II - He Likes Someone

36 4 12
                                    

Sudah sebulan sejak aku naik tingkat ke kelas dua SMA dan bertemu dengan teman-teman baru. Aku mulai akrab dengan teman sekelasku meskipun belum semuanya. Jangan salahkan aku, karena aku memang pribadi yang introvert.

Apa kalian penasaran dengan hubunganku dan Rio? Apa kalian menduga aku sudah berteman dengannya? Kemudian aku menjadi dekat dengannya? Jawabannya tidak. Aku tidak memiliki keberanian untuk mendekatinya. Maksudku bukan untuk menjadikannya gebetan. Hey, aku tidak seperti itu kawan. Bisa dibilang aku malu untuk menyapanya, jadi aku hanya bisa mengamatinya dari jauh.

Dengan sikapku yang seperti itu, aku pikir aku mulai melakukan suatu kesalahan. Kesalahan yang menyenangkan menurutku. Aku malu untuk mengatakan ini, tapi sepertinya aku mulai menyukainya. Haahh betapa menyedihkan aku ini.

Setiap hari aku selalu memerhatikannya. Mulai dari sikapnya, caranya bicara, tersenyum, tertawa. Ahh aku sangat menyukai senyum dan tawanya.

Tanpa kusadari, perasaan sukaku terhadapnya semakin bertambah setiap harinya. Perasaan yang tanpa kusadari dapat menyebabkan tangisan yang menyedihkan suatu saat nanti.

-----

Hari itu adalah hari kamis. Salah satu hari favoritku karena jadwal pelajarannya yang cukup ringan. 

Jam pelajaran pertamaku adalah olahraga. Namun ternyata guru olahragaku tidak bisa mengisi kelas hari ini karena ada tugas dinas keluar kota. Akhirnya untuk mengganti materi olahraga hari ini, kami sekelas diminta untuk lari memutari lapangan sekolah. Dua putaran untuk putri dan tiga putaran untuk putra. Setelah itu kami bisa kembali ke kelas dan menghabiskan sisa jam olahraga kami untuk hal lain asalkan tidak ramai.

Aku dan Lena pun bergegas untuk mengganti pakaian olahraga kami dengan seragam sekolah. Kemudian kami membeli jajanan dan minuman di kantin untuk dimakan di kelas nanti.

Saat kami kembali ke kelas, kondisinya masih sepi. Hanya ada beberapa anak yang sudah sibuk dengan dunianya masing-masing. Mungkin anak-anak yang lain sedang ke kamar mandi untuk ganti baju atau pergi ke kantin untuk membeli sesuatu.

Hari ini Lena membawa novel yang dia rekomendasikan kepadaku. Mulailah kami tenggelam dalam pembicaraan tentang novel itu. Ditemani dengan jajanan yang telah kami beli tadi.

Tak lama kemudian datanglah gerombolan anak laki-laki kelasku. Sepertinya mereka habis mandi. Terbukti dari rambut mereka yang masih basah. Oh, ternyata dia ada di gerombolan itu. Siapa lagi yang aku maksud kalau bukan Rio.

Aku hanya memerhatikan mereka sebentar, lalu aku kembali mendengarkan Lena yang semangat sekali menjelaskan novelnya kepadaku. Namun fokusku pecah karena tak sengaja mendengar percakapan gerombolan anak laki-laki tadi.

"Eh bro, gimana kelanjutan proses PDKTmu sama si Kiara?" salah satu anak laki-laki dari gerombolan itu bertanya.

"Loh siapa nih yang lagi PDKT?"

"Halah itu lo si Rio. Gimana bro? Lancar nggak?" Aku yang mendengar kalimat ini langsung kaget. "Bagaimana bisa? Aku nggak salah dengarkan?" batinku.

"Eh apaan sih." Dari yang aku lihat sepertinya memang benar. Dia tampak malu-malu saat diberi pertanyaan itu.

"Yaelah ni anak pake malu malu segala. Gimana kelanjutannnya? Penasaran nih."

"Ehm ya gitu. Lancar lah pokoknya."

"Ciaah habis ini ada yang taken nih uhuy."

"Apaan sih. Dah diem diem. Udah kayak emak-emak rumpi dah kalian semua."

Saat itu aku hanya bisa diam. Diam memikirkan semua. Sampai Lena yang masih asyik bercerita tentang novelnya tak lagi aku perhatikan.
Aku bingung harus bagaimana. Disaat aku sudah mulai menyukainya, tapi ternyata dia telah memilih pilihannya sendiri.

Haha! Apa yang kau harapkan Ayana? Dia akan menyukaimu juga kalau kamu sudah menyukainya? Bahkan dia saja mungkin sudah lupa kamu yang mana setelah hari perkenalan itu, batinku.

Tak lama kemudian Kiara masuk ke kelas bersama teman-temannya. Aku mulai memperhatikannya. Lihatlah, aku memang kalah jauh darinya. Kuakui kalau dia cantik, anggun, salah satu anak yang bisa dibilang kaya di sekolah, dan jangan lupakan kalau dia juga famous. Siapa yang tak akan suka dengannya. Mungkin kakak kelas juga sudah mengantri untuk bisa berpacaran dengannya.

Bandingkan denganku. Cantik? Mungkin aku termasuk dalam kategori yang biasa saja. Anggun? Entahlah, kadang aku rasa aku orang yang pecicilan. Kaya? Haahh aku tidak ingin membicarakan itu. Anak famous di sekolah? Tentu saja tidak. Lihat, aku dan dia sangat berbanding terbalik.

Setelah kejadian itu, seketika mood-ku berubah. Ada perasaan kecewa yang datang setelah mendengar obrolan mereka. Jahatkah aku kalau berharap mereka tidak akan bersama? Katakan aku jahat karena aku memang berharap itu benar-benar terjadi.

My DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang