3

13 3 0
                                    

"Pagi Evan."

Evan menoleh lalu mengangguk.

"Ayo jalan kekelas sama Vanya."

Evan mengangguk lagi.

"Evan sejak kapan jarang ngomong gini? Kenapa gamau ngomong?"

"Ribet."

Vanya hanya tertawa

Apa yang lucu? batin Evan.

"Vanya punya sahabat yang lucu-lucu. Kyna yang cerewet, Raka yang bobrok, sama Evan yang pendiem." kata Vanya seakan bisa membaca pikiran Evan.

Mereka sampai di kelas lalu duduk ditempat masing-masing.

"Eh, Nya. Lu mau ikut ekskul apanih?" tanya Kyna.

"Vanya blm tau. Kalo Kyna mau ikut apa?"

"Gue mau ikut beladiri, disuruh sama emak biar bisa ngelawan orang jahat."

Vanya menengok kebelakang, "Kalo Raka ikut apa?"

"Anak keren ikut basket dong. Gini gini gue jago basket,"

"Songong amat. Lama-lama gue remukin tuh badan." gumam Kyna.

"Evan?"

"OSIS."

Tok tok tok

"Permisi, Lavanya ada?"

Vanya bangkit dari tempat duduknya.

"Eh Kak Arthur, ada apa kak?"

"Gini, kemaren kan gue denger suara lo bagus. Gimana kalo lo daftar klub band sekolah?" tawar Arthur.

"Emm boleh deh kak. Kebetulan Vanya bingung mau masuk klub mana,"

"Oke kalo gitu gue pergi dulu ya," Arthur meninggalkan kelas.

"Vanya ikut ekskul band. Mungkin nanti Vanya jadi vokalis,"

Kyna hanya mengangguk karna guru sudah datang ke kelas mereka.

***

Evan memasuki kamarnya. Ia menjatuhkan diri diatas kasurnya. Matanya menatap kosong langit-langit kamar abu-abunya.

Evan bangun dan berjalan menuju lemari. Ia mengambil album foto dan kembali ke kasurnya.

"Gue seneng ketemu sama lo lagi. Tapi, lo lupa sama gue ya?" gumam Evan.

Evan pun memejamkan matanya dan tidur dengan album didalam dekapannya.

"Inaaa, Epan cuka ama Inaaa," ujar bocah itu.

"Ihh Epan apa ci. Asi ecil nda ole cuka cuka ata mamaa," jawab sang gadis kecil.

"Api Epan cuka ama Inaaa," ia menunduk.

"Epan emen Inaaa cekalang. Alo dah becar anti Ina cuka ama Epan."

"Ina anji?"

"Anji." kedua kelingking mungil itu bertaut.

Mereka pulang kerumah masing-masing.

Evan terbangun. Ia duduk dan memijat kepalanya.

"Udah 10 tahun berlalu, tapi kenapa gue gabisa lupain lo si Na," batin Evan.

Ya, kenangan itu terlintas lagi. Kyna adalah teman masa kecilnya yang sudah ia sukai dari dulu. Lalu mereka berpisah dalam kurun waktu yang lama. Namun, Evan tidak bisa melupakan gadis kesayangannya itu.

Sejak pertemuan pertamanya dengan Kyna setelah sekian lama, kenangan itu selalu hadir kembali. Hal ini membuat Evan bingung.

"Apa yang harus gue lakukan sekarang?"

***

"ASTAGA UDAH JAM 7!!" teriak Kyna.

Kyna mandi dan bersiap-siap secepat kilat.

"Mamah kenapa ga bangunin Kyna sih," Kyna memakai sepatunya.

"Mama uda berkali-kali bangunin kamu ya, kamunya aja yang susah bangun,"

"Yaudalah ma, Kyna berangkat dulu," ia mencium tangan mamanya.

Kyna berlari secepat mungkin agar tidak terlambat sampai di sekolah.

Namun Kyna sedang sial. Pintu gerbang sudah ditutup. Guru BK berdiri di depan pagar.

"Kenapa kamu telat?"

"Bangun kesiangan Bu, hehe," Kyna meringis.

"Hehe hehe. Berdiri hormat bendera sana!"

Kyna melangkah lemas menuju tengah lapangan. Ia memulai hukumannya.

Beberapa saat kemudian, ada sesuatu menghalangi sinar matahari. Evan.

"Lah, lu ngapain disini?"

"Telat."

"BWAHAHAHAHAHA,"

"KYNA NGAPAIN KAMU KETAWA-KETAWA!!" bentak guru BK tadi.

Kyna langsung diam namun tetap terkekeh.

"Kutub es bisa telat juga ya. Kenapa? Dihalang beruang kutub ya?" ejek Kyna.

"Berisik."

Kyna tetap menahan tawanya.

"Manis banget," tanpa sadar Evan menatap Kyna.

"Apa liat-liat? Gue cantik ya? Jelas lah. Baru tau lu?"

Evan memalingkan kepalanya. Tak lama, bel pergantian jam berbunyi. Evan segera mengambil tasnya lalu pergi ke kelasnya.

"Main ninggal aja tu bocah. Gada niatan ngajak bareng lagi. Punya temen sompret amat," Kyna berjalan ke kelas dengan perasaan kesal.

***

Maaf ya semua lagi buntu nih jadi pendek banget :(

Makasih uda mampir✨
Have a nice day and God bless you^_^

•Ephemeral•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang