Bagian 1

474 43 131
                                    

🥰

***

Sudah sekitar delapan kali aku mengangkat tangan untuk menyetop angkot. Namun tidak satu pun dari angkot itu mau menepi. Semua angkot yang melewatiku telah penuh terisi penumpang.

Kulirik layar ponsel untuk melihat jam. Dan aku mulai gelisah.

Sial! Aku pasti akan telat lagi datang ke sekolah.

Seorang cowok yang mengendarai sepeda motor berhenti persis di hadapanku tidak lama kemudian. Seketika aku merasa lega. Aku tersenyum sembari meraih helm yang dia berikan. "Makasih Yogi. Kamu lagi-lagi jadi penyelamatku hari ini."

"Buruan naik." Yogi memberi isyarat agar aku segera menaiki sepeda motornya. "Nggak apa-apa kan, kalau aku ngebut? Soalnya kita udah hampir telat."

"Siapa takut?" ujarku penuh percaya diri.

Aku harus mengakui kalau Yogi sangat ahli soal nyalip-menyalip kendaraan di tengah padatnya lalu lintas. Hanya dalam waktu dua puluh menit, kami sudah sampai di sekolah. Ketangkasan dan kecepatan laju motornya bisa memangkas 25 menit perjalan naik angkot. Aku ngeri sih, sebenarnya. Tapi jam pertama aku ada ulangan matematika. Membayangkan telat dan diusir guru yang punya reputasi killer akan jauh lebih menakutkan.

Aku turun dan buru-buru menyerahkan helm ke Yogi. "Aku duluan Yogi. Ada ulangan matematika jam pertama. Makasih tumpangannya."

"Oke. Sama-sama." Yogi mengacungkan ibu jari, kemudian mencari tempat kosong untuk memarkirkan sepeda motor.

Kelasku, 11 IPA 6, berada di lantai tiga gedung baru. Aku harus melewati gedung kelas 10 dulu untuk sampai ke sana. Naik-turun tangga ke lantai tiga setiap hari rasanya cukup melelahkan. Entah berapa banyak kalori yang terbakar setiap kali aku naik-turun tangga itu.

Aku merasakan ada yang tidak beres ketika berjalan menyusuri koridor gedung kelas 10. Kemunculanku menarik perhatian murid-murid yang sedang duduk-duduk di bangku panjang di luar kelas mereka masing-masing. Kudengar suara-suara pelan serta tawa-tawa tertahan. Dan dari sudut mata, aku bisa melihat kalau tatapan mereka mengikutiku.

Saat aku kebingungan menebak-nebak apa yang sedang terjadi, kulihat Sherly—teman satu kelasku. Aku sebangku dengannya—berlari-lari kecil ke arahku. Ekspresi paniknya membuat perasaanku mendadak jadi tidak enak.

"Ra, kamu udah liat postingan IG terbaru Kyo, belum?"

"Belum. Emang ada apa?"

"Buruan liat!" desak Sherly.

Aku menelan ludah. Perasaanku jadi semakin tidak enak. Kemudian aku mengambil ponselku yang berada di dalam saku rok, membuka Instagram, lalu mencari akun Kyo. Di postingan terakhir, aku melihat foto diriku terpampang. Mataku membelalak saat mulai membaca caption.

Reboisasi Bulu Ketek

Rahel Permata Sari, seorang anak manusia yang konon adalah siswa paling cerdas seantero sekolah, dikabarkan telah melakukan sebuah penelitian yang bersifat rahasia semenjak beberapa bulan yang lalu. Penelitian yang dia lakukan adalah tentang bagaimana cara menyuburkan dan meluruskan bulu ketek tanpa harus di-rebonding.

Menurut informasi yang kami terima dari narasumber yang tidak mau disebutkan namanya, penelitian tersebut telah membuahkan hasil yang mencengangkan. Dia berhasil.

Jadi, apa yang dilakukan oleh Rahel terhadap bulu keteknya yang semula keriting itu?

Agar informasi ini akurat, kami telah menugaskan tim investigasi untuk menguak fakta. Jawaban yang mereka temukan sangat mengejutkan: Rahel menebang rata semua bulu ketek yang ada dan menanam kembali bulu yang baru. Sederhananya, Rahel melakukan: Reboisasi bulu ketek!

Save Kutu Dari Bau KetekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang