Sekarang aku mengerti apa yang Tanner maksud...
“Baca,” Katanya. Tanpa ia suruh sebenarnya aku sudah membacanya. Aku masih belum bisa menjawab apa-apa, aku hanya bisa berteriak sembari melompat-lompat didalam hati. Mata Tanner menatap mataku dalam dan mata kami bertemu, “Would you be my girlfriend?” Ucapnya. Sudah kuduga pasti ia akan menanyakan ini.
Aku menatap wajah Tanner selama 10 detik sebelum menjawab. Mata hijaunya menatapku penuh harap. Aku tahu ia menunggu jawaban dariku, tapi aku malah melihat wajahnya dan baru kusadari kalau ternyata ia tampan, ah Tiff sadar! “Yeah.” jawabku tanpa berfikir. Senyum mengembang di wajahnya, tangan kami masih membentuk tulisan ‘I Love You’ tapi disaat aku menjawab kalau aku menerimanya menjadi pacarku, ia langsung menggenggam tanganku dengan erat.
Tanganku terasa hangat di genggamannya, ia langsung menarikku kedalam dekapan pelukannya begitu erat. Aku bisa mendengar jantungnya berdetak, aku juga bisa merasakan hembusan nafasnya di telingaku. Sekarang, benakku memutar memori dari aku mengenalnya sampai sekarang. Dari bagaimana ia tahu namaku sebelum aku menyebutkannya, bagaimana ia memintaku membuat cover sebuah lagu yang sekarang menjadi sebuah kebiasaan kami, bagaimana ia datang ke pemakaman Harry padahal ia tidak kenal dengan Harry. Ngomong-ngomong aku jadi teringat dengan Alex, semoga dia sudah merelakan Harry.
Tanner mengelus rambutku, itu membuatku menjadi terasa nyaman dipelukannya. Ah, kenapa aku selalu mudah jatuh cinta? “I love your hair,” ucapnya hangat. Sadar akan ucapannya aku melepas pelukannya.
“Jadi kau hanya suka dengan rambutku? Bukan denganku hah?” aku mengerutkan dahi.
“Uhh...bu-bukan itu maksudku, aku menyukaimu. Aku hanya sedang memuji rambutmu saja, eh maksudku rambutmu memang bagus,” katanya gelagapan. Aku tahu ia masih canggung karena kami sekarang berpacaran.
“Hahaha...aku hanya bercanda.” aku tertawa renyah.
“Kau tahu, kita sudah 24x meng-cover lagu, yang artinya dalam 1 bulan kita bisa 2x membuat cover ya,” Tanner meng-scroll akun Youtube nya dari atas sampai bawah. Ternyata di akun nya lebih banyak coverku berdua dengan Tanner dibandingkan cover Tanner sendiri.
“Iya, aku juga ingat saat kau pertamakali memintaku untuk membuat cover bersama.” jawabku sambil tersenyum kearahnya, Tanner malah mengacak-acak rambutku lau kembali fokus dengan laptopnya.
***
Aku pun berjalan sambil tersenyum bahagia mengingat bagaimana Tanner memintaku menjadi pacarnya dengan caranya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau ternyata akulah gadis yang ia sukai. Aku kira ia menyukai gadis-gadis populer di kampus seperti kebanyakan film yang kutonton, but now he’s mine.
Aku memberhentikan Taxi yang kebetulan melintas disampingku karena aku malas berjalan ke halte yang lumayan jauh dari Apartement Tanner. Aku malas berjalan, aku lelah... sepertinya energi ku sudah habis termakan oleh perasaan gembiraku.
Aku membuka gulungan headset dan menyambungkan nya ke ponselku. Kubuka playlist dan aku men-shuffle lagunya. Lagu Mine dari Taylor Swift langsung mengalun gembira di telingaku. Aku menaruh ponselku di dalam tas dan melihat keluar jendela. Kulihat ada sekumpulan anak-anak kecil sedang membawa balon warna-warni, wajahnya tampak ceria sekali, aku jadi merasa sedang berada di sebuah film yang sudah di setting alurnya.
***
Sesampainya dirumah, aku menemukan Tyler yang sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, oh mungkin ia sibuk dengan pekerjaannya. Aku menarik kursi dan langsung duduk disampingnya “Hai Tyler....” aku melingkarkan tanganku di lehernya, Tyler masih terfokus dengan laptopnya. Saat aku melihat layar laptopnya, ternyata ia sedang membuka situs Omegle, dasar. Tak lama kemudian Tyler langsung menutup laptopnya dengan cepat, mungkin dia malu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
FanfictionGot a long list of ex-lovers, they'll tell you I'm insane. But I've got a blank space baby and I'll write your name. Tak peduli seberapa banyak nama yang sudah terukir di hati, tetap ada tempat kosong untuk menuliskannya lagi. ©2014 by mirandaarun...