7. Dia yang mencoba memendam

6 5 3
                                    


Awan dan langit itu tidak pernah berbohong dengan perasaan sendiri. Jika dia sedih dia akan menangis, jika dia marah dia akan meledak dan jika dia sedang Bahagia maka dia akan ceria. Tapi kenapa manusia selalu membohongi diri mereka sendiri selalu berusaha terlihat baik baik saja. Padahal jauh di dalam hati mereka sedang tidak baik baik saja.

"Dasar pembohong."

"Bilang aja gue capek, gue pengen marah, gue mau mati aja. Bilang aja gitu bego dari pada gini, Lo mau bunuh diri? sendiri? Kalau mau mati ajak aja dong. Gak seru banget hidup Lo!"

Lintang masih menatap malas pada Shena yang hanya mendengar tanpa menjawab pertanyaan tersebut. Dia sekarang benar benar lelah. Adik Lintang masuk ke kamar membuat Lintang menatap seolah berkata"apa?" Dan dengan santai adiknya malah menggeleng dan tatapan jatuh pada Shena, bertanya balik "kak Ena udah makan? Di panggil bunda makan ayok kak.. " Shena menggeleng cepat, dia tidak lapar sepertinya masalah masalah itu sudah membuat perutnya kenyang untuk satu Minggu kedepan.

"Okey tapi kakak harus makan, kalau udah laper tinggal ke dapur oke?" Tanya adik kecil Lintang yang kini menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama.  Lagi lagi jawaban Shena hanya mengangguk angguk paham.

Lintang mengembuskan napas kasar melihat teman yang satu ini seperti  tidak ada gairah hidup tapi ini sudah terjadi Shena adalah temannya. "Lo mau cerita?" Tanyanya dengan tangan di pinggang. Dengan malas Shena menggeleng cepat. Dia lebih baik menyimpan apapun yang dia rasakan tidak ingin orang lain terbebani dengan masakannya.

"Jadi apa yang harus gue lakukan Miska?"

"Diam!" Setelah kalimat itu Shena memejamkan matanya berharap dia tidak akan terbangun lagi. Lintang yang melihat hal tersebut hanya bisa pasrah kakinya berjalan kemari untuk mengambil selimut, tangannya cepat menyelimuti Shena dia mengusap pucuk kepala Shena sebelum akhirnya dia keluar dari kamar.

"Jangan semuanya dipendam! Lo berhak untuk Bahagia."

Langit tidak pernah berbohong dengan perasaan yang dia rasakan. Dia marah dia akan membuat kilat yang menakutkan dilanjutkan suara Geledek. Saat sedih dia akan menurunkan air yang sering kalian sebut hujan? Dan saat dia bahagia maka dia akan cerah beserta awan yang terlihat indah.

Xavier, melepaskan helem dia berjalan santai kerumah Lintang yang sangat luas matanya menatap malas Fauzan dan Ahsan yang sedang berdebat.

"Gue suaminya Jenni jadi jangan ngaku ngaku Lo!" Ucap Fauzan Tegas.

"Sejak kapan? Gue udah jadi ayah anak anak dari Jenni jadi Jangan ngarang!" Balas Ahsan sambil mengibaskan buku pada Fauzan.

"Sejak Jenni kenal sama gue lah!" Balas Fauzan membuat Ahsan tambah panas.

"Enggak, jangan ngarang , seenaknya. Kita udah berumah tangga jadi jangan ganggu!! Lo mau jadi Pebinor? Hah?" Tanya Ahsan.

"Apaan tuh Pebinor baru denger?" Tanya Fauzan dengan polosnya.

"PEREBUT BINI ORANG! Mau Lo jadi Pebinor?" Ahsan berteriak keras membuat Lintang sejak tadi diam kini melempar bantal. Membuat keduanya diam.

"Enak aja Lo bilang gue Pebinor, Lo tu yang Pebinor sama gue!" Ucap Fauzan pelan.

"Tapi kenyataannya gitu!"

"Berhenti halu atau gue pukul kepala Lo berdua sama helem!"  Ancam Xavier sambil duduk disebelah Lintang, "Mau?" Membuat keduanya diam. Tapi hanya sebentar.

"Momo udah putus sama Heechul kan?" Tanya Ahsan pada Fauzan.

"Iya karena Momo udah putus gue mau daftar jadi pacar deh," perkataan Ahsan membuat Fauzan setuju.

"Mana tahu Momo pengen curhat bisa deh sama gue. Abang siap mendengarkan!

"Heh. Momo lebih tua jangan sebut Lo Abang!."

"Iya."

"Cukup! Bisa gak sih jangan halu!" Ucap Lintang dengan muka malas.

"Gak bisa!" Kompak Fauzan dan Ahsan menjawab.

"Diam dulu! Ada yang mau dibahas penting!"

Kini semua hening ditambah Shena yang juga sudah datang dengan muka habis bangun tidur dia sedikit kebingungan.

"Kenapa diam?" Sambil duduk disebelah Xavier.

"Disuruh diam dulu!" Balas Xavier menunjuk Lintang yang main ponsel. Melihat itu Shena terkekeh sedikit.

Setelah semua diam. Lintang bersiap siap memulai pembicaraan. "Mahen ngajak duel, gimana?"

"Gass Lah lagian udah lama gak ada keributan." Ucap Ahsan dengan antusias.

"Ayok siapa takut, lagian gue masih kesal dia mukul Shena." Tambah Xavier sambil mengelus kepala Shena, dan Shena dengan kasar menepisnya. "Jangan lebey!" Membuat Xavier terkekeh.

"Dimana Tang? Apa kita harus ngumpulin anak anak sebagai jaga jaga?" Tanya Fauzan.

"Boleh juga! Tapi ingat jangan sampai ada yang tahu apalagi dari pihak sekolah!"

"Bisa lah!lagian kita harus musnahkan Mahen dan teman-temannya dari sekolah, soalnya mereka meresahkan!"  Ujar Fauzan

"Ahsan, Lo bisa cari tempat buat kita tempur?"

"Bisalah, serahkan sama gue."

"Shena Lo ikut?" Tanya Lintang, sebenarnya dia tidak ingin Shena ikut. Mengingat masalah yang dihadapi oleh Shena.

"Ikutlah lagian gue mau mukul orang sekarang!"

"Pukul gue aja! Mau?" Kata Lintang dengan ekspresi jahil. "Oke," balas Shena dia melayangkan pukulan pada Lintang membuat tiga temannya tertawa puas.

"Bagus!lain kali kalau disuruh gitu itu cuma pura-purab aja begok.

"Siapa suruh bercanda."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShedeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang