Chapter 5

787 137 14
                                    

"Hei, kamu mau ke mana?"

Langkah kakiku terhenti karena Kathy yang berteriak sambil berjalan keluar dari rumahnya. Aku menoleh ke arah gadis itu dan dengan santainya menjawab, "Bertemu Madam Sarah."

"Untuk apa?!" Nada suara Kathy tiba-tiba meninggi, membuatku menatap gadis itu bingung. Ada apa dengan putri tunggal Tuan Alexander itu?

"Bukankah aku pernah menceritakan tentang hal ini kepadamu?"

"Kenapa kamu tidak percaya dengan keajaiban?" Perempuan itu balik bertanya. "Kenapa harus meminta bantuan orang lain untuk mendapatkan pasangan hidup?"

Aku menatap Kathy yang juga tengah melemparkan tatapan tajam ke arahku. Sungguh, aku tidak percaya dengan gadis itu. Kenapa ia bisa sangat yakin dengan adanya keajaiban?

Sungguh, keajaiban itu tidak ada. Keajaiban hanyalah omong kosong. Siapapun yang mempercayai keajaiban adalah orang bodoh.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu," ucap Kathy seraya mengambil satu langkah maju mendekat ke arahku. "Pangeran Hendery menyukaimu."

"HAHAHAHAHA!"

Maafkan aku, Kathy. Aku tidak dapat menahan tawaku saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulutmu. Yang benar saja? Mana mungkin laki-laki berdarah biru itu menaruh perasaan padaku si gadis biasa?

Detik ini juga aku tersadar, ini adalah dampak negatif Kathy yang sering membaca dongeng sebelum tidur. Hingga gadis itu tidak sadar jika hal tersebut tidak ada di dunia nyata.

"Kamu terlalu banyak membaca buku, Kathy," ucapku sambil menggelengkan kepala. "Sebagai teman yang baik, aku menyarankan kamu untuk mengisi waktu luangmu dengan berkebun atau pergi memancing."

Gadis itu melempar tatapan tajam padaku. Mulutnya hendak terbuka, namun aku kembali memotong, "Jangan terlalu sering membaca dongeng. Aku takut jika semakin lama kamu semakin tidak bisa membedakan kehidupan asli dan kehidupan dalam cerita."

"Tapi aku tidak bohong!"

"Sudah lah, aku tidak ingin mendengarkan ucapanmu yang tidak masuk akal itu." Aku menggeleng dan menatap Kathy dengan tatapan datar. "Aku pergi dulu."

Kathy hanya diam, kemudian aku berjalan mendahuluinya untuk pergi ke rumah Madam Sarah, yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku.









Matahari sudah mulai tenggelam saat aku dalam perjalanan kembali ke rumah.

Aku berjalan pelan dengan memegang erat gulungan kertas di tanganku. Sesekali aku menendang batu kerikil yang menghalangi jalanku.

Pikiranku cukup berkecamuk karena ucapan Kathy tadi siang yang terus-menerus terputar di kepalaku.

Apa yang dikatakan gadis itu benar? Apa Hendery menyukaiku?

Tapi, mana mungkin?

Langkah kakiku berhenti di sebuah danau yang merupakan tempat pertama kali aku bertemu dengan Hendery.

Sore itu, aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah setelah bertemu dengan Madam Sarah untuk yang pertama kalinya. Saat itu, aku melihat ada seseorang dalam balutan jubah hitam yang tengah duduk di atas kudanya. Memandang keindahan langit sore yang terlihat jelas dari tempat ini.

Hingga tiba-tiba, laki-laki itu hampir saja terjatuh saat hendak turun dari kudanya. Aku refleks memegang tubuhnya dan aku segera menjauh darinya saat kedua kakinya sudah berhasil mendarat di atas rerumputan.

"Hmmm."

Aku bergumam sambil menatap pantulan diriku di danau yang begitu tenang itu. Dapat aku lihat dengan jelas pakaianku yang sudah robek dibeberapa bagian, rambutku yang sedikit berantakan, dan wajahku yang terlihat cukup lelah.

Sebuah senyum pahit muncul di wajahku. Dengan penampilanku ini, Hendery tidak mungkin menyukaiku.

Dengan kata lain, aku harus mengubur perasaanku dalam-dalam pada putra raja itu. Karena sampai kapan pun, aku adalah aku dan Hendery adalah Hendery.

Setetes air mata jatuh membasahi wajahku. Sesaat aku berandai-andai, jika saja aku lahir sebagai seorang putri raja dan Hendery tetap terlahir sebagai dirinya saat ini, apakah Hendery dapat menyukaiku? Apakah aku dapat meminta kedua orangtuaku untuk menjodohkan aku dengan Hendery?

Ya, sepertinya hal itu memang dapat terjadi jika saja aku terlahir sebagai anggota kerajaan. Seperti cerita Putri Margareth yang meminta ayahnya untuk menikahinya dengan Pangeran Lawrence, lima puluh tahun yang lalu.

Kedua sudut bibirku kembali tertarik ke atas. Aku menghapus air mataku, lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.

Aku memandang pantulan diriku di danau untuk yang terakhir kalinya, sebelum aku kembali melanjutkan perjalanku pulang ke rumah.

Somewhere in 1920Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang