10

4 2 0
                                    

. . . . . . .

Sekarang aku sudah berada dikamarku. Bersama Je dan Juna. Ya, Juna ikut masuk kedalam kamarku. Katanya, Ia akan menjaga kami agar tidak berbuat macam-macam.

" Oh ni ternyata, kamar milik nona singa. Besar tapi cukup berantakan untuk ukuran seorang anak perempuan. " Ucap Je, sambil melihat isi kamarku. Ya, aku memang bukan orang yang rapi. Aku lebih cepat mencerna sesuatu, bila kondisinya seperti semula.

" Kamu banyak bicara. Tugas apa maksudmu? Bukankah tugas untuk besok tidak ada? Atau jangan-jangan kamu hanya ingin berdua denganku? Dan asal kamu tahu saja, saat ini kita tidak berdua saja dikamar ini. " Jelasku.

" Ah yang benar. Ya, sebenarnya gue ingin ngobrol-ngobrol bareng sama lo. "

" Kamu takut? " tanyaku menggodanya.

" E-engga enak saja. Aku ini pemberani. " Katanya.

" Hahahaha, sudah akui saja bahwa kamu ini sebenarnya penakut bukan. Dan apa yang ingin kamu obrolkan? "

" Ah iya-iya aku ini memang penakut. Sudah puas? "

" Hahahahahahhah, tentu. Sangat puas. " Tawaku puas. Membuat Je pun juga ikut tertawa.

" Jadi jika kakakmu ada disini apa yang ingin kamu katakan? " tanyaku tiba-tiba. Yang sontak membuat Juna kaget.

" Aku akan sangat senang. Dia hibernasi sangat lama, dan akhirnya dia bangun. " Katanya, sepertinya dia belum sepenuhnya sadar dengan pertanyaanku.

" Tunggu, kakak? Darimana lo tahu gue punya kakak? " sadar juga akhirnya dia.

" Jadi benar? Oh, jelas aku seorang cenayang. " Kataku membanggakan diri sambil menaikan kacamataku.

" Kamu tahu kakakku? Aku tak percaya bahwa kamu seorang cenayang. " Katanya meremehkanku. Jangan ditanya Juna sangat kaget. Astaga, dia sangat lucu sangat kaget. Sudah dipastikan, dia akan mengomeliku selepas Je dan orangtuanya pulang nanti.

" Kamu tidak percaya? Perlukah aku membuka kartumu? " kataku, sebenarnya aku tidak masalah jika ada yang membicarakanku. Toh, juga tidak rugi denganku dan keluargaku. Kecuali, itu akan merugikanku. Tapi, aku suka menggoda Je. Sekarang aku tahu bahwa dia itu seorang penakut.

" Oh silakan saja kalau kamu tahu itu. " Sautnya.

" Kamu sering mengunjungi kakakmu, dan terkadang kamu menyeritakan aku padanya. Benar tidak? "

" B-bagaimana kamu tahu. Ah, aku jadi malu karena kamu sudah membukanya. Jangan-jangan kamu sasaeng-fansku ya? Jujur saja, tidak usah sampai membuntutiku. "

" Enak saja aku sasaengmu, tidak ada kerjaan lain atau bagaimana? Aku ini cenayang, hihihi. " Kataku tidak terima. Enak saja aku disebut sasaeng fansnya. Oh ya, sasaeng fans adalah fans fanatik, mereka mengikuti bahkan meneror idol atau orang yang mereka suka.

" Ah sudah lah. Sekarang gue mau bilang, pasti lo ga punya dress ya. " Katanya mengalihkan pembicaraan. Aku yakin pasti dia tahu dari orang tuaku.

" Ya. "

" Besok pulang sekolah cari dress bareng gue. Tidak ada penolakan, Papa lo yang nyuruh. Jangan protes, dosa. Itu orang tua lo. " Ah, dia itu sangat menyebalkan.

" Harus pakai dress? Tidak bisa pakai yang lain? " kataku bermaksud menolak.

" Lo mau pakai apa? Kimono, Handbok? Atau lo mau pakai tuxedo? "

" Aku punya rok, rok itu jarang digunakan. Jadi mungkin papa lupa. Aku pakai itu saja. Kan juga bukan tamu undangan yang penting. Aku kesana hanya agar aku tidak sendirian dirumah, jadi tidak perlu pakai dress seperti orang mau menikah, itu sangat aneh. "

" Ya sudahlah, terserah lo aja. Gue, turun dulu. Kalau ditanya orang tua lo, jawab aja tadi lagi membahas materi untuk besok disekolah. Dan satu lagi, gue masih belum percaya kalau lo itu ce-na-yang. " Katanya sambil mengeja kata cenayang.

" Ya sudah kalau tidak percaya. Aku tidak memaksamu untuk percaya. Oh ya Je, kalau ada suara-suara dirumahmu nanti jangan salahkan aku. "

" Apa maksudmu? "

" Ya sudah tidak apa-apa, aku akan mencari rokku dulu. Nanti aku menyusul turun. Hati-hati ditangga ada anak kecil, jangan kamu injak. " Kataku lalu masuk ke kamar.

" Ya! El! "

Tak peduli dengan sumpah serapah yang akan Ia lontarkan padaku. Toh memang benar disitu ada anak kecil, disitu ada Lily. Dan Lily ingin berkunjung kerumah Je malam ini, jadi aku sudah memperingatkannya.

Akhirnya ketemu juga roknya. Aku menyusul Je untuk turun kebawah.

. . . . . . .

J (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang