🥰
***
"Eh?" Aku mengernyit menatap layar ponsel. Ternyata bener apa yang dibilangin Bella tadi malam.
Semenjak gosip tentangku diposkan Kyo, jumlah follower-ku meningkat tajam. Sekarang jumlahnya 27 Ribu. Namun, aku tidak mau buru-buru senang dulu. Soalnya ada kemungkinan mereka mem-follow aku hanya untuk mem-bully.
Dan ternyata dugaanku benar.
Di masing-masing foto yang kuposting, sekarang ada ratusan komen. Isinya nyaris bully-an semua. Aku menghela napas kecewa. Apa gunanya punya banyak follower kalau niat mereka mem-follow hanya untuk mem-bully?
"Pagi banget kamu datangnya, Ra."
Sebuah suara menyela lamunanku. Aku mengangkat wajah. Teryata Karin. Dia duduk di meja di sebelahku.
"Mau gimana lagi, Rin," sahutku. "Kalau aku nggak pergi pagi-pagi begini, susah dapat angkot. Jadinya aku bakal telat datang ke sekolah." Padahal alasan sebenarnya bukan itu.
Karin meletakkan tas. Lalu menggangguk-ngangguk.
"Kamu udah sarapan? Cari sarapan dulu yuk di bawah."
"Aku udah sarapan, Rin," jawabku sambil tersenyum.
"Ya udah. Aku ke bawah dulu ya, Ra."
"Oke. Eh, Rin...." Aku baru ingat, di antara komen-komen yang mem-bully-ku, aku melihat satu komen Karin, dan dia membelaku. "Makasih ya, kamu udah belain aku di IG."
Karin tersenyum. "Sama-sama, Ra. Cuekin aja komentar orang-orang rese kayak gitu. Nggak usah dimasukin ke hati."
Selain Sherly, hanya Karin lah yang baik dan ramah padaku di kelas ini. Sedangkan yang lainnya terkesan cuek. Mereka bicara padaku seperlunya saja, atau sedang ada maunya saja.
Individualis, merasa superior, egois, dan memandang sebelah mata pada murid-murid kelas biasa, adalah beberapa sifat yang lumrah ditemukan pada penghuni kelas unggulan seperti kelasku sekarang. Aku sendiri termasuk ke dalam kategori introver, walaupun di lubuk hatiku yang terdalam, sebenarnya aku ingin memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik. Pasti menyenangkan punya banyak teman.
"Liat anak-anak IPS itu," kata Sherly suatu hari. "Suka bolos, pemalas, biang keributan, jahat, penampilannya urakan, omongannya kasar, otaknya bego. Kasian ya, mereka. Saat kita dewasa nanti, udah pasti kita bakal menikmati kesuksesan dan bergelimang harta. Sedangkan mereka, yah, pastinya bakalan hidup miskin dan terlunta-lunta."
Aku tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Sherly. Dan aku lebih suka mengharapkan mereka yang pemalas segera sadar sebelum semuanya terlambat. Bahwa pendidikan itu penting. Bahwa apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Selain kekurangan yang kuceritakan barusan, kelas unggulan juga ada kelebihannya: tidak ada yang suka berisik dan membuat keributan sewaktu guru menerangkan pelajaran. Kondisi yang ideal bagi siapa pun yang datang ke sekolah dengan niat untuk belajar.
***
"Kamu yakin?" Yogi kelihatan tidak bersemangat setelah aku menceritakan rencanaku.
"Yakin. Tolongin aku dong Yogi. Please." Aku terpaksa menggunakan keimutanku untuk meluluhkan hati Yogi.
Setelah kupikir-pikir, dari 27 ribu follower yang kupunya sekarang, pasti akan ada saja yang memihakku seperti halnya Karin. Kesadaran itulah yang membuat rasa percaya diriku untuk membalas Kyo menjadi berlipat ganda.
Aku ingin membuat gosip superheboh yang akan mempermalukan Kyo seumur hidupnya. Untuk itu aku memerlukan data tentang kyo sebanyak mungkin. Berhubung aku dan Sherly sama kupernya, maka Yogi lah yang menjadi harapanku satu-satunya untuk mencarikan data-data tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Kutu Dari Bau Ketek
Teen FictionKamu akan kubawa menyelami sebuah kisah yang indah. Hingga tanpa kamu sadari, diam-diam kamu jadi berharap, bahwa dalam kehidupanmu, akan ada kisah yang seindah itu. * (SILAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA, AGAR PART YANG DI-PRIVATE DAPAT TERBUKA) 📄 Co...