Point of View: No One (Orang Ketiga)
Angin berembus masuk ke dalam kamar Yuna. Menerpa diary biru di atas meja belajar Yuna dan membuatnya terbuka pada suatu lembar.
Hai, kesayangannya Dikaa..
Kalau kamu baca ini, artinya aku sudah tidak bersamamu lagi ya. Maafkan aku yang menyembunyikan tentang penyakitku. Aku hanya tidak mau melihatmu bersedih. Aku hanya ingin melihatmu bahagia ketika bersamaku. Tapi sepertinya aku justru membuka luka lamamu saat Ayahmu pergi terbuka kembali ya? Semoga lukanya tidak semakin besar. Aku minta maaf.
Maafkan aku juga yang memaksa untuk menyimpan diary ini tanpa memberikan alasan yang jelas. Sejujurnya, aku sudah mulai merasa penyakitku semakin menjadi – jadi. Untuk jaga – jaga, aku memutuskan untuk menyimpan diary ini dan menulis banyak hal tentang kita di sini.
Izinkan aku mencurahkan semua tentangmu di sini. Walau aku sudah pernah bilang di cerita – ceritaku sebelumnya, tapi ada beberapa hal yang belum aku sebutkan. Dan aku ingin kamu tau semuanya.
Yuna..
Tolong bilang Mama. Terima kasih sudah melahirkanmu ke dunia ini. Karenanya aku bisa bertemu dengan sumber semangatku.
Asal kau tau, pertemuan pertama kita bukan di kelas ketika kau datang sebagai murid pindahan tetapi beberapa bulan sebelumnya. Lebih tepatnya kita bertemu di rumah sakit. Saat itu aku yang tengah dirawat karena penyakitku ini melihatmu memakai pakaian pasien sepertiku. Kata suster kau adalah korban tabrak lari yang membuatmu kehilangan penglihatanmu. Membuatmu perlu mendapatkan donor mata agar penglihatanmu kembali.
Saat itu aku sangat kasihan padamu. Saat itu aku yakin kamu juga merasa sama terpuruknya denganku sehingga aku sangat ingin menemuimu tapi aku ragu dan bingung harus mengucapkan apa padamu. Apalagi saat tau kau seumuran denganku. Namun, bukan keterpurukan yang aku temui saat aku melihatmu di taman rumah sakit. Kamu tersenyum lembut, membiarkan angin pagi menerpa wajahmu. Tingkahmu itu membuat aku tanpa sadar melangkahkan diri padamu. Aku membuatmu terkejut karena tiba – tiba bertanya mengapa kau terlihat bahagia dengan kondisimu itu padahal saat itu pertama kalinya kita mengobrol.
'Aku bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup. Bukankah aku beruntung? Tuhan bisa saja mengambil nyawaku, tapi ia memberiku kesempatan untuk menikmati hidup ini'
Kalimat yang sangat menempel di otakku itu terlontar dari bibirmu. Saat itu, aku yang tengah terpuruk dan sudah pasrah dengan penyakitku terdiam sangat lama. Aku sangat tertampar dengan kalimatmu. Kau benar. Tuhan pun baik sekali padaku. Di saat temanku yang menderita penyakit yang sama denganku meninggal hari sebelumnya, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup lebih lama. Pagi itu tanpa bisa aku cegah, dengan lancangnya aku jatuh hati padamu. Namun sayangnya sebelum kita sempat berkenalan, kau sudah dipindahkan ke rumah sakit di kota lain. Karena katanya ada pendonor untukmu di sana.
Saat itu, aku sempat berharap untuk dipertemukan lagi denganmu. Walau aku tau kemungkinannya sangat kecil tapi kau selalu tersemat dalam doa - doaku. Aku yang sudah muak dengan rumah sakit justru beberapa kali kembali ke sana untuk bertanya pada perawat apakah kamu kembali ke sini atau tidak. Dan yah, aku tidak mendapatkan jawaban yang aku harapkan. Namun, seperti yang kau tau. Kau justru hadir di hadapanku sebagai murid pindahan tepat di kelasku. Dadaku bergemuruh hebat saat itu. Dengan baiknya Tuhan mempertemukan kita kembali dengan keadaanmu dan juga keadaanku yang jauh lebih baik.
Bukankah Tuhan begitu baik pada kita, Na? Hehe..
Sekali lagi. Terima kasih sudah hadir di duniaku. Terima kasih sudah memberikanku alasan untuk hidup. Terima kasih sudah membuatku takut melihat waktu terakhirku datang.
Semenjak kau hadir di kelasku, sore itu di pematangan ketika kita melihat senja, malam itu ketika kita menggantungkan harapan kita, aku hanya berharap hal yang sama. Aku berharap Tuhan memberikanku lagi waktu lebih untuk melukis kenangan manis denganmu. Waktu lebih untuk melihat senyumanmu. Maaf aku egois. Tapi aku benar – benar tidak mau menghilang dari hidupmu. Aku ingin terus bersamamu, bercanda tawa denganmu, bersedih bersama, dan berbahagia denganmu.
Tapi aku tau semua ada batasnya. Aku menyukuri waktu lebih sekitar 2 tahun lamanya yang Tuhan berikan padaku. Waktu yang membuat aku bisa bertemu kembali denganmu dan melukis kisah yang indah bersama. Saat penyakitku semakin parah, aku mencoba menerima jika Tuhan berhenti memberikan kesempatan ini padaku walaupun sangat berat. Jadi, maukah kau juga menerima takdir yang sudah diputuskan oleh Tuhan untuk kita?
Aku mohon. Berjanjilah padaku saat membaca ini merupakan hari terakhirmu menangis dan menyesali semuanya. Karena kamu tidak melakukan kesalahan sungguh. Cobalah untuk mengingat hal baiknya oke? Aku benar – benar minta maaf telah menggoreskan luka yang besar untukmu. Padahal sebelumnya aku bilang akan menemanimu yang sudah ditinggalkan oleh Ayahmu. Tapi aku jutsru ikut meninggalkanmu dan pergi menyusul Ayahmu. Maafkan aku. Aku sungguh - sungguh minta maaf, sayang.
Berjanjilah padaku setelah ini kamu akan menemukan kebahagianmu lagi. Sejujurnya aku takut kamu akan melupakanku. Tapi asal dengan begitu kamu dapat bahagia, aku memaklumi. Berbahagialah, Yuna. Carilah orang yang memiliki kondisi kesehatan yang jauh lebih baik dari aku, agar kalian bisa melewati hari bahagia lebih panjang. Aku selalu memperhatikanmu dari sini. Aku mohon berbahagialah.
Satu hal lagi yang harus kamu tau. Aku selalu mencintaimu. Sangat mencintaimu.
Lelaki jahat yang selalu dan tidak akan pernah berhenti mencintai Yuna
Dika
Author's note:
It's a wrap! Yap, kisah Yuna dan Dika kita tutup sampai di sini. Kisah manis yang sayangnya berakhir tidak seperti yang diharapkan Yuna selesai sampai di sini.
Well.. People come and people go~! Yang harus kita yakini adalah Tuhan pasti sudah menyiapkan takdir yang lebih baik dari ini. Jadi, jika diantara kalian ada yang mengalami hal serupa dengan Yuna, aku yakin cepat atau lambat kalian akan bertemu dengan kebahagiaan kalian yang pasti jauh lebih baik dari itu! Aku harap kalian selalu diberi kekuatan! Suka tidak suka, roda terus berputar, aku harap kalian masih bisa menjalani hari kalian dengan baik dan tidak ada kebencian akan takdir yang sudah Tuhan tulis untuk kalian♥
Terima kasih sudah mengikuti kisah ini♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You & I
FanfictionSetiap manusia selalu memiliki kisahnya masing - masing. Mungkin ada yang sama, namun tidak semuanya bukan? Walaupun sama pasti tetap terasa berbeda karena tiap orang memiliki jalan pikirannya masing - masing. Kisah yang sangat popular di setiap man...