Bagian 8

156 22 30
                                    

🥰

***

KYO.

Bel pulang telah berbunyi lima menit yang lalu.

"Lepasin! Woi... lepasin!"

Kedua tangan dan kedua kaki Yanto kami pegangi beramai-ramai. Dia meronta-ronta dan berteriak dengan panik. Tapi semua itu percuma. Sekuat apa pun tenaga yang dia miliki, dia tidak akan sanggup mengalahkan kumpulan tenaga kami yang telah disatukan. Sambil tertawa-tawa, kami mengangkat Yanto menuju tiang bendera.

"Woi lepasin. Yang ulang taun kan Kyo. Kok aku yang dikorbanin? Woi!"

Di sekolah ini, ada aturan tidak tertulis yang diam-diam kami sepakati bersama. Salah satunya ya, seperti yang sedang terjadi saat ini, "Penyiksaan Ulang Tahun", bagi siapa pun yang sedang berulang tahun.

Kalau untuk cewek, biasanya akan kami lempari dengan banyak telur dan ditepungi. Hasil akhirnya benar-benar lucu. Tinggal dimasukkan ke minyak panas, jadi deh, "Manusia Goreng Tepung".

Kalau cowok, penyiksaannya lain lagi. Dia akan kami angkat beramai-ramai, lalu kami lemparkan ke dalam kali yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Mengingat airnya yang berwarna hitam dan baunya yang iyuuhhh, kalian pasti akan kehilangan selera makan selama seminggu.

Berhubung aku bersedia mentraktir teman satu kelas makan-makan enak di sebuah kafe, maka aku menolak untuk dicemplungin ke dalam kali. Akan tetapi, bagaimanapun juga, ritual "Penyiksaan Ulang Tahun" harus tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya (kalau tidak, kesetimbangan dunia akan rusak. Ha-ha). Untuk itulah, secara sepihak aku memberikan hak istimewa kepada Yanto untuk menggantikanku dalam ritual tersebut. Dan karena kami akan pergi makan ke kafe, maka ritualnya sedikit dimodifikasi.

"Satu..." Indra memimpin aba-aba.

Saat ini posisi kami telah berada di depan tiang bendera.

Kedua kaki Yanto kami rentangkan.

Tubuhnya siap untuk kami ayunkan.

"Tidaaaaakk!" Teriakan Yanto terdengar memilukan.

Murid-murid cewek yang berjalan melewati kami menunjuk-nunjuk dan membekap mulut dengan tangan, berusaha menyembunyikan senyum geli dan tawa mereka masing-masing.

"Dua..."

"Jangaaaannn!"

Ekspresi Yanto benar-benar Panik. Tapi... lucu. Kami pun tertawa semakin keras.

"Tigaaaa!"

Kami pun mengayunkan tubuh Yanto.

"Masa depankuuuuu!"

Dan membenturkan "masa depannya" ke tiang bendera.

TUNG!

Sekali lagi.

"Tidaaaaakk!"

TUNG!

lalu sekali lagi.

"Tidaaaaakk!"

TUNG!

"Hei! Kalian!" Seorang guru wanita yang tidak kukenal berteriak pada kami. "Kalian kok tega banget sih gituin teman sendiri!"

Guru itu menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan "bejat" kami.

"Masa depankuuu. Tidakkkk!" Yanto masih saja berteriak, mengundang senyum dan tawa murid-murid lain yang sedang lewat.

"Bubar, bubar. Udah hancur tuh, masa depan teman kalian."

Sebelum guru itu pergi, kulihat senyuman samar melintas di wajahnya.

Save Kutu Dari Bau KetekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang