"OPPA SEMANGAT! OPPA SARANGHAE. YEDAMIE OPPA, FIGHTING," pekik Subin di tribun atas menyemangati Yedam dan teman yang lainnya sedang bermain sepak bola.
"OPPA, SARANGHAEE." Subin membentuk hati dengan tangannya. Dia bahkan menjadi cheerleader dadakan yang setia menari di atas.
Tapi memang Subin anak cheerleader.
"Subin, aku tidak kau teriakin?" tanya Haruto yang sedang duduk di bawah tribun sambil minum.
"Memangnya kau siapa?" Balas Subin ketus.
Haruto mencibir Subin dan terus menggodanya. Dia bahkan mengikuti gerakan Subin sampai Subin benar-benar kesal. Subin melempar pom-pomnya ke arah Haruto, dan bukannya dibaliki, malah dibuat wig di rambut. Alhasil, Subin jadi bete.
"Dam, kau pergilah. Nanti pingsan," kata Hyunsuk menyuruh Yedam yang terlihat ngos-ngosan.
"Satu lagi," balas Yedam sambil menepuk pundak Hyunsuk membuat dia menggeleng.
Mereka sudah memperingati Yedam untuk tidak bermain futsal demi tubuhnya. Tapi Yedam tidak bisa berpisah dengan yang namanya futsal, dia malah menantang mereka semua untuk bermain. Hyunsuk sampai lelah untuk terus menyuruh Yedam keluar dari permainan.
"YA! HARUTO! BALIKIN POM-POMNYAAAAA," teriak Subin sambil kejar-kejaran dengan Haruto. Dan parahnya lagi, Jeongwoo dan Yoshi ikut jahil dengan Subin.
"Istirahatlah. Kau sudah cukup banyak bermain, kau bilang jangan sampai Subin tahu. Jika kau terus bermain, dia akan tahu."
Yedam melirik ke arah Subin yang mengejar Yoshi, Haruto dan Jeongwoo demi dua buah pom-pom. Kemudian dia mengingat tentang semalam. Bagaimana bisa dia meninggalkan Subin bahkan jika itu selamanya.
"Astaga, aku benar-benar kesal," sungut Subin sambil berjalan ke tribun bawah dan meminum air yang berada di kardus.
Yedam tersenyum tipis melihat Subin sangat lelah. Dia kemudian menyusul Subin dan duduk di sampingnya. Yedam langsung mengambil alih minuman Subin yang bahkan baru ingin diminumnya.
"Oppa, aku 'kan belum minum," rengek Subin melihat air minumnya pindah tempat.
"Ambil lagi itu," suruhnya enteng membuat Subin mengerucutkan bibirnya.
"Kau ingin ke mana setelah ini?" tanya Yedam saat Subin sedang minum.
"Entahlah, kau pasti lelah karena terus bermain. Mau pulang?"
"Aku sebenarnya tidak ingin pulang." Yedam memeluk Subin manja dan mencium kening Subin.
Benar, dia tidak ingin pulang.
Tiba-tiba Yedam merasakan darah mengalir dari hidungnya begitu deras. Darah itu untungnya jatuh di tangannya dan bukan di bahu Subin. Saat itu Mashiho yang melihatnya segera saja menarik Yedam, membuat Subin hampir saja terjatuh.
"OPPA!" pekik Subin saat Mashiho buru-buru membawa Yedam.
Yang lain melihat itu semua langsung menemani Subin agar tidak berpikiran Macam-macam.
"Yedam Oppa kenapa?" tanya Subin begitu mereka semua mendekatinya.
"Entahlah, hanya Mashiho," balas Jihoon yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Subin.
Sesungguhnya Subin khawatir, karena Yedam tiba-tiba pergi, itu pun tanpa bilang apa pun. Apakah dia mulai curiga kepada kekasihnya?
"Subin-a. Ajari aku cara memakai pom-pom," sahut Haruto mencoba mengalihkan perhatian Subin dan berhasil.
~~~~~
"Sudah kubilang jangan ikut main," tegur Mashiho yang bersandar di balik pintu sambil mengelap keringatnya.
"Aku cuma ingin bermain untuk terakhir kalinya. Subin sangat suka jika aku bermain futsal."
"Jika kau mengatakan kepadanya, dia pasti aku menyuruhmu untuk berhenti."
"Aku tahu."
Yedam menepuk pundak Mashiho dan tersenyum. "Setidaknya itu kenangan terakhir untuknya sebelum aku ke Indonesia."
Mashiho menepuk kembali pundak Yedam, "kau tahu? Kau tidak boleh tidak sembuh. Tinggal bersama kami dan Subin selamanya di Korea adalah mimpimu. Jangan buat dirimu lelah, stadiummu akan naik nanti."
Yedam tertawa kecil mendengar Mashiho begitu perhatian kepadanya. "Gomawo."
~~~~
Subin dan Yedam kini sedang berada di Sungai Han dan menikmati ice cream. Subin sangat senang karena cuaca menjelang sore begitu penuh angin dan tidak panas, ditambah sungai Han yang terlihat menenangkan.
"Kau jadi pergi ke Indonesia?" tanya Subin.
"Mm ... kenapa?"
"Aku hanya bertanya saja."
"Kau ingin kubawakan sesuatu?"
"Tidak perlu. Aku hanya ingin tahu, ada apa dengan Indonesia."
"Indonesia itu luas Subin. Banyak lautan dan pantai, namun tidak ada sungai yang menenangkan seperti ini. Jika kau ke Jakarta, maka akan sama seperti Busan, kau ke Bali maka akan seperti Jeju. Jakarta itu Ibukota seperti Seoul. Semuanya sama, hanya saja culturenya yang berbeda," jelas Yedam yang membuat Subin mengangguk.
"Aku ingin sekali ke Indonesia menemanimu." Yedam langsung terkejut saat Subin mengatakan hal seperti itu.
"Tapi aku ingin menunggumu saja. Kau tahu, di drakor, hal-hal seperti itu sangatlah menyenangkan. Aku menunggu kepulanganmu dan kau akan tetap kembali. Kau sudah berjanji, kau tahun?" Yedam tersenyum tipis mendengar Subin mengatakan Yedam harus kembali.
Kapan dan akankah dia kembali?
Drrtt ...
Ponsel Yedam bergetar menandakan pesan masuk, dan saat dia melihatnya, muka Yedam menjadi pucat.
Laporan Laboratorium ke-5.
Atas nama Bang Yedam dengan statys positif Leukimia Stadium 3.
Dia tertegun melihat peningkatan stadiumnya begitu melunjak. Sesak di dadanya juga semakin terasa membuat napasnya menjadi sempit. Hal itu juga didukung dengan dia mimisan tadi.
Wajah pucat itu menarik perhatian Subin dan membuat Subin curiga.
"Ada apa?"
Yedam menggeleng, namun Subin menangkap radar yang aneh. Kenapa Yedam menjadi pucat dan bahkan air wajahnya menjadi sedikit kurus. Apa salah makan? Tapi Yedam selalu makan.
Atau ... ada hal yang disembunyikan? Ah, entahlah.
~~~~
"Junkyu-ya," panggil Subin begitu ia bertemu dengan Junkyu di koridor sekolah. "Aku ingin berbicara denganmu."
"Tentang?"
"Yedam."
Subin bisa menangkap radar kepanikan dari wajah Junkyu yang membuat Subin memperkuat dirinya, ada sesuatu yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Yedam
FanfictionDetik-detik terakhir kehidupan Yedam yang dia mau hanyalah untuk selalu bersama Subin setiap detiknya. Dia tidak akan membiarkan Subin merasa kasihan kepadanya. Yedam ingin, Subin memiliki senyum secerah dirinya hingga Yedam lupa bahwa dia harus per...