Pagi harinya Ayra turun dengan wajah yang kusut, serta jaket yang sudah terpasang di tubuhnya.
Ayra tidak bisa tidur semalam karena moodnya hancur perutnya juga terasa sangat lapar karena kemarin setelah perdebatan itu Ayra tidak keluar dari kamarnya.
Ayra menatap sekeliling di ruang makannya ternyata sepi, ayahnya sudah pergi bekerja lagi mungkin.
"Pagi neng, nyariin bapak ya?" Pertanyaan tiba-tiba dari bi Jija membuat Ayra kaget.
"Maaf neng, kaget ya? Heheh," Ayra terkekeh pelan melihat kelakuan wanita yang ber kepala 4 itu.
"Udah pergi lagi ya?" Bi Jija menyirit bingung namun beberapa detik ia sadar bahwa Ayra itu menanyakan keberadaan ayahnya, bi Jija juga tau Ayra itu sebenarnya sangat sayang pada ayahnya.
"Iya neng bapak udah pergi dari tadi subuh, kemarin juga bapak pulang mau ngasih tau kalo bapak mau pergi ke Jerman siang ini, mau ngurus cabang perusahaan di sana katanya." Ayra mengangguk kemudian memakan rotinya, ia sudah biasa mendengar kabar seperti itu.
"Yasudah atuh ya neng bibi balik ke belakang dulu," pamit bi Jija kemudian di balas anggukan oleh Ayra.
Selang beberapa menit Ayra mendengar klakson dari luar rumahnya, Ayra langsung menuju ke luar rumahnya karena ia tau itu pasti Bara.
Setelah keluar gerbang Ayra melihat Bara yang sedang bersender sambil memainkan handphone di depan mobil, ternyata hari ini Bara membawa mobil.
Ayra berdehem karena Bara belum menyadari kehadirannya, Bara memperhatikan Ayra kemudian tersenyum miring.
"Tau aja kayanya yang mau di jemput, tapi sayangnya hari ini gue pake mobil," Ayra mendengus untuk menjawab ucapan Bara.
"Cepet masuk," Bara berucap kemudian masuk ke dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk Ayra, menyebalkan.
Di dalam perjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua, tumben sekali Ayra tidak banyak omong.
"Kenapa?" Tanya Bara tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.
"Kenapa apanya?" Balas Ayra yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Bara.
"Lo," Ayra makin tidak mengerti.
"Apaan sih Bara, ngomong tu yang jelas dong,"
"Gue tanya, lo kenapa tumben diem aja," akhirnya Bara menjelaskan maksud dari pertanyaannya.
Ayra menoleh kemudian menghela nafasnya pelan, "Bokap gue kemarin pulang ke rumah."
Bara mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah Ayra sebentar kemudian menatap jalanan lagi, ia mengerti bagaimana perasaan Ayra karena ia mendengar semua cerita Ayra kemarin.
"Bukannya bagus ya kalo gitu?"
"Bagus apanya?" Ayra menyirit.
"Ya bagus, lo bisa perbaiki hubungan lo sama bokap lo," Ayra mendengus menanggapi ucapan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Romans"Kenapa kamu balikin semua barang yang udah aku kasih, Ay?" Bara menatap punggung gadis di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Bukan cuma barang dari lo yang gue balikin, tapi perasaan lo buat gue juga gue balikin dan perlahan gue juga b...