"Maaf karena aku tidak punya banyak waktu untuk mencintaimu." itulah kata-kata terakhir yang dia katakan sebelum dia kehilangan kekuatannya untuk menggenggam tanganku.
Dia yang selalu merawatku, memasakkan aku makanan, menyetrika bajuku, bahkan memanjakan aku di hari liburku. Dia tidak pernah mengeluh dengan sakitnya, dia tetap bekerja walaupun harus terus berada di tempat tidurnya.
Sungguh memalukan, karena aku sebagai istrinya baru menyadari semua ini setelah dia meninggal. Di saat aku sudah tidak bisa membalas semua perhatiannya, di saat aku sudah tidak bisa melihatnya lagi di sampingku.
Tuhan. berikan aku waktu untuk mengenalnya, hukum aku jika kali ini pun aku gagal untuk membalas semua perhatiannya. Aku memejamkan mataku dan pergi tidur, sambil terus memeluk kemeja terakhir yang di pakai suamiku. Aku masih bisa mencium aroma tubuhnya menempel di kemeja itu, aroma yang selalu aku cium ditubuhnya yang hangat, yang memelukku setiap hari.
"Jane! Bangun!"
Perlahan aku membuka mataku dan melihat bayang-bayang seseorang sedang terburu-buru. Aku menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Dan melihat dengan jelas, perempuan berkemeja putih dan bercelana hitam sedang bersiap.
Aku membulatkan mataku ketika menyadari siapa perempuan itu. Aku mengambil bantal yang paling dekat denganku dan melemparnya ke arah perempuan itu. Perempuan itu berbalik sambil memasang wajah kesal.
"Lo apa-apaan sih." Bentaknya padaku.
"Lo yang apa-apaan ada di kamar gue." Teriakku.
"Kamar lo? Masih mabok ya lo, ini kamar kita. Udah ah gue gak ada waktu debat sama lo, gue udah telat wawancara, lo buruan siap-siap berangkat kerja." Ucap perempuan itu saat keluar dari pintu.
Aku melihat sekeliling, ini bukan kamar di apartemenku. Ini... Aku turun dari tempat tidurku dan mendekati cermin. Itu aku? Orang yang ada di cermin itu aku? Apa ini mimpi?
Aku melihat kalender, aku kembali ke 7 tahun yang lalu. Bagaimana aku bisa disini? Ini kan tahun dimana aku sering kabur dari rumah.
"Tuhan. mengabulkan permintaanmu." Sebuah suara membuat aku terkejut dan jatuh ke lantai.
Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri tepat di hadapanku. Dia menatapku tanpa ekspresi, pakaiannya serba hitam, rambutnya putih seperti susu, aku tidak pernah melihat orang ini sebelumnya. Bagaimana dia bisa tiba-tiba berada di hadapanku, padahal jelas sekali tadi aku sendirian, teman sekamarku sudah pergi.
"Aku tidak punya nama, aku ditugaskan untuk menemanimu selama kamu berada di waktu ini."
"Apa?"
Aku tidak mengerti dengan apa yang laki-laki ini katakan, aku menarik tubuhku mendekat ke pintu dan menatap laki-laki itu dari kejauhan.
"Daripada kamu banyak bertanya, bukankah lebih baik kamu menggunakan waktumu dengan sebaiknya untuk mencari suamimu di masa depan?"
Laki-laki itu menghilang saat cahaya matahari memenuhi ruangan. Kemana dia? Dia bilang aku harus mencari suamiku? Apa ini benar-benar nyata? Atau aku sedang bermimpi?
Kalau benar waktuku tidak banyak, aku harus bergegas. Aku bangun, ambil handuk dan pergi mandi, kemudian berpakaian dan segera pergi. Saat menutup pintu kamar, aku terdiam. Kemana aku harus mencari?
7 tahun yang lalu, dia ada dimana?
Kemudian pintu di seberang kamarku terbuka, seorang anak SMA keluar dari kamar itu. Dia melihatku beberapa saat, lalu berlalu pergi. Wajah itu, mungkinkah dia suamiku?
"Dean!" Teriakku.
Anak SMA itu berbalik dan melihat kearahku dengan wajah bingung. Kemudian dia berjalan mendekatiku dan bertanya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose (Kumpulan Cerita)
AcakKumpulan cerita 1 chapter yang melintas di pikiranku. Tentang negeri imajinasi, tentang action yang aku pendam, tentang takdir dan nasib. Aku tulis disini. 27 November 2020