7. a New Friend, and an Unavoidable Meeting

25 3 6
                                    

Terhitung sudah 3 hari sejak pertemuan tidak langsung Yuriko dengan Johnny di starbucks Senayan City. Setelah kejadian tersebut, tidak ada lagi kejadian berarti yang terjadi antara mereka berdua, sehingga Yuriko bisa menarik kesimpulan bahwa pertemuannya dengan Johnny tempo hari di starbucks murni hanya sebuah kebetulan. Ya, kebetulan yang membuat trauma nya kembali membuncah setelah sekian lama ia mulai bisa hidup dengan tenang.

Saat ini Yuriko, Yuta, dan Taeyong berada di kantin sastra, di spot tempat duduk yang biasanya ditempati oleh anggota Sahabat Kansas. Mereka sedang sibuk mengerjakan tugas matkul terjemahan Jepang - Indonesia untuk menerjemahkan sebuah artikel berbahasa Jepang. Atau lebih tepatnya, Yuriko sibuk mengerjakan tugasnya sendiri sambil sesekali bertanya kepada Yuta untuk memastikan hasil kerjanya, sementara Taeyong sibuk menyalin tugas Yuta yang sudah selesai lebih dahulu.

Taeyong memang merupakan anggota tongkrongan tersebut yang paling dekat dengan Yuta, karena ia sudah berteman dengan lelaki jepang itu semasa SMA. Taeyong merupakan salah satu orang yang memiliki jasa cukup besar dalam perkembangan bahasa Indonesia Yuta, walaupun lebih dari 80% yang ia ajarkan merupakan bahasa kasar.

"Akhirnya selesai juga!" Sahut Yuriko sambil menaruh pulpen yang baru saja ia pakai untuk menulis tugas, setelah itu ia meregangkan kedua lengannya.

"Dih najis lu Yong, udah nyontek masih aja kalah cepet ama Yuriko." Seloroh Yuta kepada Taeyong yang masih sibuk menyalin tugas, membuat lelaki yang diledek itu menatap Yuta dengan galak, lantas ia kembali menyelesaikan tugasnya.

"Bacot ye gembel Osaka." Gumam Taeyong.

Tidak ada hari tanpa adu sambat. Jadi, Yuriko hanya bisa menghela nafas saat melihat temannya yang sekarang sudah hampir baku hantam.

"Abis ini kita beneran gak ada matkul lagi kan?" Tanya Taeyong sembari tetap memusatkan fokusnya pada aktivitas menyalin tugasnya.

"Harusnya sih nanti jam 3 ada matkul korespondensi 2, cuma Roby sensei hari ini gak masuk soalnya lagi ada seminar di UI." Jawab Yuriko, diikuti oleh anggukan Taeyong.

Beberapa menit kemudian, Lucas dan Hendery datang. Yuta yang pertama melihat mereka berjalan mendekat hendak menyapa, namun kemudian netranya menangkap sosok seorang laki-laki yang tidak ia kenal berjalan tepat di belakang mereka berdua. Lelaki itu memakai kaos abu-abu muda dan jaket denim, beralis tebal, tubuhnya sedikit lebih pendek dari Hendery, dan menggendong tas gitar berwarna hitam.

"Woi, bang!" Seru Lucas sambil mengangkat tangannya untuk mengajak Yuta dan Taeyong ber-high five.

"Eh, neng Yuriko. Sini salim dulu sama abang." Imbuh Lucas sambil menyodorkan tangan kanannya mengisyaratkan Yuriko untuk menyalami tangannya.

Bukannya menyalami, Yuriko justru menyentil punggung tangan Lucas dengan cukup keras, yang sukses membuat Lucas mengaduh kesakitan.

"Oiya bang, ini temen sekelas gua namanya Xiaojun." Kali ini Hendery si lelaki Chinese-Surabayan, memperkenalkan teman beralis tebalnya yang ternyata bernama Xiaojun.

"Jun, ini bang Taeyong, yang gondrong kayak abang-abang itu bang Yuta, orang Jepang dia tuh makanya kalo keringetan badannya bau wasabi." Kalimat terakhir membuat Yuta mendelik galak ke arah Hendery.

"Ehehehe ampun bang." Hendery segera meminta maaf sebelum asbak di meja mendarat ke jidatnya. "Nah yang cantik itu Yuriko. Udah tau lah ya, dia kan anak himpunan."

"Halo kak, bang. Xiaojun, temen sekelasnya Aheng sama Lucas." Xiaojun memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya untuk menyalami Taeyong, Yuta, dan Yuriko secara bergantian.

Yuta menatap Xiaojun dengan tatapan penuh selidik. Entah kenapa, ia merasa pernah melihat lelaki yang sekarang sedang mengeluarkan gitar akustik berwarna cokelat dengan merk Yamaha itu. Sementara, yang ditatap sama sekali tidak sadar. Justru Lucas lah yang sadar kalau sedari tadi Yuta menatap teman sekelasnya sampai hampir tidak berkedip.

Can We be a Lover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang