6A

5 2 0
                                    

Saat ini kita sedang berada di mobil Je menuju kedai sushi pilihannya. Soal izin, aku sudah meminta izin pada orang tuaku untuk pergi bersama Je, untuk makan sushi bersamanya. Dan anehnya, orang tuaku malah tertawa, memangnya ada yang lucukah? Je juga ikut meminta izin pada orang tuaku, karena takut bila aku tidak diizinkan, toh dia juga yang janji membelikan sushi, jadi dia juga yang harus meminta izinnya. Kata Je, kedai sushi ini adalah milik orang tua teman sekelasku. Mereka memang asli orang Jepang yang mengadu nasib di Indonesia, jadi cita rasa Jepangnya masih kental. Tak butuh waktu yang lama, kami tiba ditempat kedai itu berada. Menurutku, tempat yang kudatangi saat ini tidak begitu cocok untuk disebut sebagai sebuah kedai, lebih pada sebuah restoran sushi. Sedari dulu aku memang menyukai seorang koki yang sedang menyiapkan makanan bagi pelanggannya, jadi aku memilih tempat duduk dengan tempat koki membuat hidangannya.

" El suka lihat orang masakkah? " tanya Je. Aku sedikit geli dengan apa yang dia katakan barusan. Terkesan aku seperti bocah berusia lima tahun, yang diajak kakaknya untuk makan sushi.

" Geli. " Jawabku singkat. Dan apa yang dia lakukan barusan? Aegyo? Apa-apaan coba, rasanya ingin menghantamkan pukulan tanganku padanya. Aneh memang anak ini.

" El, mau pesan apa? " tanyanya padaku, karena dari tadi memang aku sedang sibuk melihat seorang koki membuat sushi.

" Samakan saja dengan milikmu "jawabku lalu melanjutkan menatap koki itu.

" El, aku boleh mencoba makanan milikmu nanti? " ucap Lily, sambil menarik-narik jaket yang kugunakan.

" Lily mau? " tanyaku padanya. Sontak Je kaget, dengan siapa aku bicara, mungkin itu isi pikirannya saat ini. Tapi aku berharap dia tidak akan bertanya tetang itu.

" Lily mau... Boleh El? "

" Boleh, tapi aku tidak bisa membelikan banyak. Bagaimana? "

" Horeeeeee, Lily mau tiga boleh? "

" Boleh, aku yang pilihkan ya "

" Ya El, terima kasih banyak "

Setelah itu aku memesankan tiga sushi untuk Lily. Aku membuat suara yang cukup pelan, agar tidak ada orang yang tahu aku berbicara dengan siapa. Kan aku bisa disangka orang tidak waras nanti. Aku terbiasa berbicara pada Lily, seperti aku berbicara pada teman manusiaku. Jika ada yang bertanya bagaimana caranya untuk makan, dia tidak mungkin memakan sushi itu secara terlihat, bahkan jika ada kalian yang berpikir sushi itu akan terbang lalu menghilang tiba-tiba, itu bukan hal yang logis. Lily makan dengan menghisap sari apa yang dia makan. Jadi, jika manusia akan memakannya itu akan terasa hambar. Setelah selesai memesan, apa yang tidakku inginkan terjadi. Je bertanya. Ah, aku benci.

"Lo ngomong sama siapa El? " tanyanya penasaran.

" Lily, bukankah kamu dengar aku menyebut namanya tadi. "

" Ah itu gue juga tahu kalau namanya Lily, maksudku di hantu? " katanya, sambil memelankan kata ' hantu ' yang dia ucapkan. Dan kuanggukan kepalaku, mengisyaratkan benar. Ia pun membuat gestur bibir huruf 'O'.

Dan kalian tahu, anak laki-laki yang menabrakku semalam dia berada dekat Je, dari matanya, dia terlihat sangat nyaman berada dekat Je. Dan bagaimana dengan keadaan Lily saat ini? Dia bahkan sangat senang, karena dia bisa berada di dekat Je. Hahahaha anak itu sungguh lucu. Setelah sekitar tujuh menit kami menunggu, akhirnya makanannya datang. Sebelumnya makan kami juga berdoa. Tak lupa mengucapkan syukur pada Tuhan. Ku tata piring hidangan kami dimeja. Kuambil salah satu sushiku dan kutaruh di piring Lily.

J (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang