Dua hari setelah kecelakaan yang di alami Delvin akhirnya hari ini Delvin di perbolehkan pulang oleh dokter, selama Delvin di rawat Ayra dan ayahnya lah yang bergantian menjaga Delvin, jangan fikir hubungan antara ayah dan anak itu membaik karena kenyataannya hubungan itu tetap sama.
Ayra mengangkat tas yang berisikan baju ganti Delvin namun dengan cekatan Delvin langsung merebut tas itu kemudian membawanya hingga ia sampai di depan mobil milik ayahnya.
"Mentang-mentang udah di bolehin pulang sama dokter jadinya abang sok kuat gitu," ujar Ayra sambil menajamkan tatapannya pada Delvin.
Delvin mendengus geli kemudian mengusap puncak kepala adiknya itu, "Ya gimana ya, ginian doang mah kecil." Ucapnya sambil mengibaskan jarinya.
Kemudian Ayra dan Delvin memasuki mobil ayahnya, sang ayah menatap kedua anaknya kemudian menghela nafas.
"Ini ga ada yang mau duduk di samping ayah nih?" Delvin dan Ayrapun saling bertatapan namun tak ada yang menjawab pertanyaan ayahnya.
Galih menghela nafas lagi kemudian menganggukan kepalanya satu kali setelah itu mulai melajukan mobilnya membelah padatnya jalanan di kota Bandung saat sore hari.
Selama perjalanan pulang tidak ada yang memulai pembicaraan, semuanya nampak hening sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Saat berada di lampu merah Ayra menatap pengendara motor yang mengendarai motor sport hitam seperti motor milik Bara.
Ah iya pria itu sekarang tidak terlalu dekat dengan Ayra karena selama dua hari kebelakang Ayra selalu datang terlambat dan pulang secepatnya, bahkan saat jam istirahat pun Bara jarang nampak di kantin karena sedang sibuk dengan urusan tim basket nya.
Jadi sebenarnya benar pacaran atau tidak sih? Entahlah Ayra pun bingung.
Ayra mengedarkan pandangannya ke kaca jendela sebelah Delvin duduk, ia memusatkan pandangannya saat retinanya menangkap seseorang menaiki motor sport hitam dengan polet biru navy di body motornya ia yakin pemilik motor itu adalah Bara.
Tapi apa benar itu Bara? Jika iya, siapa wanita yang di bonceng Bara? Ah entahlah Ayra tidak ingin terlalu ambil pusing, ia kembali menatap ke kaca jendela sampingnya untuk melihat kendaraan-kendaraan yang mulai jalan kembali.
Delvin yang sedari tadi memperhatikan pergerakan adiknya itu pun mulai bersuara, "Kenapa? Kok kaya murung gitu?"
Ayra menatap Delvin sejenak kemudian menggelengkan kepalanya pelan tanpa mengeluarkan suaranya.
Galih pun menatap anak gadisnya lewat kaca spion kemudian beralih menatap Delvin seolah bertanya 'Ada apa?' Namun Delvin hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu.
Sesampainya di rumah Ayra langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, entahlah moodnya tiba-tiba saja berubah. Apa karena Bara? Ayra rasa tidak mungkin.
Galih dan Delvin menatap kepergian gadis itu dengan tatapan bingung, padahal sebelumnya gadis itu tampak biasa-biasa saja.
***
Malam pun tiba namun Ayra belum keluar juga dari kamarnya padahal Galih sudah siap di meja makan untuk makan malam.
"Gimana Vin?" Tanya Galih saat Delvin masuk ke ruang makan setelah mengajak Ayra makan malam.
"Ayra gamau yah, dia bilang sih belum laper trus badannya juga pegel-pegel mungkin efek datang bulan sama kecapean jagain Delvin," jawab Delvin kemudian duduk di kursi hadapan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Romansa"Kenapa kamu balikin semua barang yang udah aku kasih, Ay?" Bara menatap punggung gadis di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Bukan cuma barang dari lo yang gue balikin, tapi perasaan lo buat gue juga gue balikin dan perlahan gue juga b...