Nyatakan Cinta

97 12 8
                                    

"AAAHHHH ... KENAPA SIH HARUS SEKOLAH," raung Subin di taman duduk sampi pohon yang besar. Dia merutuki dirinya sendiri karena lelah bermain piano semalam sampai lupa jam malam dan membuat Eommanya marah padanya. Dan sekarang, dia kesal karena baru ingat  tugas sekolahnya belum selesai. 

"Mau marah, tapi sama siapa?" lirih Subin yang membuat dirinya semakin kacau balau. Dia hanya bisa menghela napas. Satu soal lagi dan setelah itu selesai.

"Gak apa. Mungkin sekarang harus sekolah, tapi tiba-tiba besok gak sekolah, 'kan jadi enak."

Oy, enak palelu. Ini kena prank libur 2 minggu taunya unlimited. Canda unlimited - keresahan Author.

Meski masih pagi tapi pikiran Subin masih belum sempurna dengan baik untuk berpikir, ditambah tugas matematikanya membuat dia semakin pening. Akibat belum makan juga yang membuat dia kehilangan pikiran tapi bukan amnesia.

"Hah, akhirnya ... akhhhh." Subin meregangkan ototnya. Setelah itu dia membereskan bukunya dan pergi dari sana. Menuju kantin untuk membeli kimbab dan ollate lalu ke kelas untuk bersantai.

Mencari Yedam? Ah, sepertinya Subin sudah merasa jauh dengan Yedam. Ada jarak yang tercipta di antara mereka yang membuat Subin juga terbiasa bila terjaga jaraknya seperti ini. Dia hanya menghela napas sesaat.

Langkah kaki Subin memasuki koridor menuju kelasnya. Dia sudah kembali dari kantin. Namun, tiba-tiba seorang namja mendatanginya dan menyentuh pundaknya. "Annyeong."

"A-ah, a-annyeong," sapa Subin ramah.

Dia sedikit terpesona dengan ketampanan namja itu yang membuat Subin terbengong sebentar. Setelahnya, Subin langsung menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya sendiri. "Tenang Subin, ga boleh lirik yang lain. Meski jauh-jauhan sama Yedam kalo Yedamnya belum bilang putus berarti belum," kata Subin dalam hati.

"Wae?" tanya namja itu setelah melihat Subin menggelengkan kepalanya. "Kau masih sakit?" tanyanya lagi yang membuat Subin menganga karena kebingungan.

"Maksudnya?"

"Tempo hari aku melihatmu jatuh pingsan di koridor bawah, aku yang membawamu ke UKS."

Bukannya menjawab, Subin masih menganga karena tidak mengerti apa maksudnya. "Jadi kau ya menggendongku?"

"Wae? Kau tak ingin bilang terima kasih?" tanyanya sambil memiringkan kepala membuat Subin memundurkan langkahnya. "Ah iya. Terima kasih juga harus menyebut nama. Perkenalkan, aku Jaemin, kau pasti Subin."

Jaemin mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Namun, Subin malah memundurkan kakinya karena ragu dengan Jaemin yang terkesan buru-buru. "Kenapa? Kau tidak menyukaiku yah?"

"Ah bukan begitu. Aku hanya tidak terbiasa bertemu dengan namja yang baru kutemui." Jaemin mengangguk kemudian dia menarik kembali lengannya.

"Kau cantik."

Rasa tidak nyaman Subin semakin menjadi setelah Jaemin mengatakan dirinya cantik. Dia hanya bisa tersenyum kecil tanpa ingin menatapnya lebih lama.

"Aku ingin ke kelas. Terima kasih untuk tempo hari." Jaemin menghadang jalan Subin yang ingin pergi darinya. Subin langsung tergugup sendiri, dalam hati dia berharap bahwa Yedam akan segera datang dan menyelamatkan dirinya.

"Kamu cantik. Yang cantik itu harus jadi pacar aku. Jadi kamu harus jadi pacar aku!" Desaknya.

Subin membelalakan matanya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tapi aku ga minat, terima kasih." Jaemin menarik tangan Subin untuk mendekat ke arahnya membuat Subin memberontak untuk dilepaskan.

"Harus mau tau, apalagi itu timbal balik karena aku udah bawa kamu ke UKS."

"Gak segede ini timbal baliknya, hehehe."

"Harus gede, apalagi prizenya cantik gemilang ini."

