"おい、ユリコちゃん、こっち来て。 (Oi, Yuriko-chan. Kesini deh.)" Panggil Yuta kepada Yuriko yang berdiri sejauh kurang lebih 3 meter darinya dengan bahasa Jepang.
Mereka berdua memang seperti itu, terkadang berbicara satu sama lain menggunakan bahasa Jepang, terutama Yuta.
Yuriko langsung menghampiri Yuta yang sedang berdiri di depan mesin yang digunakan untuk memesan makanan secara otomatis. Sebelum ke rumah Yuta untuk mengambil baju, mereka berdua mampir dulu sebentar ke McDonald's yang terletak di dekat kampus untuk membeli cemilan, karena rumah Yuta hanya berjarak 50 meter dari rumah Yuriko. Hal itu juga menjadi salah satu faktor kenapa Yuta sering mampir ke rumah Yuriko, selain fakta bahwa ia tinggal sendiri di rumah.
"Mau pesen apa, Yu?" Tanya Yuriko sambil ikut menatap layar mesin pemesan otomatis.
"Kayaknya beli big mac aja, sekalian buat makan malem. Kan gua baru makan nasi goreng Bang Ipan di kansas waktu lu sama Doy ke himpunan tadi siang, sementara sekarang udah jam setengah 6." Jawab Yuta. Jarinya sibuk menyentuh touchscreen mesin tersebut untuk memasukkan pesanannya, ia juga sekalian memesankan menu yang sama untuk Taeil.
"Yuta, sekalian gue juga dong," Yuriko menarik lengan hoodie Yuta. "Gue mau ice—"
"Iced coffee float gak pake jelly, sama McSpicy chicken a la carte, kan?" Yuta langsung memotong omongan Yuriko. Hampir setiap mereka berdua pergi ke restoran cepat saji tersebut, Yuriko selalu memesan menu yang sama, jadi wajar kalau Yuta sudah hafal di luar kepala.
"Apa mau sekalian spicy chicken ball atau McFlurry oreo nya juga?" Tambahnya.
"Ehehe gak usah. Makasih Yutaaa." Kata Yuriko sambil menggoyang-goyangkan lengan Yuta dan tersenyum lebar hingga matanya menjadi hanya segaris.
"Ganteng nya mana?"
"Alah bacot."
—————
Sebuah motor R15 berwarna hitam terparkir di teras rumah dengan cat warna putih. Sementara sang pemilik motor sudah berada di dalam rumah tersebut.
"Oi, Yuta." Taeil menyapa Yuta dengan menepuk pundak lelaki Jepang itu seperti teman lama. Yuta pun balas menepuk pundak Taeil sambil tersenyum. Sementara Yuriko menahan tawa saat melihat dua lelaki di depannya sedang asik bercengkrama. Kakaknya yang lebih pendek beberapa cm dari Yuta justru membuatnya jadi terlihat seperti adiknya Yuta.
"Mama kemana, il?" Tanya Yuta.
"Mama ke Jepang, Yut. Udah berangkat dari kemarin sore. Katanya kangen sama Papa, sekalian mau jalan-jalan liat festival bunga sakura di Tokyo. Sekarang kan bulan April." Taeil menjawab, yang kemudian dibalas oleh anggukan oleh Yuta. Iya, yang Yuta tanyakan bukanlah perihal Mama dan Papa nya, tetapi orangtua Taeil dan Yuriko. Yuta memang dekat dengan Mama Yuriko, bahkan Yuta sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri, mengingat di Indonesia ia tinggal sendiri.
"Yaudah, ayok ke atas, Yut. Udah gak sabar gua mau ngelawan lu." Lanjut Taeil dengan nada antusias, yang membuat Yuta terkekeh. Mereka berdua mulai naik ke lantai 2, tempat di mana kamar Yuriko dan Taeil berada, disusul oleh Yuriko yang mengekor di belakang mereka.
"Idiihhh bang jago. Kalo lu kalah beliin gua Mild sekotak ya." Tantang Yuta.
"Lah okeee. Tapi kalo lu yang kalah?" Balas Taeil tak kalah antusias dengan Yuta.
Yuta kelihatan berpikir sejenak, sampai akhirnya ia terpikirkan sesuatu, "Kalo gua kalah, lu gua beliin Mild juga sekotak."
Taeil mendadak berhenti menaiki tangga, membuat Yuriko yang berjalan di belakangnya hampir menabrak punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We be a Lover?
Fanfiction私たちは恋人になれるの?君のことが大好きだから。 (Can we be a lover? Because I like you so much.) ----- Cerita tentang Nakamoto Yuta, si pemuda Jepang yang bersahabat dengan Yuriko, gadis yang ia kenal sejak ospek. Apakah hubungan Yuta dan Yuriko bisa berkembang menjadi l...