6. Bunuh diri atau dibunuh?

62 18 8
                                    

~Sikapku tidak seperti yang engkau lihat! Aku bisa berubah beku, jika ... bersamanya.

Dan ... aku!
Akan mencair jika bersamamu!
Karena kamu istimewa.~
Nara_Ayundra★

Bugh!

Tubuh mereka terjatuh dilantai, dengan posisi, Setia diatas dan Nara dibawah. "Kamu gak papa?" tanya Setia khawatir.

"Egh! Saya gak papa," jawab Nara.

Setia langsung bangkit, tubuh lelaki itu, seakan remuk. Bagaimana tidak? Dia terjatuh dari tangga yang lumayan panjang. Lelaki itu membantu Nara berdiri, gadis itu, memegangi sikutnya yang sedikit lecet.

"Pak, penjahatnya!" teriak Nara.

Nara dan Setia, menoleh kearah tangga. Terlihat penjahat itu, sudah ketakutan dan langsung berlari kelantai atas. Nara dan Setia tak mau kalah, mereka langsung mengejar penjahat itu.

Pokonya mereka harus tahu, alasan dari semua ini! Mengapa penjahat itu ingin membunuh Setia? Jika ingin mengambil hartanya, kan bisa, jika langsung dicuri! Tidak usah mengotori tangan, dengan membunuh Setia. Sungguh aneh! Pasti ada maksud lain!

"Berhenti!" peringat Setia. Saat melihat kedua penjahat itu, dibalkon, dan siap untuk turun kebawah.

Salah satu pelaku menoleh, "Kamu bisa selamat! Namun nanti, tidak!"

Nah 'kan, ada yang aneh!

Setelah mengata 'kan itu, mereka berdua langsung loncat dari atas balkon. Nara dan Setia, menatap penjahat itu, dari atas. Mereka berhasil selamat setelah melompat dari atas balkon, kemudian melolos 'kan diri. Sepertinya mereka telah terlatih!

'Siapa mereka? Mengapa mereka berniat untuk membunuh saya?' pikir Setia.

________________

[Diruang keluarga]

"Maaf yah Pak, saya sudah salah sebut. Jadi gini 'kan!" lirih Nara merasa bersalah.

Kini Nara dan Setia, tengah berada diruang keluarga.

"Sudah, jangan dipikir 'kan! Yang terpenting, saya selamat! Dan kamu, akhirnya bisa merubah takdir seseorang. Itu, 'kan yang kamu mau?" jelas Setia tersenyum.

Nara mengangguk. "Iya. Saya seneng banget, akhirnya saya, bisa mengubah takdir buruk seseorang. Dan membantu Bapak," ucap Nara senang.

Setia melirik jam tangannya, ternyata sudah malam. Lelaki itu, kembali menatap Nara yang tengah memperhati 'kan setiap inci rumahnya.

"Ra?" panggil Setia.

Nara menoleh, "Ya."

"Bagaimana, kalau kamu nginap saja disini. Besok pagi, kita berangkat bareng ke sekolah. Gimana?" tanya Setia ragu.

Nara nampak berpikir. "Tapi, saya gak bawa baju sekolah Pak."

"Itu, urusan gampang. Sekarang kamu istirahat,  disebelah kamar saya ada kamar kosong. Kamu bisa tidur disana," jelas Setia kembali.

Nara mengangguk, ia pikir tidak apalah, menginap semalam saja. Lagian, Setia benar! Kalau ini sudah malam, terlalu berbahaya jika ia pulang sekarang.

Tapi bagaimana dengan orang tuanya? Sudahlah, mereka tidak pernah menanyakan kabar Nara apalagi mengkhawatir 'kan dirinya.

"Bapak, merasa ada yang aneh gak?" tanya Nara dengan suara pelan.

Setia mengangkat satu alisnya, "Iya."

Please Listen to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang