Part 16

202 13 0
                                    

Masa lalu yang kelam mungkin bisa dipendam seiring dengan waktu.. namun melupakannya? itu jelas cerita yang berbeda.. apakah mungkin itu bisa dilakukan? 

.

.

Dowoon mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba terbiasa dengan cahaya yang terasa menyengat kedua matanya. Hamparan warna putih menyapa matanya dan sontak membuatnya langsung membuka lebar kedua bola cantik itu. Rumah Sakit. Tempat itu langsung terlintras dipikirannya ketika ia mencium bau obat yang menyengat serta bunyi beberapa alat yang ia tahu hanya ada di tempat orang mencari kesembuhan itu. Dengan gelisah Dowoon berusaha bangkit dari posisinya, namun ia merasa badannya lemas dan tak memiliki tenaga.

" Yo..Younghyun..hyung.." ucapnya lirih, karena entah mengapa ia merasa sulit menggerakkan rahangnya. Namun tak ada yang menyahut. Perlahan ia menggerakkan kepalanya, dan menengok kesampingnya, hingga matanya menangkap bayangan sang suami yang tengah tidur menelungkup di samping ranjangnya sambil menggenggam erat tangannya. Tanpa sadar Dowoon meneteskan air matanya. Sebuah perasaan lega menyapu hatinya ketika ia mengetahui sang suami setia menjaganya.

" Kau .. Kau ada disini.. hyung.." ucapnya terbata sambil berusaha meraih pucuk kepala suaminya dengan tangannya yang lain. 

" Kau .. ada bersamaku.. bersama kami.." air matanya menetes semakin deras.

" Kau.. tak meninggalkanku.. terimakasih.." ucapnya pelan sebelum kegelapan menjemputnya kembali.

.

.

" Keputusanku sudah bulat, Dowoon dan Kangbra harus pulang ke Seoul hari ini juga" ucap pria berhidung besar yang membuat objek dalam kata-katanya mengerang.

" Kau memutuskan secara sepihak hyung. Aku baik-baik saja. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan ini. Aku tidak mau pulang" ucap Dowoon yang kini tengah duduk bersandar di atas ranjangnya. Semua mata menatap kearahnya dengan pandangan yang berbeda. Ada yang merasa kasihan. Ada yang merasa jengkel. Ada yang merasa marah. Dan ada yang memahami. Namun perkataan Dowoon tadi membuat si pembuat keputusan makin mengencangkan rahangnya.

" Aku tidak menerima bantahan Yoon Dowoon"

" kau salah hyung.. aku Kang Dowoon, bukan Yoon Dowoon lagi" 

" Kau!!!" pria yang diajak Dowoon berdebat tadi menahan kata-katanya. Ia tahu ia sudah terpancing oleh sang maknae dan pasti akan berakhir merugikan dirinya. Segera ia mendudukkan diri di salah satu kursi disamping anggota tertua di grup mereka, yang langsung berusaha menenangkannya supaya tidak semakin menjadi.

" Dowoon-ah.. kau tahukan maksud dari keputusan yang sudah dibuat oleh Sungjin hyung? Dia tidak mau kau kembali mengalami ini Dowoon-ah" Wonpil, kakak yang selalu dekat dengan Dowoon mencoba menjadi perantara leadernya, dan berharap caranya akan berhasil. Ia tidak mau melihat adiknya pingsan seperti hari sebelumnya karena serangan paniknya. Ia tidak mau semua itu terulang, bahkan hingga seperti di masa lalu, dimana ia hampir kehilangan adik kesayangannya itu selamanya. Dowoon menatap hyung imutnya itu dengan pandangan nyalang.

" Aku hanya lengah hyung. Aku sedikit lengah dan membuat komentar-komentar jahat itu kembali merasukiku. Aku benar-benar tidak apa sekarang. Kumohon..." ucap Dowoon memelas sambil meremas tangan Wonpil yang duduk disampingnya. Wonpil mengalihkan pandangannya pada kakak-kakaknya yang lain, meminta bantuan supaya ikut membujuk Dowoon. Sejak awal mereka tahu, ide untuk bekerja di tempat ini hanya akan membangkitkan kenangan buruk dan luka lama mereka semua. Mereka terlalu percaya diri karena merasa semua sudah lama berlalu dan melihat semuanya baik-baik saja. Mereka lupa, sedalam apapun sesuatu dipendam, suatu saat pasti akan muncul dipermukaan juga. Dan mereka mendapatkan hasil perbuatan mereka. 

Our (new) PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang