Chapter 2

2K 366 69
                                    

•••

"Sasuke?"

"Hinata? Oh, hei ... aku senang kau meneleponku. Tapi sekarang aku ... aku sedang sibuk."

"Who's that, Babe? Just forget it and touch me."

"Maaf, Hinata. Aku akan meneleponmu lagi nanti. Aku janji. Bye."

Hinata menghela napas kasar. Sekarang dia sedang berada di toilet bandara Narita. Bukan untuk buang air, melainkan tengah melarikan diri.

Sudah hampir satu tahun tetapi Hinata masih sulit melupakan masalah itu. Saat di mana ia begitu membutuhkannya. Namun, pria itu malah mengabaikannya dan memilih berurusan dengan pacarnya.

Seharusnya Hinata bisa melupakannya, namun tidak. Dia tidak bisa. Atau memang belum. Dirinya sendiri bahkan tidak mengerti, mengapa perkara itu begitu membekas di dalam benaknya.

Sasuke sahabatnya, bukankah dia bisa memaafkannya?

Hinata kembali menghela napas. Dia menatap pantulan bayangannya di cermin. Ketika itu, satu pertanyaan terlintas di dalam benaknya; mengapa dia menjadi sensitif jika memikirkan hal yang berhubungan dengan Sasuke?

Apa karena mereka sudah lama tidak bertemu? Apa karena ia tak bisa melupakan telepon itu? Atau justru karena dia merindukan pria itu?

Hinata menggigit bibirnya. Kenangan-kenangannya bersama Sasuke berlarian di dalam ingatannya. Tentu saja dia merindukan Sasuke. Sahabat yang selama ini selalu bersamanya.

Karena itulah Hinata merasa kehilangan saat Sasuke mengabaikannya.

"Permisi, apa Anda sudah selesai menggunakan wastafelnya?"

Hinata menoleh begitu seorang perempuan berdiri tepat di belakangnya. Ia melihat wastafel lainnya sedang digunakan.

"Ah, maafkan saya," ujarnya lalu menyingkir.

"Terima kasih."

Hinata memutuskan untuk keluar dari toilet dan kembali ke tempat di mana teman-temannya menunggu Sasuke.

Ketika ia hampir sampai, dari kejauhan ia melihat Sasuke. Rupanya dia sudah datang.

Langkah Hinata melambat, ia memerhatikan bagaimana Sasuke memeluk teman-teman satu per satu. Dan di antara mereka, ia melihat satu orang wanita asing berambut brunette yang berdiri di sisi Sasuke.

"Who's that, Babe?"

Apa itu perempuan yang dia dengar suaranya saat menelepon Sasuke?

Pelan tapi pasti, Hinata kembali bergabung dengan teman-temannya. Dan di saat yang bersamaan, matanya bertemu dengan mata Sasuke.

"Hinata?"

Sasuke memanggilnya. Gadis itu lantas tersenyum dan berjalan ke arahnya saat pria itu merentangkan tangannya dan memeluknya begitu erat.

"Hei," sapa Sasuke. "Aku sangat merindukanmu," bisiknya. Bibirnya menyentuh telinga Hinata ketika berbicara.

"Aku juga," kata Hinata seraya membalas pelukan sahabat tersayangnya.

Sasuke mengurai pelukannya tetapi tidak melepaskan tangannya di pinggang Hinata. "Dan aku ... aku benar-benar minta maaf. Aku turut berduka. Kau pasti sangat kehilangan ibumu, 'kan?" katanya seraya mengelus pipi Hinata dengan lembut.

Dan pemandangan itu tak luput dari netra cokelat Vivian. Bagaimana Sasuke memeluk Hinata dan cara memperlakukannya, sedikit berbeda dengan teman-teman perempuannya yang lain.

Apa Hinata sebegitu spesialnya? Vivian penasaran. Dan dia harus menahannya karena ingin memberikan kesan baik di mata teman-teman kekasihnya.

Hinata mengangguk. "Tidak apa-apa," katanya. Dan Sasuke memeluknya sekali lagi.

FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang