Di daun yang rimbun, terukir rindu. Bayangan dirimu yang selalu tak pernah lepas dalam memori indahku. Begitu indah hingga rasanya aku tidak ingin berpisah, begitu bahagianya hingga aku tidak ingin kau terlalu jauh dariku. Lihat bagaimana cantiknya dirimu, lihat bagaimana rupamu, lihat bagaimana senyuman cerah menghiasi bibirmu.
Mungkin aku tega jika meninggalkan dirimu sendirian dalam bayangan sendu. Tapi aku akan tetap tega pada akhirnya. Aku mungkin bisa melupakanmu, tapi aku tidak bisa untuk melihatmu terkulai lemas di atas kasur sambil menatap diriku di layar ponsel.
Subin-ah, saranghae.
-Bang Yedam
"Ck, mwoya? Kau memberikanku kata-kata yang sama lagi?" kata Subin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Wae? Kau tidak suka?"
"Aniya, bukannya aku tidak suka. Hanya saja, kau selalu menulis kata-kata yang sama untukku. Kau benar-benar ingin pergi dariku ya, Oppa?" tanya Subin.
Yedam tertawa kecil sambil mengusap-usap kepala Subin karena dia bertingkah begitu menggemaskan.
Hari minggu yang mereka janjikan untuk berdua bersama di tepi Sungai Han sembari menaiki sepeda akhirnya terwujud juga. Subin hari ini begitu riang hingga Yedam tak mampu untuk membuatnya sedih. Dia hanya ingin membuat hari-hari Subin bahagia.
"Oppa, jawab pertanyaanku!" desak Subin sambil memukul dada Yedam.
Yedam malah semakin tertawa dan memeluk tubuh Subin, membawanya ke dalam pelukan dan membiarkan Subin memukul dadanya, meski rasanya sakit, tapi tak apa. Dia suka Subin yang manja dan lucu seperti ini.
"Oppa, kau benar tidak akan pergi, 'kan?" tanya Subin lagi sambil memainkan baju Yedam di dalam pelukannya.
"Ani-yeo," balas Yedam dengan senyuman palsu yang hanya bisa dilihat oleh tenangnya sungai Han.
"Kalau kau benar pergi aku akan menangis sepanjang waktu loh. Aku juga akan meluka jari-jari manisku yang cantik untuk terus bermain piano dan gitar sepanjang waktu, agar kau menyesal dan kembali lagi padaku," dumel Subin sambil memperlihatkan sepuluh jarinya.
Yedam tidak menjawab, dia benar-benar tidak bisa menjawab hal itu. Baginya, mendengar Subin banyak berbicara saja sudah cukup rasanya. Tidak kurang dan tidak leih. Yedam juga berusaha untuk tidak menangis.
"Kau tidak menjawab lagi," rengek Subin yang dihadiahi tawa oleh Yedam.
Yedam saat ini sedang memeluk Subin, meski tubuhnya merasa sakit lagi tapi dia sangat ingin memeluk Subin, dia ingin Subin merasa hangat. Dia ingin menjaga Subin, dia ingin Subin tahu bahwa Yedam sangat mencintainya tanpa neko-neko.
"Saranghae, Subin-a."
"Nado saranghae. Neomu saranghae. Yedam Oppa hanya milik Subin, tak boleh dimiliki yang lain."
Yedam tersenyum tipis mendengar ucapan Subin. Andai dia berani, Subin pasti tidak akan mengatakan hal seperti itu.
Mianhae, Subin-a.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Yedam
FanfictionDetik-detik terakhir kehidupan Yedam yang dia mau hanyalah untuk selalu bersama Subin setiap detiknya. Dia tidak akan membiarkan Subin merasa kasihan kepadanya. Yedam ingin, Subin memiliki senyum secerah dirinya hingga Yedam lupa bahwa dia harus per...