Deformis Populus

119 65 16
                                    

[Happy reading]

°°°

Standar kecantikan setiap orang memang berbeda-beda. Tetapi, tetap saja. Semua orang akan setuju seorang wanita terlihat cantik ketika kulit mereka mulus seputih susu, hidung menjulang, wajah tirus, bibir tebal merah mempesona. Ya, kan? Pun untuk seorang laki-laki. Rahang tajam, bahu lebar, dengan kaki panjang, tubuh kekar, tampan menawan. Siapa yang akan menolak jika diberikan fisik seperti itu? Tidak ada bukan. Semua orang di muka bumi ini pasti menginginkan hal itu. "Cantik atau tampan itu relatif." Omong kosong gila. Di kota ini semua kalimat semacam itu hanya sekadar sampah. Diperhatikan dengan serius untuk kemudian dihindari agar tidak semakin banyak sampah yang mencemari lingkungan.

Kisah ini memang seharfiah sampah itu. Hilangkan "sampah" agar kota mereka enak dipandang.

Bernama kota Gimo. Dipimpin oleh seorang walikota berpendidikan tinggi. Namanya Gute. Dia memenangkan pemilihan umum walikota baru seminggu lalu. Kampanye Gute berisikan tentang menjadikan kota Gimo sebagai kota tercantik di dunia. Kota yang sedap dipandang, tidak ada pertikaian ras, damai dalam keanggunan. Hal itu disambut antusias oleh rakyat Gimo. Mereka menggantungkan mimpi-mimpi itu kepada seorang Gute dan terpilihlah dia sebagai walikota.

Letak geografis kota Gimo sebenarnya tidak begitu strategis, kota itu dikelilingi hutan lebat yang memisahkan mereka dengan kota lainnya, juga sungai yang membentang selebar sepuluh meter. Bumi mereka dianugerahi tanah subur. Cuaca yang stabil sesuai musimnya. Secara ideal, kota Gimo memenuhi syarat sebagai kota dengan penduduk yang sejahtera. Mereka semua bahagia dalam perbedaan. Tidak ada rasis, propaganda negatif, minim bullying, serta senang berbagi. Astaga! Itu ideal sekali untuk ditinggali. Oleh sebab itu, rakyat tidak begitu memperhatikan pendidikan dan kekayaan. Mereka rukun, itu sudah cukup. Satu hal super penting yang luput, yaitu pendidikan.

Kota Gimo sudah bahagia sejak beratus-ratus tahun lalu. Namun, terpilihnya Gute sebegai walikota baru menjadi awal mimpi buruk bagi mereka. Bukan mimpi-mimpi indah yang rakyat Gimo gantungkan pada Gute, melainkan mimpi buruk yang akan mengguncang seluruh lapisan masyarakat.

Hilangkan "sampah" agar kota mereka enak dipandang. Apa yang dimaksud sampah bagi Gute? Jawaban paling miris yang keluar dari mulut seorang manusia. Bagi Gute sampah memiliki dua arti. Sampah hasil limbah sisa manusia, dan "sampah" yang dia sebut dengan istilah Deformis Populus. Sampah menjijikan yang mencemari pemandangan sudut matanya. Program kerja yang hendak Gute lakukan adalah menghilangkan semua sampah Deformis Populus yang ada di kota Gimo. Tidak banyak rakyat kota Gimo tau arti dari Deformis Populus itu sendiri.

"Percayakan semua padaku. Dalam kurun waktu singkat, aku akan membuat Gimo yang bersinar paling indah yang tidak akan pernah ada di dunia mana pun yang bisa mengalahkan keindahan kota Gimo." Semua rakyat berseru-seru senang. Menolak mempertanyakan apa itu sampah Deformis Populus, bagaimana cara kerjanya, dampak positif atau negatif apa yang akan rakyat dapatkan dari program ini. Tidak ada yang mempertanyakan itu semua. Hal yang cukup wajar karena mereka tidak berpendidikan.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Gute kepada sekretaris pribadinya pada suatu waktu.

"Enam puluh lima persen memuaskan, Tuan." Walikota Gute tersenyum puas mendengar hal itu.

"Bagus. Semakin sedikit pula pekerjaan kita."

Sekretaris lalu menyodorkan sejumlah kertas-kertas berwarna kecoklatan.

"Ini detail penelitian yang sudah tim kami temukan," katanya.

Di atas kertas itu tertulis nama-nama orang yang ada di kota Gimo. Mereka dikelompokkan menjadi dua bagian. 65% tertera penduduk kota Gimo, 35% sisanya dikelompokkan sebagai Deformis Populus. Malang sekali mereka. Walikota pilihan mereka memiliki cita-cita yang tidak biasa untuk membangun kotanya. Daripada mengatasi masalah-masalah yang kerap terjadi di kota, Gute memilih menjadikan Gimo sebagai mahakarya, yang tidak ada tandingannya di dunia manapun. Ketahuilah bahwa itu sangat buruk sekali, mempertaruhkan banyak nyawa di kota Gimo. 35% dari mereka akan mati sia-sia.

KISAHAN (kumpulan cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang