"Kenapa kau jadi gugup?" tanya Subin curiga.
"Tidak biasanya kau menanyakan Yedam ke yang lain," balas Junkyu berusaha santai.
"Hah?" Sua melongo sebentar. Sepertinya Junkyu salah paham kepadanya. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang sedikit panik. "Junkyu-ya. Aku hanya ingin bertanya satu hal tentang Yedam."
Junkyu meneguk salivanya dengan susah payah. Tubuhnya juga sedikit grogi membuat Subin hampir tertawa karenanya. "Junkyu, aku hanya ingin bertanya. Di mana biasanya Yedam akan bermain futsal? Aku tidak pernah tahu GOR mana yang dia kunjungi. E—Eh. Kenapa kau melihatku seperti itu?"
Junkyu terlihat jelas sedang menatap Subin dengan penuh keterkejutan. Dia bahkan membulatkan mata dan mulutnya. Bahkan sekarang, bahu Subin sedang dicengkram kuat olehnya.
"Kau hanya mengatakan hal itu saja?"
"Aku bertanya, bukan mengatakan. Kau ngapain balik bertanya?"
Subin memutar kedua bola matanya dengan sebal. Junkyu terkadang terlalu berlebihan untuk berekspresi.
Dari kejauhan, Yedam yang melihat Subin dicengkram oleh Junkyu langsung saja mendekat. "YA! JUNKYU-YA! KAU INGIN MATI?"
Junkyu buru-buru melepaskan tangannya dari bahu Subin. Langkah kaki Subin langsung bergerak menuju Yedam dan memeluknya dengan erat.
"OPPA!"
"Kau tak apa? Junkyu apakan dirimu?"
"Oppa cemburu?"
"Ani. Junkyu terlihat mencurigakan."
Subin tertawa mendengar Yedam mengatakan hal seperti itu kepadanya. Padahal itu adalah reaksi berlebihan dari Junkyu. Yedam langsung merangkul Subin dan berjalan mendekat ke arah Junkyu yang sedang mematung ke arahnya.
"Jangan sentuh pacarku!" kata Yedam memperingati meski itu hanya candaan saja. Subin terkekeh mendengarnya, lalu mereka berdua pergi meninggalkan Junkyu.
"AISH, MEREKA BERDUA SAMA SAJA," raung Junkyu dengan kesal. Dia bahkan menjedotkan kepalanya ke tembok. "Yang satunya ga boleh kasih tau Subin, yang satunya malah bikin deg-degan. Kalau Yedam tahu, kan aku juga yang kena. Kenapa ga ngasih tahu masing-masing aja gituloh," dumel Junkyu sambil menghentakkan kakinya dan mengomeli dinding.
"Kau beneran gila ternyata," sahut Jihoon dan Yoshi yang datang sambil menertawai Junkyu.
~~~~
"Kau bicara apa dengannya?" tanya Yedam saat mereka sudah duduk di kelas.
"Tidak yang aneh-aneh kok. Aku hanya bertanya, kamu sering bermain futsal di mana, dan tiba-tiba dia kaget terus megang bahu aku. Junkyu selalu aneh."
"Kenapa kau tidak bertanya kepadaku?" tanya Yedam membuat Subin sedikit malu-malu.
"Aku takut kau tersinggung, Oppa. Maksudku, aku jarang melihatmu bermain dan bertanding lagi, mungkin ada hal yang tidak ingin kau bicarakan, jadi sebaiknya aku bertanya ke Junkyu saja."
Yedam tersenyum memandang Subin yang menjawabnya dengan polos. Dia bahkan sedikit ragu untuk menjawab.
"Aku sudah tidak bermain lagi," jawab Yedam.
Subin membelalakan matanya, "JEONGMAL? WAE?"
"Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamamu saja. Bertanding akan membuatku merasa kelelahan dan pastinya tidak bisa bersamamu sepanjang waktu," goda Yedam yang membuat Subin tersenyum malu-malu.
"Eh, Oppa. H—Hidungmu ...."
Yedam segera saja memegang hidungnya dan benar sekali, darah mengalir deras dari hidungnya. "Ah, sial. Kenapa harus sekarang!"
Tanpa ba bi bu lagi, Yedam segera berlari keluar kelas dan menuju kamar mandi. Mashiho yang melihatnya hanya bisa menahan Subin untuk tidak mengejar.
"O—Oppa," lirih Subin sedikit khawatir. Rasa keterkejutannya belum hilang dari diri Subin membuat dia berpikir sangat keras. "Apa yang terjadi?"
"Subin-a," panggil Mashiho berdiri di depan Subin.
"Mashiho, Yedam Oppa tidak apa 'kan?" tanya Subin ragu.
"Ah, Yedam. Hahaha, sudah biasa. Kau tidak tahu jika kekasihmu sering begitu?"
"SE—SE—SERING?"
"Hm, itu sebabnya dia keluar dari futsal. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Mending kita bermain monopoli. Kita harus melanjutkan yang kemarin, kau tahu?" ajak Mashiho yang membuat Subin mengangguk sedikit.
Dia benar-benar curiga kepada Yedam. Jika benar dia sering mimisan, kenapa baru sekarang? Dan kenapa, Yedam tidak memberitahunya? Sepertinya ada yang salah di sini.
"Ada apa dengan Yedam?"
~~~~
"Ah, sial. Kenapa bisa mengalir tanpa kusadari. Bagaimana jika Subin sudah curiga?" Yedam membasuh mukanya dan menatap ke arah kaca.
"Jika Subin mengetahuinya, ini bahaya sekali. Aku tidak bisa menahan lebih lama. Stadiumku akan terus naik bila aku tidak berusaha untuk sembuh."
Yedam menyandarkan tubuhnya di dinding dan merosot ke bawah hingga terduduk. Wajahnya basah akibat basuhan air membuat dia masih membayangi wajah Subin yang shock melihat di mimisan.
Benar, cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Yedam
FanfictionDetik-detik terakhir kehidupan Yedam yang dia mau hanyalah untuk selalu bersama Subin setiap detiknya. Dia tidak akan membiarkan Subin merasa kasihan kepadanya. Yedam ingin, Subin memiliki senyum secerah dirinya hingga Yedam lupa bahwa dia harus per...