Masih mencari saklar untuk menyalakan lampu, tiba-tiba lampu nya sudah menyala dengan sendirinya. Aku terkejut setengah mati ketika aku melihat banyak sekali manusia disekelilingku. Masing-masing dari mereka menampakkan senyum sumringahnya sementara aku masih membeku disini menatapi mereka.
"SURPRISE!!!" ucap mereka secara bersamaan. Aku masih diam seribu bahasa. Pikiranku mengingat saat Mom mengatakan tentang 'surprise' di telefon. Kalaupun ini surprise yang dimaksud Mom, mengapa ia sampai mengajak teman-temanku juga?
Aku yang masih bingung mencoba membuka suara, "Surprise?"
"Astaga Tiff, memangnya kau tidak ingat ini hari apa?" kata Niall sambil memutar bola mata.
"Hari ulang tahun mu, Tiff!" Tyler yang sepertinya geregetan langsung menyambar pipiku untuk dicubit.
Aku masih memasang wajah bingung ku, "Jadi aku ulang tahun? Memangnya sekarang tanggal berapa?"
"Hari ini tanggal 11 Desember, bodoh!" timpal Alex yang sedari tadi diam.
Aku masih menatap Mom,Dad,Tyler,Niall,Alex, dan Louis bergantian. Jadi sekarang aku ulang tahun? Aku masih tidak menyadarinya. Melihat wajah mereka dan bajuku yang basah seperti ini membuat ku bingung harus marah atau terharu. Aku langsung memeluk mereka semua-walaupun tangaku tidak terlalu panjang untuk melingkari seluruhnya-Aku tidak perduli lagi dengan keadaan bajuku.
"Hey Tiff, tiup dahulu lilin nya." Kata Dad, sementara kue dihiasi lilin berangka 19 sudah ditangan Mom menunggu untuk ditiup.
"Aww, jadi sekarang aku 19 tahun ya?" pekikku saat memandangi lilin nya.
Louis langsung mengacak-acak rambutku yang masih basah, untungnya ia tidak melakukan ini dengan ganas, "Bodoh sekali kau!" ucapnya, sementara yang lain hanya tertawa.
Saat aku menyiapkan napas panjang untuk meniup lilinnya, Dad menyuruhku untuk make a wish terlebih dahulu. Dengan mata tertutup, dengan khidmat aku menyebutkan beberapa harapan ku. Setelah itu aku mendapat kecupan hangat dari Mom dan Dad. Bulir bening pun keluar dengan sendirinya dari mataku. Aku terharu.
Setelah berganti baju, aku memutuskan untuk tidur kembali. Mataku masih mengantuk walaupun sudah dikejutkan dengan air.
***
Aku dibangunkan oleh seuatu. Bukan, bukan mereka lagi. Tetapi karena perutku yang keroncongan. Aku lapar sekali, maka dari itu aku langsung turun kebawah berharap seseorang sudah menyiapkan makanan untuk ku.
Belum sampai di tangga terakhir, aku melihat Alex, Niall dan Louis sedang menonton televisi. Ya ampun ternyata mereka masih disini, aku berjalan berniat untuk bergabung dengan mereka yang masih menonton televisi.
"Eh personil, kenapa kalian masih disini? Niat sekali kalian datang ke rumahku tengah malam dan sekarang sudah jam 9 pagi masih saja kalian betah disini. Aku kira kalian sudah pulang. Mau apa lagi memangnya kalian?" tanyaku pada tiga orang itu.
Alex yang berada disampingku mulai menatapku aneh. Ya, sekarang aku sudah duduk di sofa bersama Alex. Sementara Louis dan Niall duduk dibawah meluruskan kakinya dengan santai. Kenapa aku melihat mereka seperti pasangan homo ya? Astaga, apa yang aku pikirkan.
"Really Tiff? Kau sangat tidak menghargai kami. Kau tahu, kami, orang tuamu dan juga Tyler sudah rela datang ke rumahmu tengah malam untuk memberi mu surprise tapi kau malah seperti itu." Ucap Alex sementara Louis dan Niall hanya mengangguk.
"Hehe, iya iya. Terima kasih ya kalian semua sudah membuat surprise untuk ku. Aku jadi semakin sayang sama kalian, mwah mwah," Aku mulai memeluk mereka satu-satu, "Oh iya, by the way semalam siapa yang menyeret kaki ku dan melemparku ke bak mandi? Karena itu aku mulai merasa gejala flu, terlebih sekarang sedang musim dingin, huh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
FanfictionGot a long list of ex-lovers, they'll tell you I'm insane. But I've got a blank space baby and I'll write your name. Tak peduli seberapa banyak nama yang sudah terukir di hati, tetap ada tempat kosong untuk menuliskannya lagi. ©2014 by mirandaarun...