Keesokan harinya, aku diantar ke sekolah oleh Ayahku. Ya meskipun sebenarnya aku ingin bolos saja, tapi kalau aku ketahuan bolos pasti aku akan dimarahi dan tidak diberi uang jajan seminggu. Aaaaaaa tidak tidak, aku tidak mau.
Sesampainya di sekolah aku sangat berusaha untuk terlihat seperti Ayana yang biasanya. Semoga saja tidak ada yang menyadari kalau aku saat ini berubah menjadi panda. Bagaimana tidak, aku menangis semalaman dan saat aku bangun pagi ini dan bercermin, aku menyadari kalau aku mirip seperti panda.
Kantong mataku sedikit membengkak dan berwarna hitam pula. Ditambah lagi raut mukaku yang benar benar tidak mood untuk pergi ke sekolah. Lengkap sudah, benar-benar seperti seekor panda.
Untung saja aku punya kacamata baca yang bisa aku pakai untuk menutupi mataku yang bengkak ini.
"Ayanaa!" Entah dari mana asalnya tiba-tiba muncul Lena yang membuatku kaget.
"Ih apaan sih Len, kaget tau! Ini masih pagi lo, jangan teriak-teriak, ntar susah dapet jodoh."
"Dih apaan, kata siapa coba?"
"Katakuu ahahaha."
"Serah Ay serah!"
Huft sepertinya aku terselamatkan dari acara interview Lena karena dia tidak melihat mata pandaku. Syukurlah.... Aku tidak bisa membayangkan kalau dia tahu mataku yang seperti ini, pasti aku akan terus dihujani pertanyaan yang tidak ada habisnya.
"Eh Ay Ay, liat tuh!"
"Apaan sih?"
"Ih ituu. Liat deh ada Rio sama Kiara. Eh bentar-bentar kalo diliat-liat kayaknya mereka berangkat bareng deh. Waaaahhh."
"Yaelah Len wajar aja, mereka kan baru jadian."
"Ehm iya sih. Waaahh aku masih enggak nyangka lo mereka bisa jadian."
"Astagaaa kenapa sih pagi-pagi udah disuguhi pemandangan kayak gini, jadi tambah enggak mood-kan elaahh," gerutuku dalam hati.
"Ayana?"
"Ha? Eh iya, aku juga enggak nyangka lo."
Teng teng teng
"Eh Ay ayo masuk! Kita kenapa masih di sini sih?!"
"Lah kan kamu yang ngajak ngegosip tadi."
"Udah yuk lari! Jangan sampai Bu Tutik sampai duluan di kelas. Bisa-bisa kita disuruh berdiri depan kelas nanti."
Berakhirlah sudah acara gosip tidak penting kita tadi yang ditutup dengan kegiatan lari-larian karena takut guru killer fisika kami yang sudah sampai duluan ke kelas.
-----
"Ay, ke kantin yuk!" ajak Lena.
"Enggak ah Len, males."
"Iiihh ayoo. Aku enggak mau mati kelaparan nungguin bel pulang sekolah bunyi Ay. Ayo ih!"
"Hmmmm iya iya." Dengan berat hati aku mengiyakan ajakan Lena. Padahal aku sedang malas untuk pergi ke kantin.
Sepanjang jalan ke kantin Lena terus berbicara tentang idol koreanya yang baru saja comeback. Aku yang mendengarnya hanya manggut-manggut sambil berdeham untuk mengiyakannya. Terlalu malas untuk merespon lebih.
"Ay, aku ke mamang siomay ya."
"Oh yaudah, aku mau beli minum aja ke kiosnya Bi Surti."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Daisy
Teen FictionAyana, seorang murid SMA yang bertemu dengan cinta pertamanya. Ayana pikir kisah cintanya akan berjalan seperti yang dia harapkan. Ternyata tidak. Ada banyak alasan yang menyebabkan dia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya dan memilih menyukai dalam...