•••
Sesuai rencana sebelumnya, Sasuke akan mengambil penerbangan lebih awal daripada teman-temannya ketika berangkat ke Pulau Ishigaki. Pria itu ingin memberikan kejutan kecil pada mereka saat tiba di sana.
Lelah yang tadi Vivian keluhkan sirna ketika ia melihat bangunan mewah di depannya. Dan senyumnya mengembang saat Sasuke mengatakan kalau mereka akan tinggal di sini selama liburan.
"Kau yakin ini hanya rumah pantai dan bukannya penthouse di Miami Beach?"
"Tentu saja bukan. Ini hanya semacam ya ... rumah."
"Tapi tetap saja ini terlalu mewah untuk sebuah rumah pantai. Milikmu?"
"Secara teknis, ini milik orangtuaku."
"It looks so great."
"Ayo masuk. Aku akan mengajakmu berkeliling."
"Oh, seriously? I mean, yes, Babe."
Sasuke tertawa. Ia mengulurkan tangannya pada Vivian dan wanita itu dengan senang hati menerimanya. Mereka bergandengan saat akan menaiki tangga.
Vivian sangat bersemangat saat Sasuke mengajaknya berkeliling. Dari lantai pertama sampai dua, hampir tidak ada yang terlewatkan.
Kemudian Sasuke bilang akan menunjukkan kamar pribadinya di lantai tiga. Tapi sebelum itu, masih ada satu kamar lagi yang ingin dia perlihatkan.
"Jadi lantai tiga ini semacam area pribadimu?" tanya Vivian saat mereka menapaki tangga.
"Iya. Ayah dan Ibu jarang menggunakan lantai tiga sementara Kakakku tidak begitu tertarik dengan rumah ini. Jadi aku menggunakan otoritasku untuk menguasainya."
"Sepertinya itu jadi tempat yang spesial buatmu."
"Begitulah."
Setibanya di atas, Sasuke memandu Vivian ke sebuah kamar dengan pintu bercat putih. Awalnya dia sempat membayangkan itu adalah kamar tamu seperti yang sebelumnya ditunjukan oleh Sasuke. Tapi begitu sang kekasih membuka pintunya, saat itu juga mata Vivian melebar takjub.
Kamar itu lebih luas dan ada jendela besar yang memvisualisasikan pantai berpasir putih serta hamparan birunya laut membuat Vivian tidak bisa mengalihkan pandangannya. Mulutnya bahkan menganga karena takjub.
Kesenangan itu meletup begitu saja seolah kamar ini akan dia tempati padahal Sasuke belum mengatakan apa-apa. "I want this room! Can I sleep here?"
Tapi sayangnya, jawaban yang keluar dari mulut Sasuke membuat Vivian tersulut api cemburu.
"Maaf, Vivian. Tapi kamar ini milik Hinata."
"Apa?" Vivian praktis memicing begitu mendengar nama Hinata. Dan tanpa sadar suaranya meninggi saat berkata, "Lagi? Apa tidak cukup di Manhattan dan di kamarmu? Kenapa gadis itu ada di mana-mana?"
"Aku minta maaf, Vivian. Aku tidak bermaksud apa pun. Tapi ini memang kamar Hinata." Sasuke mencoba menenangkan kekasihnya.
"Tell me why! Ini bahkan bukan rumahnya tapi dia punya kamar sendiri di sini?" Suara Vivian tidak berubah. Masih dipenuhi oleh amarah.
"Ya." Sasuke menjawab dengan tegas dan itu mengejutkan Vivian. Pria itu menghela napas lalu menangkup wajah kekasihnya dengan dua tangan dan berkata, "Aku benar-benar minta maaf. Dan aku mohon pengertianmu. Saat kecil, aku dan Hinata pernah berlibur di sini. Dia juga menyukai kamar ini dan sejak saat itu aku berkata padanya bahwa kamar ini ...."
"Stop!" Vivian menyela. "Aku tahu apa yang akan kau katakan," lanjutnya. Matanya terisi oleh kekecewaan dan wajahnya mulai murung.
Sasuke merasa sedikit bersalah. Dia tidak bermaksud membuat Vivian marah. Untuk menghibur kekasihnya, pria itu kemudian berkata, "Hei, bukankah kita bisa tidur berdua?"
![](https://img.wattpad.com/cover/248499584-288-k580841.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS
Fanfiction[POSTPONED] "I'm not your friend. I am your man!" Sasuke dan Hinata sudah berteman lama. Ketika kasih sayang dan perasaan rindu yang menumpuk, menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka. Sekelompok pemuda bermaksud untuk berlibur bersama di Pula...