"Dad.." Panggil Arin pelan. Gadis kecil itu menarik kemeja sang Ayah agar Ayahnya menyadari kehadirannya. Namun, Ayahnya masih saja bergelut dengan pekerjaan..
"Daddy.." Panggil Arin lagi.
"DAD—"
"Shut up, Arin! Daddy lagi kerja, kalo emang cuma mau ganggu gak usah ikut daddy!" Omelnya.
Arin terkejut hingga memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Wajah Arin tampak memelas, matanya sudah mengendapkan kristal bening yang siap terjun membasahi pipi gempalnya.
"Maaf, Arin. Daddy gak sengaja.."
"Daddy jahat. Arin benci sama Daddy." Kata Arin lalu berlari keluar dari ruangan Ayahnya.
Mattheo segera berdiri dari kursi kebanggaannya, berlari mengejar sang buah hati yang berlari asal.
Arin menangis sejadi-jadinya, berulang kali ia menghapus air matanya. Penglihatannya memudar, sampai tak sadar seorang gadis berdiri didepannya. Mengakibatkan Arin menabrak kaki gadis itu.
"Aduh!" Seru Arin, dikarenakan tubuhnya yang mungil, membuat Arin langsung terduduk.
"Ya ampun! Maaf ya dek, kamu ngapain lari-lari disini? Ini bukan area bermain loh, kamu sama siapa disini?"
Arin mendongak, memastikan siapa yang ia tabrak.
Gadis yang menabraknya membelak, "Ya ampun siapa yang bikin kamu nangis? Siapa? Bilang sama kakak, siapa?" Tanyanya mengedarkan pandangannya dengan mata tajamnya. Menelisik setiap bagian gedung.
Tak lupa kedua tangannya yang bertolak pinggang.
"Arin!"
Arin segera bersembunyi dibalik kaki gadis itu, memegang kaki gadis itu erat seperti meminta bantuan.
Gadis itu segera menatap tajam Mattheo yang berlari ke arahnya. Saat tangan besar Mattheo hendak meraih tangan Arin, telapak tangan gadis itu dengan mudah memukul tangan berurat Mattheo.
"Mau ngapain lo? Mau nyulik lo ya?"
Mattheo menaikan sebelah alisnya, "Kamu siapa?"
"Ada juga gue yang tanya! Lo siapa? Penculik kan lo? Ngaku aja deh!"
Mattheo menatap gadis itu tajam, "Saya gak ada urusan sama kamu."
Tangan Mattheo berusaha meraih tangan Arin lagi, gadis itu membelak tak percaya.
"Tolong! Ada penculik tolong!"
Tangan besar Mattheo segera membekap mulut gadis itu, "Kamu siapa sih? Seenak jidat neriakin saya penculik."
Arin menarik baju gadis itu, "Kak. Itu daddy aku."
Gadis itu membelak, lalu tersenyum bodoh.
"Saya gak tau om. Asli, saya gak tau. Ampun om."
"Ka—"
"AMPUN OM!" Serunya sambil berlari menjauh.
Selepas gadis itu pergi, entahlah siapa namanya dan apa tujuannya ada dikantor milik Mattheo. Mattheo merendahkan tubuhnya, mensejajarkan dirinya dengan Arin, "Maaf ya, Arin. Daddy minta maaf karena teriak sama Arin."
Arin menatap Mattheo sendu, lalu memeluk tubuh Ayahnya.
» duren
→ started by
Anggara Mattheo Dharma
Adinda Jennie Kanya
Arindira Dharma
tbc..
YOU ARE READING
duren - lty [au] ✔
Fanfiction"kalo dudanya kayak om theo mah saya siap dinikahin sekarang juga." taeyong ft jennie