"Reina Dirandra."
"Hadir pak."
"Reyhan Dirandra."
"..."
Reyhan mengangkat tangannya tanpa bersuara, setelah guru melihat kehadirannya di kelas, Reyhan menurunkan tangannya. Reyhan melihat sekelilingnya dan matanya bertatapan dengan Reina yang sedang menyipitkan matanya dengan sinis.
Reyhan langsung mengalihkan pandangannya pada buku-buku di mejanya. Reyhan mengutuk. Kenapa dia harus satu kelas dengan seorang perempuan yang memiliki nama yang sangat mirip dengannya. Bukan hanya sekedar inisial nama, tapi benar-benar sama, seperti nama anak kembar.
Masalahnya adalah kelakuan Reina tidak seperti perempuan kebanyakan. Dia suka berkelahi, bahkan dia berani menantang preman sekolah. Dan nama yang masuk daftar hitam malah Reyhan, padahal dia tidak berbuat apapun. Dia bahkan tidak ada di lokasi kejadian.
Bel berbunyi tepat waktu, guru membubarkan kelas dan hanya mengingat tentang tes minggu depan. Reyhan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, lalu berjalan meninggalkan kelas. Koridor yang menghubungkan gedung kelas dan gedung fasilitas sekolah menjadi jalan utama menuju parkiran.
"Reyhan."
Ketika mendengar suara yang tidak asing ditelinganya, Reyhan segera mempercepat langkahnya dan melewati kerumunan orang-orang. Dia tidak mau orang yang memanggilnya memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya.
Sampai di parkiran, Reyhan mengeluarkan kunci motornya dan berusaha secepat mungkin untuk pergi dari sekolah. Saat sudah naik keatas motornya dan siap untuk pergi, seorang perempuan berjaket jeans berdiri di depan motor Reyhan.
"Rey."
"Apa sih Rei?"
Reyhan mematikan mesin motornya, sudah tertangkap basah seperti ini, tidak ada jalan baginya untuk kabur.
"Tunjukkin sama gue orang yang malak lo kemarin."
"Kenapa? Lo mau bikin mereka babak belur? Mereka aja malak gue gara-gara lo, jangan perpanjang masalah." Reyhan menghela nafas berat.
"Justru karena mereka salah orang, gue gak bisa biarin mereka bebas." Reina memperjelas.
"Terserah, awas."
Reyhan menyalakan motornya dan mendorong Reina untuk menyingkir. Tapi Reina dan kepala batunya seperti berteman karib, Reina tidak bergerak sedikitpun.
"Kasih tau gue dulu."
Reyhan mencubit tulang hidungnya hingga matanya terpejam sambil menghela nafas. Api amarah Reina berkurang ketika melihat Reyhan yang kelihatan kelelahan.
"Maaf gue keterlaluan." Ucap Reina sambil menyingkir dari hadapan motor Reyhan.
Sekarang Reyhan merasa bersalah. Reyhan berpikir sejenak lalu berbicara dengan suara pelan.
"Yang udah kejadian ya udahlah, sekarang mending lo pulang, jangan cari masalah buat gue."
Reyhan menyalakan motornya dan pergi dari area sekolah. Awan hitam memenuhi langit, angin berhembus kencang, pohon-pohon dipinggiran jalan menggugurkan daunnya. Lampu merah menyala tepat di perempatan jalan.
Satu per satu motor berhenti sejajar di garis luar zebra cross. Reyhan melihat motor di kanannya, sebuah motor ninja berwarna hitam, motor yang selalu ingin dia miliki sejak dulu. Pengemudinya terlihat gagah dengan jaket kulit dan helm yang menutupi seluruh wajahnya.
Reyhan beralih pada motor disebelah kirinya, terlihat tidak asing. Reyhan melihat motor disebelah kanannya lagi dan menyadari kalau penumpang motor itu terus memperhatikan dia. Perasaan Reyhan mulai tidak enak. Saat lampu hijau menyala, Reyhan segera menarik gas dan berusaha kabur dari kedua motor itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose (Kumpulan Cerita)
RandomKumpulan cerita 1 chapter yang melintas di pikiranku. Tentang negeri imajinasi, tentang action yang aku pendam, tentang takdir dan nasib. Aku tulis disini. 27 November 2020