Suasana ruang Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (HMSJ) siang ini terlihat agak lengang, karena sebagian besar anggotanya masih ada kelas. Padahal, biasanya ruang himpunan selalu ramai. Ada yang bermain gitar dan cajón sambil bernyanyi (anak-anak biasa menyebut kegiatan tersebut dengan jamming), ada yang duduk di pojok ruangan sambil sibuk dengan ponselnya, ada yang tidur-tiduran di lantai atau sofa panjang milik himpunan, ada juga yang bergerombol sambil mengobrol, yang kalau ditanya sedang apa mereka kompak menjawab sedang forum, padahal aslinya sedang bergibah ria.
Namun, saat ini di ruang himpunan hanya ada Yuriko dan dua teman wanita seperhimpunannya, yaitu Alika dan Hazel, karena kebetulan mereka bertiga sedang tidak ada mata kuliah. Mereka terlihat sibuk berdiskusi tentang isu-isu terkini yang ada di kampus mereka, atau biasa disebut bergibah alias bergosip. Sementara Vania sedang ada rapat di ruang BEM.
"Eh, lu tau gak,"
Satu kalimat pemancing dari Hazel membuat Yuriko dan Alika yang tadinya sibuk dengan kegiatan masing-masing, langsung menengok ke arah Hazel secara bersamaan, seakan menangkap "sinyal" tanda akan adanya sebuah hot topic yang hendak disampaikan.
"Buset. Coba aja kalo pas disuruh dateng rapat lu pada gercep kayak gini." Kata Hazel sambil memicing ke arah dua temannya yang sudah mendekat padanya dan memasang raut wajah ingin tau.
"Alah lama lu. Buruan ada gibahan apa lagi hari ini. Nanti keburu masuk kelas, mana abis ini gue ada matkul kanji." Alika si gadis berbadan kecil namun cerewet terlihat tidak sabar.
"Sabar pemirsa." Hazel menenangkan temannya yang sudah tidak sabar. "Bukan tentang anak jurusan kita, sih. Tapi masih satu fakultas. Pokoknya kacau dah." Lanjutnya, sekaligus membuka pergosipan siang hari itu.
"Siapa anjir?! Spill atau pantat lu kelap-kelip?!" Yuriko mulai semakin antusias, begitu pula dengan Alika.
"KELAP-KELIP LU KIRA LAMPU TUMBLR." Alika menimpali celotehan Yuriko.
"Yaudah itu tanda rapatnya lu puter dulu biar nanti pas lagi gibah gak ada yang nyelonong masuk." Perintah Hazel sambil menunjuk ke arah pintu masuk himpunan yang terbuat dari kaca. Di sana tertempel tanda "sedang rapat" yang biasa mereka balikkan jika anggota himpunan sedang ada rapat, mirip dengan tanda "open - closed" yang biasa tertempel di pintu-pintu kafe.
Alika pun berjalan ke arah pintu himpunan untuk membalikkan tanda "sedang rapat" tersebut. Memang seperti inilah kebiasaan mereka sebelum memulai pergibahan di dalam himpunan.
"Udah." Tak lama kemudian, Alika kembali. Ia pun duduk di sebelah Yuriko.
"Oke. Sebelumnya mari kita buka majelis pergibahan dengan bismillah."
Mereka bertiga pun mengawali kegiatan dosa tersebut dengan membaca bismillah.
—————
"Udahan gibahnya?" Tanya Doyoung kepada seorang perempuan bermuka jutek yang berjalan ke arahnya, atau lebih tepatnya ke arah tempat duduk yang biasa ditempati anggota sahabat kansas.
"Tau dari mana lu gue abis gibah?" Yuriko malah balik bertanya.
"Tadi gua mau masuk ruang himpunan, tapi di pintu ada tulisan sedang rapat. Pas gua liat ternyata di ruangan isinya lu sama 2 antek-antek pergibahan yang lain. Udah paham banget gua mah." Jawab Doyoung sembari menatap Yuriko yang sekarang sudah duduk di sebelah kanannya. "Padahal tadi gua mau tidur di himpunan. Pusing kepala gua gara-gara matkul filsafat bahasa."
Kebetulan saat itu di tongkrongan hanya ada Doyoung dan Yuriko. Sebenarnya, saat sedang mengobrol ramai-ramai, Yuriko dan Doyoung sering saling melempar ledekan satu sama lain. Akan tetapi, saat sedang berdua saja justru mereka menjadi awkward. Mungkin karena dulu mereka pernah memiliki hubungan semasa sekolah —yang justru membuat mereka yang tadinya sangat dekat menjadi kikuk, dan masih berlanjut sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We be a Lover?
Fanfiction私たちは恋人になれるの?君のことが大好きだから。 (Can we be a lover? Because I like you so much.) ----- Cerita tentang Nakamoto Yuta, si pemuda Jepang yang bersahabat dengan Yuriko, gadis yang ia kenal sejak ospek. Apakah hubungan Yuta dan Yuriko bisa berkembang menjadi l...