Sofi mengayuh sepedanya menyusuri jalanan menuju sekolahnya, angin berhembus meniup wajahnya. Sesampainya di gerbang, Sofi turun dari sepedanya dan menuntunnya masuk menuju parkiran sepeda. Jarak dari gerbang menuju parkiran sepeda tidak terlalu jauh, hanya saja berlawanan arah dengan arah kelas. Setelah sepedanya terparkir, Sofi berjalan menuju kelasnya.
Sepanjang lorong kelas semua orang yang dilewatinya melihat kearahnya dan menertawakan dirinya. Sofi berusaha mengabaikan semua pandangan, dia memasang headphone yang sedari tadi melingkar di lehernya.
Saat melewati salah satu papan mading, banyak orang berkerumun memenuhi mading. Sofi menaikan alisnya, berita apa yang bisa membuat seluruh siswa berantusias?
"Jika penting akan diumumkan di kelas, jika gosip akan tersebar di kelas." Ucap Sofi, dia melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sampai di kelas Sofi melihat sahabatnya dengan tergesa-gesa sedang membersihkan papan tulis. Sofi duduk di kursinya dan membaca tulisan besar yang tergambar di papan tulis.
Sofi Darmawangsa anak miskin baru
Sofi melepaskan headphone-nya dan menghembuskan nafas beratnya.
"Lisa, berhentilah membersihkannya, biarkan mereka melakukan apapun yang mereka mau." Ucap Sofi kepada sahabatnya yang masih sibuk membersihkan papan tulis itu.
Lisa terdiam, menunduk beberapa saat, lalu kembali ke tempat duduknya.
"Oi! Gue dengar perusahaan ayah lo baru saja bangkrut, benar?" Tanya seseorang dari ujung kelas.
"Benar, lalu kenapa?" Ucap Sofi dengan nada datar dan cenderung tidak peduli.
"Dan lo masih berani sekolah disini?"
Terdengar tawa dari setengah siswa kelas, mereka menertawakan Sofi yang baru saja kehilangan perusahaan properti.
"DIAM!" Teriak Lisa mengagetkan seluruh ruangan. Lisa pun kaget dengan apa yang baru saja dia lakukan. Lisa kembali duduk dan menunjukkan ketakutannya dengan bersembunyi di balik kedua tangannya.
"Oi Lisa! Lo sekolah disini karena uang Sofi dan sekarang Sofi bangkrut, jangan sok."
Seseorang yang sedari tadi menghina Sofi berjalan mendekati Lisa dan menunjuk-nunjuk kepala Lisa.
"Tikus yang dilindungi kucing kayak lo, gak pantas punya suara yang lantang." Ucap orang itu.
Sofi berdiri dan menarik jari orang yang menunjuk-nunjuk kepala Lisa.
"JJ, jaga perilaku lo, kucing ini bisa mencakar dan menggigit."
JJ menarik jarinya dari cengkraman Sofi kemudian beralih menghadap Sofi.
"Gue gak takut sama gertakan kucing."
JJ kembali ke tempat duduknya, kelas yang semula gaduh sekarang menjadi tenang dan terlihat normal.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Sofi pada Lisa yang terlihat gemetaran.
"Aku-aku-maafkan aku Sofi." Terdengar suara yang lirih dari Lisa. Sofi memeluk sahabatnya itu agar tidak ketakutan.
"Tidak apa-apa, kamu sudah berusaha." Sofi tahu sahabatnya adalah orang yang penakut, walaupun selalu berusaha ceria dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose (Kumpulan Cerita)
AcakKumpulan cerita 1 chapter yang melintas di pikiranku. Tentang negeri imajinasi, tentang action yang aku pendam, tentang takdir dan nasib. Aku tulis disini. 27 November 2020