Lintang paling tidak suka dihukum seperti sekarang, dia lebih baik mengerjakan pekerjaan berat seperti mengangkat meja dari gudang ke kelas. Matanya dengan malas melirik sampah sampah yang bertebaran di lapangan.
"Kalau malas... Tinggalin aja." Ucap Gadis berwajah datar itu.
"Emangnya Lo semua mau gue tinggalin?" Lintang menatap ke-empat temannya.
"Ya kagak lah kita ikut!" Ucap Fauzan dengan santai.
"Iya Lagian bentar lagi pergantian pelajaran." Sambung Xafi, dia mendekat ke arah tempat duduk Lintang.
"Betul! yok makan makan yok di kantin Atas! ." Ahsan berjalan duluan. Dia paling semangat jika ingin ke kantin Atas. Yang notabene bukan kantin sekolah.Mereka mengikuti jalan Ahsan. Dan meninggalkan keranjang sampah itu dibalik bunga bunga yang tersusun rapi.
Bisa ditebak kantin ini adalah langganan siswi yang bolos pelajaran. Dari semua pengunjung bisa diliat dengan jelas kalau rata rata semua memakai baju seragam sekolah dari beda beda sekolah.
Shena menelungkup kepalanya ke meja. Rasanya kepalanya akan pecah dia tidak sanggup menahannya lagi. Dan dimana dia harus mencari cowok yang pernah menolongnya dulu.
Xafi menepuk bahu Shena kasar. Dia tahu Shena tidak suka dilembutkan jadi harus kasar.
"Lo harus semangat carinya. Bukan lemah gini." bisik Xafi tepat di telinga Shena.
Walaupun bisikan Xafi tidak dengan suara besar, tapi Lintang memiliki pendengaran terbaik di antara temannya. "Cari apa?" Tanya Lintang.
Shena yang mendengar suara Lintang langsung menaikan pandangan nya. Dan menggeleng cepat. Tidak ingin Lintang juga ikut mencari orang yang sedang dia cari.
"Ena.. kenapa terlibat sama Dtadi pagi?" Tanya Lintang, dia sungguh penasaran dengan kejadian tadi pagi.
"Pengen bantu aja." jawab Shena santai.
"Liu Liu Liu... Geser geser air panas lewat." Dari kejauhan Ahsan sudah terlihat dengan nampan makanan yang berisi pesanan mereka semua.
"Kenapa muka Lo gitu amat liati aseh?" Ucap Ahsan saat melihat muka masam Lintang kepada Shena.
"Teman Lo gak mau ngasih tahu kenapa dia bantuin ketua OSIS itu." Ucap Fauzan pelan.
Dia tahu kalau Lintang sedang badmood,
Karena tidak dapat jawaban dari Shena.
Mendengar itu Ahsan hanya mengangguk angguk paham. Dari kecil Shena dan Lintang dekat jadi kalau sekarang mereka tidak saling cerita akan membuat salah satu diantara mereka jadi marah. Terutama untuk Lintang."Lo lagi dekat sama adek kelas?" Tanya Ahsan memecahkan keheningan. Yang ditanyai hanya menggeleng malas.
"Dari kemarin dia nitip surat cinta sama gue. Dia kira gue ini tukang pos?" Ahsan marah marah sendiri.
"Maybe." Jawab Fauzan.
"Heh diam Lo." Ucap Ahsan pada Fauzan yang asal saut
"Mana boleh gitu, ini mulut punya hak untuk menyampaikan pendapat. Jadi wajar kalau bicara." Jelaskan Fauzan membuat Xavier terkekeh geli.
Sedangkan Shena diam, sesekali memakan makanan yang tadi di pesan. Pandanganya dia batasi. Lintang juga diam. Masih kesel karena tidak mendapatkan jawaban dari Shena.
"Iya mungkin cewek gue tapi yang mana ya?" Tiba tiba suara Lintang membuat Xafi, Ahsan, dan Fauzan terdiam membisu, tidak ada yang bergerak. Karena mereka tahu itu bukan Lintang yang bisanya. Kecuali Shena yang kini terus makan nasi goreng.
"Besok cewek gue ulang tahun bantuin. Gue beli kado." Mata Lintang tertuju pada Shena. Tapi Shena tidak perduli. Dia tahu Lintang sedang berpura-pura agar mereka bisa membicarakan tentang apa hubungannya dengan Ketua OSIS itu.