"What are you doing there Jeongyeon? Jelasin!" kedua mata Nayeon berkaca-kaca menolak untuk mempercayai apa yang baru saja Ia lihat.
"Nay--"
"Jelasin sekarang!
"Nayeon... aku yang salah, aku nggak berpikir dengan jernih... you know I love you right?"
"No... I doubt it Jeong.."
"Nayeon... tolong kasih aku kesempatan sekali lagi buat buktiin, aku salah, aku menye--"
"No... I'm not giving you another chance, sor--," apa yang akan dikatakan oleh Nayeon tidak akan pernah Jeongyeon dengar karena Ia menutup mulut Nayeon dengan paksa menggunakan kedua bibirnya.
Nayeon terkejut dengan langkah tiba-tiba yang Jeongyeon ambil, butuh sepersekian detik baginya untuk menarik diri dari ciuman tersebut, mengangkat tangan kanannya dan... PLAK!
"Who are you?" tanya Nayeon sambil menjerit.
"Nay--"
"Jeongie nggak akan pernah melakukan hal seperti itu! Jeongie y-yang aku k-kenal tidak akan pernah memaksakan s-sesuatu.. D-dia lembut.. D-dia gentle.. Dia menjaga aku.. Who are you?"
"Nayeon, aku Jeon--"
"Kalau begitu aku nggak mau ketemu kamu lagi.. Kamu bukan lagi Jeongyeon yang aku kenal.." Nayeon membuka pintu untuk melangkah keluar meninggalkan Jeongyeon, sebelum tangan kanan Jeongyeon berusaha menarik Nayeon dan mencegahnya pergi.
"Let me go Jeongyeon."
"Nayeon tolong..."
"Jeongyeon-unnie, lepasin dia... Unnie dengar apa kemauan Nayeon-unnie? Tolong lepasin dia sekarang.." kata Chaeyoung yang berdiri di luar ruangan bersama Tzuyu.
Perlahan genggaman tangan Jeongyeon pun mengendur dan pada akhirnya terlepas seluruhnya, "Ayo kita pergi unnie," kata Chaeyoung membawa Nayeon pergi dan menghilang untuk selamanya dari pandangan Jeongyeon.
"Unnie.. Nayeon-unnie! Earth to Nayeon-unnie!" kata Chaeyoung setengah berteriak sambil menggoyang-goyangkan telapak tangan kanannya di depan mata Nayeon yang terbengong melihat ke luar jendela.
"Sorry Cub... Entah kenapa aku susah fokus akhir-akhir ini," jawab Nayeon sambil tersenyum kecil lalu mengambil es kopi hitam dari tangan Chaeyoung.
"Unnie mikirin kejadian itu lagi kan?" tanya Chaeyoung tepat sasaran.
"Kok kamu bisa tahu?" Nayeon sering merasa terkejut dengan intuisi tajam Chaeyoung, Ia seperti memiliki indera keenam.
Chaeyoung hanya tersenyum setengah hati sambil berkata, "Aku kenal Unnie sudah terlalu lama."
Memang benar keduanya sudah bersahabat sejak begitu lama, dan Jeongyeon-lah yang awalnya memperkenalkan Chaeyoung kepadanya. Selera humor Jeongyeon dan Chaeyoung yang hampir sama membuat keduanya dijuluki 'no jam bros' oleh teman-teman mereka.
Mungkin hal itu juga yang membuat Nayeon menjadi dekat dengan Chaeyoung. Ia selalu cocok dengan selera humor keduanya.
Bukan. Bukan dekat yang seperti itu.
Sampai saat ini Nayeon selalu menganggap Chaeyoung seorang adik kecil yang perlu dijaga. Hubungan mereka hanyalah sebatas itu, Nayeon tidak pernah melihat Chaeyoung lebih dari itu. Lagi pula Nayeon tahu, hati Chaeyoung hanyalah milik seorang penguin... walaupun mereka sudah tidak bertegur sapa sejak lima tahun yang lalu.
Lagi... perasaan bersalah itu...
Karena Ialah pertemanan mereka hancur. Karena Ialah Chaeyoung dan Mina, bahkan Sana dan Tzuyu tidak bersama. Karena masalahnya dengan Jeongyeon-lah ini semua terjadi. Nayeon selalu menyalahkan dirinya setiap malam.
Andai hari itu Ia memberikan kesempatan kepada Jeongyeon.
Andai hari itu Ia tidak pergi dan memilih untuk memperbaiki semuanya.
Andai...
Sekarang semuanya sudah terlambat.
Jeongyeon telah bahagia bersama orang lain. Dan Nayeon membenci hatinya sendiri yang gagal melakukan apa yang kepalanya perintahkan.
'Why do I keep missing you? When you are happy with someone else Jeongie...'
'I really wish I can hate you, but in reality, I keep missing you...'
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Rose (Michaeng, Satzu, Dahmo, 2yeon)
RomanceKisah kandasnya persahabatan dan percintaan sembilan gadis saat SMA. Apa yang terjadi ketika takdir mempertemukan mereka kembali lima tahun berselang pada sebuah musim dingin? Leave a comment or leave your suggestion for the story. I would love to h...