Chapter 3

1.3K 297 35
                                    

•••

Vivian cukup terkesan dengan cara keluarga Sasuke memperlakukannya; mereka ramah dan cukup terbuka. Hanya saja, tanah memang tidak bisa membohongi dari mana seseorang berasal.

Ada beberapa hal yang menurut Vivian sedikit berbeda dengan cara orangtuanya bersikap, salah satunya persoalan pernikahan dan keturunan. Orangtua Sasuke cukup ikut andil dalam urusan itu. Mereka mengatur beberapa hal karena di sini, pernikahan dan anak adalah hal yang krusial.

Wanita berdarah Italia-Amerika itu senang ketika orangtua Sasuke memberikan harapan kalau dia bisa menikah dengan pria itu, namun mereka juga berharap kalau keduanya segera memiliki anak setelah pernikahan.

Hal yang tidak Vivian pikirkan sebelumnya. Dia mencintai Sasuke, itu benar. Tetapi dia tidak berpikir kalau mereka akan secepat itu merencanakan soal momongan.

Malamnya, mereka berdua sempat bicara. Ada perdebatan kecil, namun karena Vivian tidak ingin merusak liburan mereka, maka dia akan memikirkannya lagi dan membuat kekasihnya lega.

Mereka lelah dan butuh istirahat. Sebelum tidur, Vivian diam-diam mendatangi Sasuke di kamarnya. Ini pertama kalinya wanita itu melihat kamar asli kekasihnya. Yang dia tahu hanya apartemennya di New York.

Sasuke punya kamar yang cukup besar. Perabotannya tidak terlalu rumit. Membuat suasananya cukup nyaman. Meski begitu, tetap ada sentuhan laki-laki ketika sebuah gitar akustik bersandar di sebelah kabinet tv.

"Aku tidak percaya bisa berada di kamarmu. Ini keren. And yeah, it's Japan," kata Vivian. Dia duduk di sisi ranjang sembari mengagumi interior kamar Sasuke yang minimalis namun terkesan maskulin.

"Apa kau suka di sini?"

"Absolutely." Pandangan Vivian masih berkeliling lalu matanya tak sengaja melihat sebuah foto serupa dengan yang ada di apartemen Sasuke. Dia mengambilnya. "I see her everywhere," katanya.

Sasuke menoleh dan mendapati Vivian baru saja meletakkan kembali bingkai foto Hinata di nakas. "Ya. Dan kau akan sering melihatnya."

Vivian mendesah. "Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa dengan gadis yang menjadi kesayangan kekasihku," gumamnya.

Sasuke terkekeh. "Hinata gadis yang baik. Sebenarnya dia orang yang ramah dan mudah bergaul."

"Really? Tapi yang aku lihat tadi tidak seperti itu."

Sasuke terdiam sejenak. Dia mengingat bagaimana sikap Hinata hari ini. Dan memang, ada yang berbeda dari gadis itu. Namun, dia tidak ingin berkomentar apa-apa. Lebih tepatnya, tidak ingin menilai terburu-buru.

"Kau cuma belum mengenalnya, Vivian. Aku yakin kau akan menyukainya." Hanya itu yang bisa Sasuke katakan.

Vivian mendengkus. "Entahlah."

.

.

.

"Pulau Ishigaki?" Mikoto mencoba memastikan tentang rencana liburan yang baru saja Sasuke katakan. Saat ini mereka tengah menikmati sarapan bersama.

"Ya," sahut Sasuke.

"Tadi kau bilang, kau juga liburan bersama teman-temanmu?" Fugaku ikut bertanya.

Sasuke kembali mengangguk. "Aku sudah lama tidak bertemu mereka. Dan liburan bersama adalah rencana yang hebat."

"Benar juga. Lalu kapan kalian berangkat?" tanya Mikoto lagi.

"Kami berangkat terpisah."

"Kenapa begitu?"

"Karena aku dan Vivian ingin memberikan kejutan. Mereka tidak tahu kalau kami akan bergabung. Kecuali Naruto." Sasuke melirik Vivian dengan seringai kecil seolah mereka telah siap dengan rencana kejutan tersebut.

FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang