VI - Novel

32 2 6
                                    

Sabtu, di cafe Aloha

"Duh udah pasti telat nih, udah jam segini soalnya," ujarku yang sedari tadi ngedumel sendiri. Sebenarnya aku sudah berangkat jam setengah 9 pagi tadi, tapi karena handphoneku tertinggal di rumah, alhasil aku harus membujuk ayahku untuk mengantarkanku kembali ke rumah. Untung saja ayahku baik hati, kalau tidak mungkin saja aku diminta untuk balik ke rumah sendiri.

Kalian ingatkan ini hari apa?

Oh ayolah masa kalian sudah lupa -_-

Jadi, hari ini aku akan kerja kelompok bersama teman-temanku. Mungkin kalian berpikir "Alah cuma kerja kelompok, apa istimewanya?". Tentu istimewa, karena ada seseorang yang bisa dibilang orang yang aku sukai.

"Oh ayolah Ayana. Kau memang menyukainya kan?!"

Hehehe memang. Tapi aku sangat berharap kalau aku bisa move-on darinya. Tak mungkinkan aku terus-terusan menyukai pacar orang. Mau jadi apa aku.

Sampailah aku di cafe Aloha. Langsung saja aku masuk ke dalam dan mencari teman-temanku yang pastinya sudah datang dari tadi.

Ternyata benar, aku datang paling akhir dan lihat betapa senangnya mereka memandangku saat ini. Bagaikan mendapat harta karun dari bajak laut yang paling kaya.

"Yeaayy!!!" Sorak mereka yang sangat girang melihat aku terlambat datang.

"Ay masih ingatkan perjanjiannya apa?" ujar Lena.

"Iya iya. Bentar ya mau pesen dulu"

"Yess makan banyak! Cihuy!" teriak si Ahmad.

Setelah urusan pesan memesan minuman dan makanan untukku dan para anak-anakku -anggap saja begitu-, aku kembali ke tempat teman-temanku tadi. Kuharap aku masih bisa banyak membantu.

"Jadi udah sampai mana bikin replikanya?" tanyaku.

"Ini masih bikin kerangkanya dulu Ay. Susah dari tadi bikinnya," jawab Rio.

"Oh oke. Terus masih ada bahan yang kurang nggak?"

"Udah lengkap semua kok Ay, tenang aja. Oiya kita nanti bagian bikin kepala virusnya aja ya sekalian sama finishingnya. Soalnya kalo buat kerangka badannya itu susah, biar yang cowok cowok aja," timpal Lena.

"Oke deh."

"Eh Ay, tolong ambilin lem di sebelahmu dong," pinta Rio.

"Nih, ada lagi?"

"Udah itu aja. Makasih"

"Sama-sama." Kalian tau apa yang aku lakukan setelah itu? Aku duduk diam sambil memandanginya. Ya, dia. Siapa lagi coba kalau bukan Rio. Aku terus memandanginya sampai....

"Ay! Ayana! Ih Ayana mah! Ayanaaa!!" teriak Lena sejak tadi.

"Eh iya iya. Loh kamu mau kemana?"

"Hadeh kan aku udah bilang kalau minta ditemani ke toilet. Hayuk Ay, udah kebelet nih!"

"Iya iya sebentar."

Aduh Ayana.... Bisa bisanya kamu memandanginya terus seperti itu. Semoga saja tidak ada yang melihat. Bisa malu aku kalau ada yang tau kalau aku memandanginya terus.

Ya Tuhan, tolong bantulah hambamu ini untuk bisa move-on.

"Huft aku benerin rambut aku dulu deh. Dari pada aku ngedumel terus kayak gini," batinku.

-----

Hari semakin sore, tapi pekerjaan kami belum juga selesai. Proses pembuatan kerangka virusnya memang memakan waktu yang cukup lama. Bahkan sampai jam tiga sore belum juga selesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang