Part 11.

207 19 5
                                    

" lihat oppa..  Garisnya ada dua!! " teriak riang seorang perempuan sambil menunjukkan alat pemeriksa kehamilan.  Dowoon ikut tertawa riang melihatnya. Perempuan itu adalah sahabatnya jadi sudah pasti kabar bahagia itu akan membuatnya bahagia juga. Tapi kerutan langsung muncul didahinya.

" selamat Yoora-ah..  Kau akan menjadi ibu.  Tapi apakah dia sudah tau? " tanya Dowoon sambil menatap perempuan itu.  Yoora menggelengkan kepalanya.

" aku akan menjadikan ini kejutan untuknya oppa..  Dia pasti akan senang sekali kan? " perempuan itu terkikik senang,  membayangkan reaksi lelaki yang akan menjadi suaminya itu.  Mereka memang belum resmi menikah, namun mereka hanya perlu menghitung hari untuk menuju hari bahagia itu. Dowoon hanya menghela nafas mendengarnya. 

" baiklah...  Terserah kau sajalah..  Yang penting kau bahagia aku ikut bahagia kok..  Selamat Yoora-ah...  Aku akhirnya akan menjadi paman...  Uhuyyyyy" Dowoon kini berteriak kegirangan.  Yoora ikut tersenyum riang melihatnya.

" Tuhan pasti sangat memberkatiku..  Dalam waktu dekat aku akan menjadi paman dan suami sah dari Younghyun-hyung..  Wahhh..  Daebakkk" Dowoon berucap sambil memeluk sahabatnya itu.  Namun tubuhnya malah didorong keras oleh perempuan yang lebih muda darinya itu.

"why Yoora-ah?  Kenapa? " Dowoon bertanya bingung dengan perubahan sikap sahabatnya itu.  Mereka kan sedang berbahagia, kenapa mendadak perempuan itu mendorongnya dan menjadi dingin padanya?

" kau harus menjauhiku oppa..  Jika tidak kau akan menderita.. " ucap perempuan itu dengan mata berkaca-kaca.  Dowoon kini menjadi tidak tenang. 

"anniya..  Kalau itu sampai terjadi kita bisa mencari jalan keluar bersama Yoora-ah..  Jangan begini"

"maafkan aku oppa..  Maafkan aku.. " perempuan itu kini membalikkan tubuhnya dan berlari menjauh.  Dowoon ingin mengejarnya namun entah kenapa ia malah terjebak dalam sebuah mobil. Didepan matanya kini sahabatnya memandangnya dengan air mata yang membasahi pipinya dan pandangan yang putus asa.

"maafkan aku.." ucapnya sebelum akhirnya meloncat kedalam jurang didepannya.

"Yoora-aaaahhh" Dowoon membuka matanya dengan keringat yang membasahi keningnya.  Nafasnya memburu, dan tangannya menggenggam erat sabuk pengaman yang melintang didepannya.  Dowoon merasa tiap tarikan nafasnya makin berat dan menjadi beban didadanya.

" kau tak apa Dowoon-ah?  Mimpi buruk? " suara Younghyun dari sampingnya membuat Dowoon bisa bernafas lega. Dowoon menganggukkan kepalanya sambil meraih botol minum yang ada disampingnya.  Younghyun menghela nafasnya mendapatkan jawaban dari suaminya itu.  Matanya memang masih awas melihat jalanan didepannya, namun jemarinya yang memegang kemudi menggenggam erat.

" sudah kuduga ini bukan ide yang bagus untuk kembali ketempat itu.  Kau sudah dua kali mengalami mimpi buruk sejak kita menyetujui pekerjaan ini.  Dan lagi kau tidak mau menemui dokter Im. Apa kita cancel saja pekerjaan ini Dowoon-ah? " tanya Younghyun dengan nada bicara yang mulai gelisah.  Dowoon menggelengkan kepalanya pelan. Dialihkan pandangannya ke jalanan. 

" tidak perlu hyung.  Aku baik-baik saja.  8 tahun sudah berlalu, dan ini pertama kalinya kita kembali ketempat itu setelah kejadian itu. Mungkin ini hanya karna aku takut untuk menghadapinya.  Lagipula, jika kita membatalkan pekerjaan ini, kasihan para hyung yang sudah mempersiapkan semuanya ini hyung. Kita lanjutkan saja hyung, siapa tau dengan ini semua akan berakhir untukku" ucap Dowoon lirih. 

" kau punya aku untuk bersandar Dowoon-ah.  Juga ada anak-anak yang akan selalu mendukungmu, serta hyung yang lain yang akan mendampingimu.  Tenanglah.. Semua akan baik baik saja Dowoon-ah" Younghyun berucap sambil meraih tangan Dowoon yang dekat dengannya dan menggenggamnya pelan. Dowoon memandang suaminya itu kemudian tersenyum lega.

Our (new) PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang