja bagus Lia, aku mau laporan lengkapnya tersedia di meja kerjaku satu jam dari sekarang."
"Baik Sajangnim."
Aku kira ini saat yang tepat buatku memperkenalkan siapa pemilik perusahaan ini. Namanya adalah Park Jihyo, seorang CEO muda penerus perusahaan Genie Music yang diwariskan oleh ayahnya. Saat ini umurnya masih 22 tahun, begitu belia untuk seorang CEO. Akan tetapi wataknya yang pantang menyerah dan aura kepemimpinan yang kuat membuat Jihyo menjadi CEO yang disegani oleh banyak orang.
Genie Music yang bergerak di produksi dan konten musik menjadi nomor satu dalam bidang mereka di bawah kepemimpinan Jihyo. Keberhasilan Jihyo menggaet investor sebesar LG Uplus menjadi awal kebangkitan Genie Music yang sudah nyaris terpuruk setelah ditinggal pensiun oleh ayahnya.
Rentetan keberhasilan ini membuat Park Jihyo menjadi salah satu gadis muda terkaya sekaligus paling berpengaruh di Korea Selatan bahkan Asia. Memberikan inspirasi untuk gadis muda untuk menjadi independen dan sukses. Pandangan sebelah mata terhadap perempuan oleh seluruh dunia termasuk di Korea Selatan, mampu dipatahkan oleh Jihyo di usianya yang sangat muda.
Tenar, kaya, muda, menginspirasi.
Kamu pasti berpikir Jihyo pasti hidup bahagia bukan?
Ada sebuah ungkapan berkata seperti ini: If being happy is important to you, try this.. Instead of regretting all you lack, celebrate all you've got.
Regret. Penyesalan.
Sebuah kata yang tidak dapat dipisahkan dari hidup Jihyo.
Wanita itu akhirnya menginjakan kaki di kantor pribadinya. Tempat berserakan kenangan dan memori masa lalu yang sampai saat ini tidak dapat Ia lupakan. Kepingan memori tersebut sudah tak mampu lagi diselamatkan maupun diperbaiki, membuat Jihyo hanya mampu meratapi nasib dan menyesali jalannya takdir.
Andai kata hari itu Ia mampu menghentikan Jeongyeon. Kalau saja waktu itu Ia dapat meyakinkan Nayeon.
Sebuah foto berwarna hitam putih menggantung di atas meja kerja yang terbuat dari kayu. Foto itu mampu mengembangkan senyuman tipis di bibir Jihyo, yang segera diikuti oleh setetes air mata yang terjatuh di pipinya. Membawanya ke arus kenangan, saat dimana semua masih baik-baik saja.
"Jihyo, fotoin kita dong. Kita lagi cocok banget nih," perintah Nayeon dengan semangat sambil menggandeng tangan kiri Jeongyeon untuk membawanya mendekat.
"Cocok dari mana sih..." gerutu Jeongyeon yang membuat Jihyo tersenyum kecil.
'Dasar Ostrich sok jual mahal. Padahal dalam hati senangnya bukan main tuh pasti,' batin Jihyo sambil memfokuskan kamera handphone-nya, mencoba mencari sudut terbaik.
"Jeongie.... Imut dikit kenapa sih,"
"Imut gimana sih Nay?"
"Taruh telunjuk kirimu di pipi terus manyunin bibir ke depan," jelas Nayeon sambil memperagakan hal tersebut. Setelah menggelengkan kepala sejenak Jeongyeon akhirnya memutuskan untuk mengikuti kemauan Nayeon. Si Ostrich memang sejak dulu tidak pernah dapat menolak kemauan Kelinci.
Jihyo menghapus air mata yang masih menetes di pipinya. Lima tahun sudah sejak terakhir kali mereka bertiga, bertegur sapa. Lima tahun berselang sejak apa yang mereka bangun hancur berkeping-keping karena kesalahan yang diawali oleh rasa kecewa.
Jihyo menatap wajah kedua sahabatnya. Dua orang yang berteman sejak kecil, jatuh cinta satu sama lain, namun tidak ditakdirkan bersama dan pada akhirnya berakhir sebagai orang asing.
"Andai saja aku dapat memutar waktu ke masa di mana semuanya sempurna. Seperti seharusnya," tangan kanan Jihyo menutup mulutnya, mencoba menghalangi derasnya air mata yang gagal Ia bendung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.