Subin mencoba untuk melepaskan pegangan Jaemin namun tak bisa. Jaemin terlalu kuat sampai dirinya tak kuasa untuk menahan sakit yang membuat tangannya merah. Dalam hati dia berharap setidaknya Yedam datang untuk menolongnya.

BUGH!

Yedam tiba-tiba saja datang dan menonjok wajah Jaemin yang membuat dirinya tersungkur. Subin terkejut melihat Yedam tiba-tiba datang dan menolongnya. "Berani banget nyentuh Subin," sindir Yedam yang membuat Jaemin tersenyum miring dan bangun.

"Ck, pahlawan lagi," balas Jaemin sambil terbangun dari sungkurannya dan mengelap sudut bibirnya yang basah. "Dimana-mana selalu ada pahlawan kesiangan."

"Jauhin Subin, dia punyaku!" tegas Yedam sambil memegang tangan Subin dan membawanya ke balik tubuhnya. Yedam bisa merasakan tangan Subin bergetar akibat ketakutan membuat Yedam benar-benar marah kepada Jaemin.

"Kurasaa ... dia tidak tahu siapa kau yang sebenarnya," kata Jaemin sambil menyunggingkan senyumnya. "Subin terlalu manis untuk cowok penyakit kayak kau!"

"KURANG AJAR!"

Yedam menonjok wajah Jaemin yang membuat perkelahian mereka semakin ketat. Teman-teman Yedam berusaha memisahkan mereka namun tak bisa karena kedua orang ini bermain secara brutal.

"YEDAM UDAH YEDAM, UDAH! LEPAS! YEDAM BERHENTI! STOP JANGAN LAGIII! YEDAM!" teriak Subin kepada Yedam yang sudah terluka di sudut bibir dan lebam di mata kanan. Subin memberanikan diri berjalan ke tengah mereka berdua, namun yang terjadi selanjutnya membuat mereka terdiam.

Yedam tidak sengaja memukul kepala Subin yang membuat dirinya jatuh ke pelukan Jihoon.

Sontak saja hal itu membuat mereka dan beberapa siswa yang berkerumanan terkejut dengan aksi Yedam. Subin mengeluarkan darah dari hidungnya yang membuat Jihoon melirik sinis ke arah Yedam. Dia segera mengangkat dan membawa Subin dari sana diikuti oleh Doyoung menuju rumah sakit.

"Su-Subin-a," lirih Yedam sambil melihat ke arah Jihoon dan Doyoung membawa Subin. Hyunsuk menahan tubuh Yedam dan menyandarkannya di tembok.

"Tenang, Dam. Kau harus tenang. Jangan dekati Subin, kau akan terluka nantinya. Sungguh," pinta Hyunsuk yang membuat pikiran Yedam menjadi kacau.

"Sudah kuduga, kau hanya penyakit baginya. Tidak! tapi kau penyakit untuk semua orang yang dekat dengan kau! Dasar penyakitan," umpat Jaemin yang langsung dibalas tonjokan oleh Mashiho di perutnya.

"Kau masih kuat bertarung? Bagaimana kalau kita duel saja?" serang Mashiho yang membuat Jaemin berdecak. Dia mengambil tasnya dan berjalan dengan tertatih-tatih dari sana.

"BODOH-BODOH-BODOH. KAU BODOH DAN GILA YEDAM. KAU BAHKAN TIDAK BISA MELINDUNGI SUBIN. DASAR PEMBAWA SIAL," maki Yedam sambil membenturkan tangannya ke dinding. Mereka hanya bisa menghela napas dan menahan Yedam untuk tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Sudahlah, jangan menyakiti dirimu sendiri. Subin tidak pernah marah kepadamu kau tau?" kata Hyunsuk.

"Tapi aku sudah membuat Subin celaka. Aku sudah membuat hatinya terluka, apa lagi selanjutnya? Jika begini aku benar-benar akan melepaskan Subin."

"Kalau kau melepaskannya apakah kau akan membaik?" bentak Hyunsuk yang membuat Yedam terdiam. "Jangan bodoh, aku tahu Subin adalah penyemangat terakhirmu."

Hyunsuk kemudian pergi dari sana meninggalkan Yedam yang terlarut dalam kesedihan dan lukanya. Hyunsuk benar, dia butuh Subin karena hanya Subin yang benar-benar membuat dia ingin bertahan hidup lebih lama.

"Mianhae, Subin. Aku telah melukaimu lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bang YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang