Chapter 7

1.5K 342 56
                                    

•••

Suasana di sekitar Kabira Bay masih tetap ramai meski malam telah turun. Di sepanjang garis pantai banyak turis-turis asing dan lokal yang berlalu-lalang.

Tenten, Ino dan Vivian sudah berkeliling selama hampir satu jam. Mereka selalu antusias kecuali Vivian. Keduanya beberapa kali berfoto dan tertawa saat melihat pelancong pria yang cukup menarik perhatian mereka dan tanpa sadar sedikit melupakan keberadaan wanita Amerika itu.

Meskipun begitu, Vivian sendiri juga tidak peduli. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah kekasihnya yang sedang bersenang-senang bersama teman-teman prianya.

"Hei, Vivian." Tenten memanggilnya saat menyadari bahwa Vivian tertinggal cukup jauh. "Aku mau beli minuman, kau mau tidak?" tanyanya saat Vivian mendekat.

"No, thanks. Aku tidak haus. Bisakah kita pulang sekarang?"

Tenten memutar bola matanya. "Well, kalau kau mau pulang ya sudah. Tapi kau tahu arahnya, 'kan?"

"What?" Vivian menoleh ke belakang dan ia ragu untuk kembali sendirian. Dia bahkan tidak ingat jalan yang sebelumnya ia lalui. What the hell. Dia mengumpat dalam hati lalu kembali menatap Tenten. Dia tahu kalau perempuan berambut cokelat itu agaknya memiliki sentimen pribadi padanya. "Terima kasih atas sarannya. Tapi kalau tidak keberatan, I'll stay with you two."

"No problem," sahut Tenten sembari mengendikkan bahu.

"Kurasa kami akan tunggu di sini saja. Tenten, kau tidak keberatan, 'kan?" tanya Ino.

"Tidak masalah. Aku mungkin cuma sebentar." Tenten menunjuk sebuah kedai kecil yang menjual jus dan smoothies.

Sembari menunggu, Ino dan Vivian menepi di sebuah kursi yang kebetulan terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Ada sedikit kecanggungan di antara mereka. Selain memang tidak begitu akrab, Vivian sendiri yakin kalau dirinya tidak pernah bertegur sapa dengan Ino sebelumnya.

"Apa kau merasa bosan?" Ino membuka percakapan untuk mengikis rasa canggungnya.

"Tidak," jawab Vivian.

"Benarkah? Kau pasti bohong."

"Apa kelihatan begitu jelas?" Vivian melihat Ino mengangguk lalu mendesah. "Maaf."

"Kau pasti memikirkan Sasuke, ya? Aku bisa mengerti itu."

Vivian terdiam sesaat. Lalu rasa penasaran mulai terbit di dalam dirinya. Tapi belum sempat ia bertanya, keduanya sudah dikejutkan oleh kedatangan grup laki-laki; Naruto, Sai dan Shikamaru.

Awalnya Vivian merasa senang tapi saat tidak menemukan Sasuke di sana, ia kembali murung.

"Sudah selesai dengan waktu cowok kalian?" tanya Ino.

"Seharusnya belum. Tapi kami khawatir kalian para gadis akan tersesat sendirian," kata Naruto.

"Memangnya kalian ke mana?"

"Hanya minum bir di pinggir pantai." Naruto menjawab santai.

"Apa?" Ino terkejut lalu kekesalan mulai mendesak dadanya. "Kalian cuma melakukan itu?"

"Tentu saja tidak, kami juga mengawasi cewek-cewek seksi yang sedang lewat."

Ino dan Vivian melotot tak suka. "Dasar bajingan!"

Naruto hanya terkekeh mendapat cacian dari Ino. Kemudian ia menyadari kalau hanya ada mereka berdua. "Di mana Hinata dan Tenten?" tanyanya.

"Tenten sedang mampir ke kedai. Kalau Hinata ..." Ino ragu untuk mengatakannya. Sebab dia juga tidak yakin ke mana Hinata. "Tenten bilang, dia pergi bersama temannya."

FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang