"Me gustas tu, gustas tu, strututu ikan hiuuu." Dengan suara yang bisa dibilang lumayan—lumayan bikin emosi yang dengernya—Zakki bernyanyi dengan pede. Hal ini menjadikan Zakki dan Haikal—atau Hao—jadi pusat perhatian pengunjung sekitar.
Mereka berdua sedang berada di kafe milik Hao. Niatnya mau latihan futsal, namun ternyata hujan. Meskipun Hao membawa mobil ia tetap menjadikan hujan sebagai alasan agar dirinya tidak ikut latihan. Alasan sebenarnya? Ya malas, apalagi?
"Bosen gak sih?" Tanya Zakki.
Hao melirik temannya lalu menghela nafas berat. Sudah berkali-kali Zakki melontarkan pertanyaan yang sama.
"Iya bosen."
"Nah gimana kalo—"
"Gue bosen sama pertanyaan lo, tolol. Daritadi nanya mulu giliran dijawab malah maen hape lagi, mau gue usir kah?"
Zakki tertawa puas. Melihat temannya emosi adalah kepuasan tersendiri buat Zakki.
"Eh tapi serius deh, lo udah denger belum besok senin bakalan ada murid baru?"
"Tau, kenapa?"
"Gapapa, penasaran aja. Pantesan aja bu Darmi minta beres-beres. Semoga aja murid barunya cewek, biar gue deketin."
"Kalo cowok?"
"Biar lo yang deketin."
"Oalah jancok!"
Zakki tertawa puas sekali lagi. Hao? Kesal. Kesal sekali.
Ia mengambil potongan roti yang tersisa setengah, lalu menjejalkannya ke mulut Zakki yang masih terbuka lebar."Anwak awnjwing."
Gantian sekarang, Hao yang tertawa. Zakki mengunyah rotinya lalu menelannya.
"Nyengir lo ceking."
"Ceking gini duit gue banyak."
Fakta sih. Yang itu tidak bisa dibantah.
"Anjing. Mau sombong tapi cuma bisa sombongin koleksi album doang. Udah ah gue aus, mau minum dulu."
🍃🍃🍃
"Ini semuanya udah dipacking semuanya kan ya?"
"Udah maa."
"Jangan sampe ada yang ketinggalan ya kak, mama mau kasih kuncinya ke penghuni baru lho, dia abis ambil kunci langsung pergi ke luar kota pulangnya dua bulan lagi. Coba dicek-cek lagi sama kamu, takut ada yang ketinggalan."
"Iyaa maaa, udah kakak cek kok, kakak lagi main game nih, nanti kalah, mama santai aja."
Perempuan yang dipanggil mama itu meninggalkan anaknya diruang tengah karena diusir dengan halus oleh anaknya.
"Kak, cepet periksa kamarmu sekali lagi, ada yang ketinggalan atau enggak, lemarimu itu diliat lagi lho." Sang mama mengingatkan anaknya sekali lagi.
"Oke oke, nih kakak cek sekali lagi."
Yang diperintah tentu saja menurut, namun sampai di kamarnya bukan mengecek barang, ia malah tiduran di kasur dan melanjutkan permainannya yang sempat tertunda tadi.
Tidak terasa lima belas menit sudah berlalu, semua barang yang didalam kardus dan koper sudah berpindah tempat dari ruang tamu ke dalam box truk yang ada di depan rumah. Lalu terdengar lagi suara mobil dari halaman rumah. Lelaki yang disebut kakak itu mengintip dari jendela kamarnya.
'oh yang mau ngisi.'
Ia membereskan kasurnya, lalu keluar kamar dan menghampiri mamanya.
"Oh iya ini kuncinya ya mbak, padahal kuncinya mau saya anter lho. Jadi ngerepotin gini."
"Ah enggak kok, kebetulan lewat tadi juga saya."
Perempuan yang dipanggil mama itu dicolek oleh anak sulungnya.
"Kakak duluan ya, semua barang udah dimasukin ke mobil kan? Kakak mau nyari jajan dulu ya ma. Tante, saya pamit ya, semoga suka sama rumahnya," tanpa mendengar izin dari mamanya ia langsung berlalu begitu saja.
Ia mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Hujan sudah selesai jalan lumayan licin.
Seperti apa yang yang ia bilang kepada mamanya, ia ingin mencari makan.Melihat kafe, ia melipir untuk membeli minuman dan beberapa makanan yang ada disana.
kring...
Suara bel yang menandakan bahwa ada pelanggan masuk berbunyi.
"Silahkan, ada yang bisa saya bantu?" Ucap kasir dengan ramah.
"Saya mau pesen choco milkshake satu, croissantnya dua. Take away ya," Ia memberikan sejumlah uang lalu ia menerima struk tanda pembayaran. Setelah itu ia menyingkir karena ada orang lain yang mengantri di belakangnya.
"Baik kak, bisa ditunggu ya, nanti akan kami panggil."
Ia duduk di salah satu kursi, mengeluarkan ponselnya dan lagi-lagi melanjutkan permainannya yang tadi tertunda.
"Atas nama Chandra dan Zakki."
Yang dipanggil mengunci ponselnya lalu berjalan untuk mengambil pesanannya. Disampingnya ada yang mengambil pesanan juga. Setelah mengambil pesanannya, ia seperti mengingat sesuatu yang ia lupakan.
"ANJING PS GUE KETINGGALAN DI PLAFON."
'penghuni baru pulangnya dua bulan lagi, mana bisa tahan gue gak maen ps.' Batinnya.
Ia berlari, sambil menenteng pesanannya, dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Karena kalau berpihak ia tidak akan menabrak seorang laki-laki dan menumpahkan minumannya.
"Aduh, gak sengaja, sumpah."
"HEH! Ngapain sih lari-lari disini lagian? Gak liat lo ini jadi berantakan begini tang—"
"Sebelumnya gue minta maaf karena gue buru-buru, please gue bakal ganti rugi," ia melihat sekeliling lalu melanjutkan perkataannya, "disini ada banyak CCTV lo tenang aja, tapi untuk sekarang gue beneran buru-buru banget. Muka gue udah kerekam jelas, besok gue kesini lagi sore jam lima, oke?
"Apa jaminannya lo bakal ganti rugi hah?"
"Aduh gue gak punya apa-apa, lo sebut nama gue aja tiga kali deh Chandra, Chandra, Chandra."
"Nanti lo dateng?"
"Ya enggak lah tolol, emang gue denger?"
"Kok lo yang ngegas bangsat?!"
"Aduh anjing gue buru-buru, udah ya, besok disini, jam lima sore, lo apalin aja tuh plat motor gue. Gue cabut."
"Oalah cah gemblung!"
Sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada keduanya.
****
A/N: YaAllah akhirnya lanjut lagi... setelah sekian purnama gadapet inspirasi apa apa... maaf ya kalo gak seru.....
—Cerii.
KAMU SEDANG MEMBACA
9AN7ENG | 97l kpop boys |
FanfictieBeginilah kalau anak-anak kelahiran tahun kerbau satu tongkrongan. ©cr4zyforbam first publish: 200610 slow update. krisar boleh di taro komen, atau ke dm juga boleh. highest rank: #1 on xuminghao 210208