"Akhirnya ujian selesai." Jhia merentangkan tangannya sembari berteriak. Ketiga temannya hanya bisa menahan tawa melihat tingkah laku Jhia yang seperti orang gila.
"Hei, kalau ujian kali ini gue dapat nilai tertinggi, gue bakal traktir kalian semua." Ucap Yoga, tapi teman-temannya tidak menunjukan antusias dan malah tertawa. "Heih... Kalian gak percaya kalau gue bakal rangking 1 lagi?"
Ochi menggelengkan kepalanya, lalu menepuk pelan pipi Yoga. "Kebalikannya, kami sangat percaya kalau lo bakal rangking 1 lagi, yang kami tertawakan adalah... Sikap lo yang terlalu percaya diri bisa traktir kami."
"Yoga, lo harus ingat, walaupun lo dapat beasiswa, tapi biaya hidup itu mahal. Mending kayak biasa aja, kalau lo rangking 1, kita bertiga bakal manjain lo." Rafi mengangkat kedua alisnya dengan percaya diri.
"Siap tuan Yoga, kami siap melayanimu." Ucap Ochi dan Jhia bersamaan. Mereka berempat pun tertawa.
Di tempat lain seorang siswi baru saja mengalami perundungan, wajahnya habis di corat-coret oleh teman-temannya. Dia berjalan sambil menangis ke rumahnya, dia masuk ke kamarnya dan menangis sekencang-kencangnya.
Sejam penuh dia menangis, dia melihat cermin, wajahnya yang penuh spidol warna warni. Tiba-tiba teleponnya berdering, dia melihat sebuah nama mengambang di layarnya. Dia mengangkatnya dengan gugup.
"Halo! Rachel lo dimana? Ikut yuk makan bareng kita." Terdengar suara Ochi di balik telepon.
"S-saya tidak bisa nona, s-saya ada tugas dari sekolah." Rachel mencoba menahan isaknya.
"Berhenti panggil gue nona, soal tugas, Lo tenang aja Yoga bakal ngajarin lo, gue kasih waktu 30 menit kita ketemu di restoran biasa, see you."
"Tapi-" belum sempat Rachel menyanggah, Ochi sudah mematikan teleponnya. Dia bergegas mengambil handuk dan bersiap pergi.
Di restoran keempat orang itu sedang menikmati pesanan mereka.
"Chi... Gue bingung deh, gimana bisa Rachel panggil lo nona, padahal kalian saudara kembar." Tanya Yoga.Suasana hangat berubah menjadi hening, Ochi meletakkan sumpitnya dan mulai bercerita.
"Orang tua gue cerai, gue ikut ibu yang kaya raya dan Rachel ikut nenek dari keluarga ayah yang sederhana. Rachel bilang selama dia tinggal sama nenek, nenek selalu cerita kalau di kehidupan sebelumnya gue seorang ratu dan Rachel itu pengawal atau penjaganya pribadi gue gitu lah dan Rachel percaya banget sama hal itu.""Hah?" Ucap ketiga orang itu bersamaan, kemudian mereka tertawa. Jhia bahkan sampai mengeluarkan air mata, cerita yang mereka dengar lebih seperti dongeng sebelum tidur. Sekitar 15 menit berlalu, Rachel datang sambil berlari. Dia segera duduk di samping Ochi dan membebankan tubuhnya ke tubuh Ochi. Ochi mengipasi Rachel dengan tangannya, dia tahu itu tidak berpengaruh banyak, tapi dia ingin mendinginkan tubuh adiknya.
"Mba, air mineral 1." Pesan Rafi.
"Chel, lo ngapain lari-lari? Kita gak akan kemana-mana, kita pasti tungguin lo kok." Ucap Jhia sambil membantu Ochi mengipasi Rachel.
Tak lama sebotol air mineral datang ke meja mereka, Rachel dengan rakus meminumnya, dia sangat kehausan. Ochi merapihkan rambut adiknya itu dan menemukan sebuah garis berwarna merah muda di dekat rambut Rachel.
"Chel... Ini apa? Kok ada merah muda, kuning, biru di kening lo." Mendengar itu Rachel segera bangun dan menutupi keningnya.
"Bukan apa-apa kok non." Rachel menundukkan kepalanya.
"Di balik kata gak apa-apa, pasti ada apa-apa." Yoga memanasi.
"Rachel Silviana, jawab!" Ochi mencoba menekan Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose (Kumpulan Cerita)
RandomKumpulan cerita 1 chapter yang melintas di pikiranku. Tentang negeri imajinasi, tentang action yang aku pendam, tentang takdir dan nasib. Aku tulis disini. 27 November 2020