I - His Name

54 4 4
                                    

Pagi itu aku berangkat lebih awal. Alasannya simpel, aku ingin mendapatkan bangku yang kuinginkan untuk kelas baruku. Aku diantar Ayah pagi ini. Setiap hari pun begitu.

Jujur, saat itu aku takut. Takut kalau aku kurang nyaman dengan teman sekelasku yang baru dan susah untuk mendapatkan teman. Namun ternyata aku salah. Begitu aku masuk kelas dan mencari bangku yang kosong, seseorang memanggilku. Namanya Galena.

"Hai, kamu mau duduk denganku? Kebetulan tempat duduk disebelahku masih kosong.” Tidak kusangka dia akan menawariku menjadi teman sebangkunya.

"Oh, tentu. Terimakasih."

"Namaku Galena."

"Aku Ayana." Dan begitulah aku bisa mengenal teman pertamaku di kelas yang baru, sekaligus menjadi sahabatku hingga sekarang.

-----

Berhubung pagi itu adalah hari senin, seperti biasa sekolah kami mengadakan upacara dan berlangsung dengan lancar. Tumben sekali upacara saat itu berjalan lebih cepat daripada biasanya. Setelah upacara selesai aku dan Lena mampir sebentar ke kantin untuk membeli minum.

Saat aku dan Lena kembali ke kelas suasana sudah ramai. Langsung saja aku menuju bangkuku dan duduk. Waktu istirahat yang tersisa kami habiskan dengan bercerita tentang idola masing-masing.

Tak selang beberapa lama, kelas mulai ribut. Aku tidak tahu apa yang mereka ributkan karena mereka masih bergerombol di depan pintu kelas. Kulanjutkan saja kegiatan mengobrolku dengan Lena yang sibuk dengan bahasan tentang penyanyi barat kesukaannya itu.

Semakin lama suara ribut itu semakin keras. Oh, rupanya mereka sudah masuk ke dalam kelas. Karena tingkat ke-kepoanku yang cukup tinggi, akhirnya aku mengalihkan pandanganku ke sumber suara.

Saat itulah aku melihat dia. Ya, dia yang aku maksud. Mungkin menurut kalian caraku pertama kali bertemu dengan dia mirip dengan adegan yang ada di film-film. Tapi, memang begitulah adanya.

Saat itu entah kenapa aku berpikir kalo dia itu lumayan ganteng dan sepertinya salah satu anak famous yang ada di sekolah. Terbukti dengan semua teman kelas baruku yang langsung mengenalinya.

Satu lagi yang menarik perhatianku. Entah mengapa dia memakai seragam yang salah. Sebenarnya dari atas sampai pinggang dia sudah memakai seragam dari sekolahku. Tapi setelah kulihat celananya, dia menggunakan celana yang berbeda. Mungkin itu yang diributkan teman-teman sekelasku tadi.

"Aya, kamu tahu anak itu?" Tiba-tiba Lena bertanya kepadaku.

"Siapa Len?"

"Itu yang barusan masuk tapi pake seragam yang aneh.”

"Oh, nggak kenal. Emangnya kamu kenal?"

"Ehm, enggak juga sih. Aku hanya tahu beberapa gosip tentang dia. Kamu tahu nggak? Dia itu pernah pacaran sama salah satu anak yang ada di kelas kita ini. Tapi ternyata hubungan itu cuma salah paham."

"Ha? Salah paham gimana Len?" Entah mengapa aku penasaran dengan gosip tentangnya. Ditambah lagi Lena yang menceritakannya seperti ibu-ibu kompleks kalo lagi ngegosip waktu beli sayur pagi-pagi.

"Jadi si ceweknya itu salah paham. Dia mengira kalo dia pacaran sama cowok tadi, eh ternyata dia malah pacaran sama temennya si cowok. Akhirnya mereka putus deh setelah tahu yang sebenarnya."

"Lah kocak mereka berdua." Berakhirlah acara gosip menggosip itu dengan tertawaan kami.

---------

Ternyata jam pelajaran pertama kami kosong, dan baru terisi saat jam pelajaran ketiga. Kali ini aku mendapatkan pelajaran kimia. Bayangkan betapa suramnya hari pertama masuk sekolah, aku sudah dihadapkan dengan mata pelajaran yang menguras pikiran. Untung saja guru yang mengajar kami tidak menyeramkan. Kalau iya, bertambahlah sudah deritaku.

Berhubung hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru, jadi guru kimiaku menggunakan pertemuan pertamanya untuk melakukan perkenalan. Setiap siswa memperkenalkan diri sendiri di bangku masing masing.

Saat giliran perkenalan sampai pada si "dia", aku memperhatikannya. Dia lucu. Entah mengapa aku berpikiran kalau dia seseorang yang lucu dan seperti yang kubilang tadi, lumayan ganteng. Setelah kuperhatikan lagi, ternyata dia juga tinggi. Aih, ada apa dengan aku ini.

“Hentikan Ayana. Mana bisa kau langsung menyukai seseorang saat pertama kali bertemu dengannya," batinku.

Begitulah hari pertamaku mengenalnya. Hari itu menjadi salah satu hari yang berarti bagiku. Akhirnya aku mengetahui namanya. Dia bernama Rio.

Arion Damar Saputra.

My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang