'Krek' kurasakan bunyi hatiku saat membelah. Ralat, aku memang tidak mendengarnya, tetapi aku merasakannya. Seperti ada nyesek-nyesek nya gitu.
Ya Tuhan...
Aku melempar ponsel ku di atas kasur dengan kuat. Kurasakan mataku mulai memanas. Rasanya menyakitkan dan memilukan. Pada akhirnya, aku mengambil kembali ponsel ku. Aku berusaha menahan air mataku agar tak keluar kembali. Kerongkonganku seperti penuh oleh batu besar.
Memang, aku jarang mengestalk Twitter nya. Memang, aku jarang membuka Twitter akhir-akhir ini. Pernyataan itu dengan mudahnya menjadi kesempatan untuk Tanner.
Pada akhirnya, kenyataan memang meyakitkan. Walaupun belum terbukti nyata-nya, aku bersikeras kalau ia berselingkuh.
Seperti yang kukatakan tadi, aku juga yang akan mengambil ponsel yang kulempar. Layarnya masih menampilkan foto Tanner dan Megan dengan caption 'My sunshine'. walaupun baru sekali bertemu dengan Megan, aku yakin kalau itu dia. Jariku langsung menutup aplikasi Twitter sebelum aku melempar ponsel ku kembali.
Kecewa dan bingung. Itu yang kurasakan sekarang. Apa aku harus menelepon Tanner dan menyuruhnya memberi penjalasan? Ya, mungkin itu satu-satunya jalan terbaik. Setelah nada sambung ke tiga, akhirnya ada yang mengangkat.
"Halo..." Suaranya terdengar sangat ceria, lembut, dan ramah. Tapi ini perempuan. Hatiku terasa dicabik-cabik mendengarnya.
"Y-ya. Apakah Tanner ada?" Aku mencoba mengendalikan diriku dengan cara mengatur napas agar tidak emosi.
"Tunggu... sepertinya aku pernah mendengar suaramu. Kau Tiffany teman nya Niall bukan?" Perempuan itu mengenalku.
"Iya, dan kau...?" Aku berusaha agar suaraku tidak terdengar menyedihkan. Padahal, hatiku sudah membelah. Ku harap ini bukan Megan, ku harap ini bukan Megan.
"Aku Megan, kita pernah bertemu saat aku masih berpacaran dengan Dave, hehe... oh ya tadi kau mencari Tanner, kan? Ia sedang tidur. Apa kau punya pesan untuknya?" Suaranya masih sama, terdengar ceria, lembut, dan ramah.
Tubuhku lemas saat mendengar 'Aku Megan, kita pernah bertemu saat aku masih berpacaran dengan Dave' Kata-kata itu membuktikan kalau Megan sudah putus dengan Dave dan ia mempunyai peluang untuk berpacaran dengan Tanner. Di sisi lain, ia juga mengatakan kalau Tanner sedang tidur yang menyatakan kalau mereka sedang berada dalam satu tempat.
"Tiff... kau disana?"
"O-oh iya."
"Kau ada pesan? Atau... aku akan menyuruh Tanner menelponmu kembali setelah ia bangun mungkin?"
"Tidak, biar aku saja yang menghubunginya."
"Okay,"
"Iya, bye."
Dengan begitu, aku putuskan sambungan telepon ini. Sambungan telepon yang membuahkan rasa sakit yang begitu dalam. Seandainya perban bisa mengobati rasa sakit hati, aku sudah memakainya dengan tebal. Seandainya.
Keceriaan tadi pagi hilang sudah digantikan rasa sakit. Bukan, bukan flu, melainkan sakit hati.
"Tiff, kau sudah mandi kan? Bersiap lah, Mom akan mengajakmu bertemu dengan teman Mom." Ucap Mom dari luar sana sambil mengetuk pintu kamarku.
Ku hapus air mataku secepat mungkin lalu membuka pintu. "Mom, sepertinya aku tidak bisa. Aku mengantuk, Mom." Dustaku sambil berusaha menguap-dan untungnya berhasil.
Mom mengusap rambutku pelan. "Please sayang, Mom akan pulang besok dan ini waktu terakhir kita disini."
"Apa? Besok? Huh, Mom...kau bahkan belum menghabiskan waktu bersamaku." Aku memasang puppy face ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
FanfictionGot a long list of ex-lovers, they'll tell you I'm insane. But I've got a blank space baby and I'll write your name. Tak peduli seberapa banyak nama yang sudah terukir di hati, tetap ada tempat kosong untuk menuliskannya lagi. ©2014 by mirandaarun...