Pagi hari kembali menyapa Aira, dengan bahan-bahan kue yang sudah berada di atas meja dan alat tempur untuk membuat kue. Setelah kejadian malam hari Aira dihadang oleh preman, kini Aira tidak pernah lagi pulang pada waktu tersebut. Meskipun dagangannya belum habis Aira sudah kembali pulang pada waktu-waktu yang aman dan jalanan masih ramai. Kejadian dua hari lalu mengajarkan Aira untuk terus berhati-hati, kapanpun dan dimanapun.
"Aira ingat ya nak, nanti tuh jangan pulang kemalaman ya. Ibu gak mau sesuatu yang buruk terjadi lagi sama kamu" ucap Ibu seraya mengemasi kue-kue yang akan Aira bawa ke kampus.
"Siap bu"
"Sudah kamu rapih-rapih nak! Biar ibu yang lanjutkan membuat kuenya" ucap Ibu.
Aira pun meninggalkan dapur untuk pergi ke kamar dan segera bersiap untuk menuju kampus. Hari ini Aira akan membawa dagangannya ke kampus. Aira pikir lumayan juga kalau ia jual kue nya di kampus. Ia tidak akan berjualan lama-lama waktu malam hari di Malioboro.
Aira sudah sampai kampus, dengan tangan yang memegang keranjang kue yang berisikan kue yang akan ia jual. Semenjak tinggal di Jogja, Aira merasakan hal berbeda dari sebelumnya. Aira memang seorang yang sederhana, dan kesederhanaan itu ia bawa ke Jogja untuk menemani hari-hari nya tanpa kedua orang tuanya. Langit Yogyakarta ikut menjadi saksi setengah perjalanan hidupnya yang ia lalui.
Hidup Aira yang sebelumnya di Jakarta dan hidup Aira yang sekarang di Yogyakarta sangat berbeda. Tapi dengan perbedaan hidup nya saat ini Aira dapat merasakan pengalaman barunya untuk menjalani hidup dengan kesederhanaannya yang telah diajarkan oleh almarhum kedua orang tuanya. Walaupun Aira dari orang yang tercukupi dari segi apapun tetapi Aira tidak pernah menjadi orang yang menyombongkan kekayaan harta dari orangtuanya.
Saat ini Aira sudah berada di kantin kampus. Ia berniat untuk menitipkan kue-kuenya kepada Ibu kantin.
"Assalamualaikum Ibu"
"Wa'alaikumussalam, eh non Ai"
"Bu, Aira waktu itu kan sudah kasih tau kalau Aira mau menitipkan kue yang Aira jual. Boleh kan bu?" jelas Aira yang kembali menyampaikan keinginannya.
"Boleh banget non"
"Makasih ya bu sekali lagi"
"Iya non sama-sama" balas Ibu kantin seraya meneria keranjang kue yang Aira titipkan.
***
Saat ini Aira dan Nabila sedang berada di kantin, setelah melewati beberapa mata kuliah yang membuat Nabila sedikit uring-uringan dan Aira tetap setia mendengar segala ocehan-ocehan Nabila yang luar biasa.
"Huft lelah ya jadi mahasiswa" keluh Nabila seraya mendudukan dirinya pada bangku kantin.
"Alhamdulillah" balas Aira.
"Jangan lupa bersyukur cantik" ucap Aira lagi mengingatkan Nabila.
"Alhamdulillah ada juga yang mengakui aku cantik hahaha" balas Nabila seraya terkekeh dan Aira hanya dapat tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Nabila.
"Enggak deh, aku mau langsung pulang soalnya"
"Temenin aku makan dulu dong Ai baru pulang gak asik deh"
"Oke, oke khusus untuk Nabila"
"Aku tinggal dulu ya kesana sebentar" ucap Aira.
"Oke sip, jangan lama!"
Kemudian Aira berdiri dan meninggalkan kursi kantin dan pergi ke salah satu stand makanan yang berada di kantin. Ia menuju Ibu kantin yang ia titipkan kuenya untuk dijual di stand ibu kantin tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Yogyakarta [TERBIT]
Teen FictionLangit Yogyakarta~ Gadis bernama Aira, gadis cantik dengan pipi kemerahannya seperti arti dalam namanya. Aira mengalami masa yang sulit, yang tentunya tidak dialami kebanyakan gadis seusianya. Aira, gadis berusia 18 tahun yang baru saja melewati mas...